🌷HAPPY READING🌷
"Cemburu itu biasa. Yang tidak biasa, cemburu kepada seseorang yang hatinya bukan milik kita."
Karel menunggu dengan bosan mamanya dan juga Salsha. Jika wanita-wanita sudah bergabung, Karel yakin! selesainnya 10 jam yang akan datang.
Handphone adalah benda penghilang bosan yang sekarang sudah tidak manjur. Andai saja, Karel boleh memakan kue-kue yang ada di sini. Mungkin Karel sudah tertidur karena kekenyangan.
Di sini terdapat banyak jenis kue. Ada bolu, brownies, macaron bahkan pancake yang notabenya untuk sarapan dijual juga di sini. Benar-benar sangat lengkap. Karel tidak yakin jika ini semua hanya dikerjakan oleh satu orang, yaitu teman mamanya. Masalahnya sejak tadi Karel tidak melihat siapapun di sini, kecuali para pembeli.
Pintu masuk terbuka, dan terdapat sosok yang sangat familiar di mata Karel. Laki-laki itu sangat yakin dia tidak salah lihat.
Iqbaal tengah berjalan dengan seorang wanita yang Karel tidak tahu siapa. Mereka berdua memasuki toko dengan kantung plastik di kedua tangan. Karel tidak dapat melihat apa yang mereka bawa, karena kantung plastik yang mereka bawa berwarna hitam.
Karel tidak berniat mengalihkan pandangan dari keduanya. Siapa tahu mereka bisa menemani dirinya yang sudah sangat bosan.
Ingin memanggil Iqbaal, tapi Karel urungkan. Sebab, dia takut diabaikan. Atau Iqbaal pura-pura tidak melihatnya. Tapi masa bodoh tentang itu semua, Karel tetap pada tujuan awalnya.
"Iqbaal!"
Panggilan itu membuat Si pemilik nama menoleh. Dan mendapati Karel yang menghampirinya. Alisnya terangkat, Iqbaal merasa pernah bertemu dengan laki-laki ini. Tapi di mana? dan dia siapa?
"Lo ngapain di sini?" tanya Karel yang membuat Iqbaal tambah bingung.
"Lo siapa?" kata Iqbaal balik bertanya.
Sungguh, rasanya Karel ingin menghilang secepatnya. Malu, karena Iqbaal tidak mengenalnya. Sedangkan wanita di samping Iqbaal hanya memandang Karel bingung, sama halnya dengan Iqbaal.
"Gue Karel," kata Karel menjawab pertanyaan Iqbaal.
Iqbaal hanya mengangguk mengerti. Karena ingat bahwa Karel adalah teman Salsha—oh ralat, sahabat Salsha lebih tepatnya.
Bingung karena hanya direspon anggukan biasa oleh Iqbaal. Karel menggaruk tengkuknya, padahal tidak gatal sama sekali.
Beruntung sekali gadis cantik di sebelah Iqbaal mengerti apa yang Karel rasakan. Dia memecah kehehingan dengan sebuah pertanyaan.
"Lo mau beli kue?" tanya gadis itu dengan ramah.
"Oh, enggak. Lagi nungguin Mama gue," kata Karel apa adanya.
"Mama lo?" tanya gadis itu bingung.
"Iya, kalian ngapain di sini? Mau beli kue?"
"Enggak," kata gadis itu.
Iqbaal menatap Karel penuh selidik. Ada begitu banyak pertanyaan yang muncul di otaknya. Namun, tidak ada satupun yang ingin dia tanyakan.
"Ngapain Mama lo di sini?" tanya Iqbaal.
"Biasa, perempuan."
Karel memutar bola matanya malas. Karel bahkan sudah menunggu Salsha dan Mamanya 40 menit lebih. Tapi tidak ada satupun tanda-tanda mereka akan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE
Teen Fiction#1 zona teman #1 teman tapi mesra #1 iqsha #1 cassie #1 kisah kita #1 steffi #1 salsha #1 anaksma #3 aldy #4 teman Ini hanya tetang kisah mereka, kisah remaja mereka. Kisah persahabatan yang menimbulkan rasa nyaman, hingga tanpa meraka sadari, rasa...