Part 70

148 11 12
                                    



"Jika kita takdir. Mengapa kamu hanya sekedar mampir?"


[Happy Reading]


"Sal bilangin dong sama Iqbaal buat ngundang artis di bazar besok," ujar Steffi.

"Masih lama bazarnya bukan besok," koreksi Slasha.

"Iya tahu, besok kan banyak."

"Kenapa gak bilang aja kemarin waktu rapat," kata Salsha sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Maluuuuu," jawab Steffi dengan memanjangkan ujung pelafalan katanya.

"Alah alesan, biasanya juga malu-maluin!" komentar Salsha pedas. "Masa godain mas-mas indomaret berani giliran speak up di sebuah acara lo kicep."

"Astagfirullah, kamu berdosa banget," kata Steffi dengan wajah yang dirubah menjad sememelas mungkin.

"Lo yang berdosa gila," omel Salsha tak terima dengan perkataan Steffi barusan.

"Yaudah sih Sal, bilang aja kenapa. Gue usul ke lo kan sama aja. Sebagai waketos, gak pa-pa dong kalau gue menyampaikannya ke lo?" tanya Steffi.

"Iyain deh biar seneng," kata Salsha.

"Harus dong. Kalau lo beneran ngundang artis nih ya, pasti bazarnya bakalan rame. Para penggemar dari artis yang lo undang pasti bakalan dateng. Dan minimalnya mereka bakal beli minuman. Atau gak tiketnya pasti bakalan ludesss," jelas Steffi dengan menggebu-gebu.

Salsha merenungkan apa yang dikatakan oleh Steffi. Hal itu tentu saja akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Tapi masalahnya hal itu cukup sulit dilakukan. Apalagi mengundang artis ke sebuah acara bukanlah hal murah.

"Nanti coba gue bilang sama Iqbaal deh," ujar Salsha pada akhirnya.

"Nah gitu dong! Kalau gitu gue request deh. Gue pengen nanti ada—"

"Dikasih hati jangan minta jantung Stef," kata Salsha mengingatkan.

"Iya-iya." Jawab Steffi mengalah.

Keduanya kini kembali diam. Salsha memperhatikan Steffi yang kini tengah tersenyum menatap ponselnya. Salsha yang kepo langsung merebut benda pipih tersebut dari tangan Steffi.

Mata Salsha membulat saat melihat apa yang ada di di depan matanya. "Cassie telat?" tanya Salsha.

"Iya, dia lagi bersiin toilet. Mana sendirian lagi," kata Steffi dengan diakhiri oleh tawa yang begitu puas.

"Emang sekarang jam berapa?" tanya Salsha sedikit terkejut. Karena sedari tadi dia tidak mendengarkan bunyi bel.

"Jam delapan, udah waktunya masuk sih."

"Tapi kenapa gak ada guru yang masuk?" tanya Salsha lagi.

Pandangan Steffi kini tertuju pada salah satu murid laki-laki yang tengah berada di pintu. Menunggu murid perempuan lewat dan menggodanya.

"Woi jamet!" panggil Steffi membuat laki-laki itu dan gerombolannnya menoleh.

"Bel udah bunyi belum sih?" tanya Steffi dengan sedikit berteriak.

"Mati lampu bu Boss," jawab laki-laki dengan tubuh tinggi menjulang itu dengan santai.

"Terus kenapa gak ada guru yang masuk?" Salsha yang tadi menyimak kini ikut angkat bicara.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang