17 - Rintik hujan

6 2 1
                                    

****
13.15

Dengan baju yang dikeluarkan mulut yang sedari tadi mengunyah sesuatu dan menaruh tas hitamnya dibahu kanannya berjalan di setiap lorong rumah sakit. Setelah pulang sekolah tadi ia buru buru kerumah sakit tadinya ia bersama Ririn tapi karena dia ada kepentingan, berniat dia kesini sendirian.

Ketika akan sampai ia melihat orang yang ia kenal keluar dari kamar VVIP milik Winda.

"Waw, untuk apa Lo kesini" Tera memandang Sara sinis.

"Saya gak akan kesini, selain karena mas Devin" ketusnya. entahlah Tera merasa aneh dengan bocah SMP ini sedari dulu selalu membencinya.

"Ohh berarti Lo gak akan kesini, kalo bukan karena mas Devin...."

"Dasar ja...Lang,"

"Kamu jangan main main ya sama saya, dasar anak kecil sialan!"

"Udahlah saya gak ada waktu," ucap Sara lalu masuk kekamar inap Winda.

Ckleekkk

Pandangannya yang ia lihat sekarang Laras yang kini sedang memegang hendphone dan Winda yang sudah bangun yang sedang diperiksa dokter.

"Tante Winda udah bangun,"

"Ras, Lo udah telepon yang lain"

"Udah mereka lagi dijalan,"

"Keadaan Bu Winda baik baik saja, dia hanya lemas dan jangan biarkan dia melakukan hal yang berat ya"

"Terima kasih! Dok, saya akan menjaganya"

"Saya permisi" Laras hanya menjawab dengan senyuman.

"Tante istirahat dulu ya"

"Iya mah kalo butuh sesuatu panggil aku atau Sara ya,"

"Kalian baik, terima kasih" setelah itu Winda menutup matanya bersiap tidur.

"Gue dah bilang kan, Tante Winda kuat"  Sara mengunyah dan mengeluarkan balon dimulutnya.

"Aku cuman takut.."

"Lo gak sendirian di dunia ini"

"Meskipun sikap Lo yang terlalu baik,buat gue takut"

****
Semua orang berkumpul disini ada Raga dkk, kedua sahabat Laras, Ayah Devin dan tera yang terakhir Lia dan Leon. Meskipun Lia masih terlihat lemas namun dengan keras kepalanya Lia menyuruh Leon mengantarnya ke rumah sakit meskipun beberapa kali Leon tak mengizinkan, sudahlah Leon menyerah dengan sifat keras milik Lia.

"Alhamdulillah ini keajaiban dari Allah Bu Winda bisa melewatkan masa keritis, ini tak terduga keadaan Bu Winda baik baik saja hanya butuh istirahat dan jangan banyak gerak," ucap panjang Dokter setelah memeriksa kondisi Winda.

Semua orang mengucap syukur atas Winda yang bisa melewati masa kritis selama lima hari.

Tera hanya memandang benci pada Winda, kenapa tidak mati saja wanita ini itu yang ada dibatin Tera saat ini.

Laras memeluk Winda tak kalah erat tak mau merasakan kehilangan lagi ia sangat berjanji ia akan menjaga Mamahnya dengan baik.

"Mamah jangan pernah tinggalin aku," dengan suara seraknya Laras memeluk erat Winda.

"Mamah kan udah bangun sekarang kok kamu jadi cengeng," lalu Winda membersihkan sisa air mata anaknya.

"Aku gak mau merasakan kehilangan kedua kalinya..." Semua orang terdiam seakan merasakan kesedihannya selain Tera pastinya.

"Mamah Winda kuat buktinya dia bisa bangun terus gabung sama kita," saut Lia.

"Kita akan jaga kalian, teror dari musuh makin dekat" senyuman tipis muncul pada wajah Raga menatap Winda menganggapnya seperti ibunya sendiri.

Di Seberang [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang