Part 13

7.5K 225 24
                                    

"Gak percaya gue sama janji lo." Salsha menatap Karel dengan tatapan mengintimidasi.

"Janji kok, kalau bisa." Karel kembali mendapatkan serangan pukulan guling dari Salsha.

"Iya, iya. Ish gue padahal ke sini mau cerita," keluh Karel dan Salsha pun menghentikan pukulan gulingnaya. Kalau sudah begini pasti ada yang serius dengan Karel, ntah itu masalah, ataupun solusi.

Salsha duduk di samping Karel, dan menarik nafasnya untuk mengendalikan emosi. Salsha mulai luluh melihat ekspresi muka Karel yang sangat memelas. Walaupun Salsha terkenal cuek, tapi Salsha tidak bisa untuk mengabaikan orang yang tengah bersedih. Dia tahu, manusia membutuhkan seorang teman untuk membagi masalahnya. Bahkan dirinya sebenarnya tidak mampu menahan semua beban di hidupnya, namun apa dayanya, dia terlalu tertutup kepada orang lain. Bahkan kepada Karel yang notabenya sudah seperti kakaknya.

"Apa? ada masalah?" tanya Salsha dengan suara lembut. Cukup menenangkan menurut Karel, tapi perasaanya masih tidak enak.

"Gue gak tahu ini masalah atau bukan. Yang pasti gue bingung." Karel berbicara seolah dia sangat bingung dengan semua ini.

"Apa?" tanya Salsha yang sudah sangat serius.

"Laptop gue rusak, gimana dong?" Salsha hampir saja menonjok muka Karel, untung saja Salsha masih ingat Karel itu anak orang.

"Lo ya!" sentak Salsha yang sudah sangat geram. Giliran orang udah serius dianya malah main-main.

"Apa?" tanya Karel dengan wajah tanpa dosanya.

Salsha menarik napas panjang, mencoba menetralkan kembali emosinya. Setelah hampir satu menit, akhirnya Salsha mulai berbicara.

"Ya benerin lah! susah banget," ucap Salsha dengan ketus.

"Itu masalahnya, gue mau buat tugas. Kalau benerin kan lama, mana tugasnya dikumpul besok." Karel memandang Salsha dengan tatapan memelas.

Salsha menarik napasnya dan berdiri mengambil laptopnya yang ada di meja belajarnya. "Nih, tinggal bilang minjem aja susah banget! Pake acara basa-basi dulu, biasanya juga langsung nyolong." Salsha memutar bola matanya malas, memang tetangganya ini sangat merepotkan.

"Wiss, gue gak minjam loh. Ini lo yang langsung kasih," ucap Karel yang menerima laptop dari tangan Salsha.

Salsha memutar bola matanya lagi, "kalaupun gak gue kasih, lo bakal tetep minjem." Salsha berbalik dan hendak keluar kamar, tapi suara Karel menghentikan langkahnya.

Karel menghampiri Salsha dan tak lupa membawa laptop milik Salsha.
"Sal, lo udah buat cerpen kan? yang disuruh sama Bu Rita."

"Udah, kenapa?" tanya Salsha menatap Karel.

"Bantuin gue buat ya, gue gak bisa." Salsha hanya mengangguk menanggapi ucapan Karel, membantu seseorang itu perilaku yang baik bukan? Lagi pula Salsha sedang tidak ada kerjaan di rumah.

"Yeayyy!" Karel merangkul Salsha, dan bersama-sama turun ke bawah.

Kini keduanya telah sampai di ruang tengah, dan tengah duduk di lantai yang dihadapan mereka sudah ada meja. Karel mulai menghidupkan laptop Salsha.

"Udah siap, ayo mulai!" ucap Karel bersemangat.

"Pertamanya gimana Sal? buat apa dulu?" tanya Karel yang tidak tahu apa-apa tentang dunia sastra.

"Tentuin unsur instrinsik dan ekstrinsiknya dulu." Salsha menatap Karel dengan tatapan penuh selidik.

"Jangan bilang lo gak tahu unsur itu apa, " tebak Salsha yang dibalas dengan cengiran kuda oleh Karel. Salsha hanya mendengus dan berdiri mengambil buku bahasa Indonesia.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang