Part 25

6.4K 207 21
                                    







Hai Hai
Hai tayo:v
Udah gak musim ya?
Aku kembali dengan kata-kata yang sedikit panjang, karena minggu kemarin gak update. Soalnya gak ada kuota+fokus ujian.
Asekk, sok belajar!


Kalau ada typo tandain ya....




🌷Happy Reading🌷















"Bun, Iqbaal berangkat!" kata Iqbaal setelah menyambar sepotong roti di atas meja makan.

"Iya Baal, hati-hati." Bunda Iqbaal menghampiri putra semata wayangnya itu.

"Iqbaal berangkat, assalamualaikum," kata Iqbaal sambil mencium tangan bundanya.

"Wa'alaikumsalam," jawab bundanya.

Iqbaal mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan standar. Tidak ada gangguan di perjalanan. Bahkan untuk sekedar panas dari matahari.

Sepertinya hari ini matahari enggan menampakkan sinarnya begitu terang, atau matahari tengah mengalah kepada awan? Dengan membiarkan uap air itu memenuhi langit, sehingga tampak angkasa yang berwarna kelabu.

Perjalanan yang begitu tenang membuat Iqbaal sampai di sekolah dengan selamat. Tidak ada lecet ataupun lebam di tubuhnya. Semuanya masih baik dan sehat.

Remaja bertubuh jangkung itu berjalan dengan begitu tenang, seperti tidak ada beban yang dia pikul. Kedua tangannya dia masuk'kan ke dalam saku jaket boombernya. Lalu tasnya hanya dia gendong di bahu kirinya.

Semua mata yang melihatnya pasti akan memuji visualnya. Hanya saja sifat cueknya membuat sebagian orang enggan berteman dengan Iqbaal, dan menganggap bahwa laki-laki itu sombong. Padahal mereka belum tahu sifat asli Iqbaal. Orang-orang hanya menghakimi seseorang, tanpa memperdulikan alasan kenapa dia melakukan hal itu. Mereka hanya berpikir dari sudut pandang diri sendiri. Tanpa berpikir bahwa jika mereka yang berada di posisi itu mereka akan melakukan hal yang sama, atau bahkan lebih dari itu.

Remaja dengan pakaian rapi itu berhenti tepat di koridor yang sepi. Tidak ada murid-murid yang berlalu lalang di sekitarnya. Hanya ada Iqbaal sendiri, tengah memperhatikan lapangan dari atas.

"Iqbaal?" sebuah tangan menyentuh bahu Iqbaal membuat si empunya tersentak karena kaget.

"Ngapain di sini?" tanya Salsha sedikit ragu.

Masalah saat dia menjambak rambut Iqbaal membuatnya canggung. Apalagi dia belum meminta maaf, bahkan untuk menegur baru kali ini.

"Gak pa-pa," jawab Iqbaal.

"Oh, ke kelas?" ajak Salsha.

"Ayo," Iqbaal mengangguk sebagai tanda setuju.

"Baal," panggil Salsha.

"Hmm."

Salsha menelan salivanya susah payah. Seolah yang berusaha ia telan adalah benda padat yang sulit dicerna.

"Gue minta maaf soal kemarin. Soal yang gue jambak rambut lo," kata Salsha dengan cengiran kudanya.

Iqbaal menatap Salsha sekilas, lalu ide itu muncul tiba-tiba. Iqbaal pikir itu akan lebih baik dari pada dia lakukan sendiri.

"Gue maafin, asal lo tetep jadi wakil gue."

"Hah?!"

"Kenapa?" kata Iqbaal tanpa menatap Salsha.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang