Part 42

4.2K 117 48
                                    

"Kadang, aku tidak ingin percaya terhadap kebetulan. Karena, aku ingin pertemuan kita sebuah takdir Tuhan."

🌷HAPPY READING🌷



"Karel," kata Salsha sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar laki-laki itu.

"Rel," panggil Salsha lagi.

"Kareellllllll!!!!!!"

Pintu terbuka, dan nampaklah wajah Karel tepat di hadapan Salsha. Di kedua telinga laki-laki itu terpasang headphone. Sepertinya, Karel sedang bermain game.

"Apa?" tanya Karel dengan sedikit kesal. "Ganggu gue main aja."

"Ish! Jahat banget sih," ucap Salsha dan menepuk pelan lengan Karel.

"Au," kata Karel mengeluh kesakitan.

"Main yuk! Bosen di rumah. Udah lama gue gak malam mingguan sama lo."

Salsha menatap Karel penuh harap. Bahwa laki-laki itu mengiyakan ajakannya.

"Yaiyalah! Orang lo mainnya sama Iqbaal mulu. Gue mah dilupain," kata Karel menyindir Salsha.

"Dih sewot, kata siapa gue main sama Iqbaal mulu? Sotoy!"

"Kata gue!" balas Karel tak mau kalah.

"Cemburu lo ya?" tebak Salsha dengan mengedip-ngedipkan matanya.

"Ya iyalah! Lo tuh gak pernah peka."

Karel langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. Menatap Salsha dengan perasaan khawatir. Takut Salsha berpikir yang tidak-tidak.

Sedangkan Salsha, gadis itu hanya diam di tempatnya. Menatap Karel tidak percaya. Ingin membuka mulut, tapi tidak jadi karena Karel sudah menutup kamarnya terlebih dahulu.

"Tunggu aja di bawah! Bentar lagi gue keluar," teriak Karel dari dalam kamarnya.

Tanpa menunggu apa-apa lagi, Salsha segera turun dan duduk di sofa yang ada di ruang keluarga. Pikirannya masih memikirkan kata-kata Karel tadi.

Salsha berusaha menyimpulkan apa maksud Karel. Apa arti cemburu yang Karel iyakan. Dan apa maksudnya Salsha tidak peka?

"Apa Karel gak suka gue deket sama Iqbaal?" tanya Salsha pada diri sendiri.

"Apa Karel merasa gue lupain karena dapet temen baru?"

"Tapi kan, Karel tetep jadi sahabat terbaik gue." Salsha mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu lancipnya.

Salsha bingung sendiri dengan semua pertanyaannya. Masalahnya dia sama sekali tidak bisa menjawabnya.

Jika ada soal seperti ini, Salsha yakin dia pasti akan mencontek. Masalahnya, Salsha sendiri tidak tahu inti permasalahannya apa. Jadi, dia tidak bisa menjawabnya.

"Udah ah, gue pusing!" kata Salsha menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalau pusing, makan."

"Karel, lo ngagetin gue tahu gak!" kata Salsha menatap Karel sinis.

"Gak tahu," jawab Karel tak acuh.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang