Part 60

3.3K 166 124
                                    

"Bukankah mencintaimu adalah kelebihan ku yang sangat berarti?"

🌷HAPPY READING🌷



"Ini hadiahnya."

Iqbaal mengambil tiga kotak yang cukup besar berbungkus koran. Jika dilihat dari luarnya bentuknya memang tidak cukup menarik. Tapi Iqbaal yakin, isinya bukanlah hal yang biasa. Karena kepala sekolahnya itu selalu memberikan sesuatu yang sangat menarik untuk muridnya yang berprestasi.

"Bagiinnya kapan Pak?" tanya Salsha dengan sopan.

"Terserah kalian. Bapak ngalir aja," jawab guru tersebut yang gaya bicaranya sudah seperti anak muda.

Kini tatapan Salsha teralih pada Iqbaal yang ada di sebelahnya. Meminta pendapat laki-laki itu sekarang.

"Pulang sekolah?" usul Iqbaal.

"Boleh, bapak juga gak ada rencana ke mana-mana hari ini."

Salsha dan Iqbaal mengangguk. Lalu izin keluar karena sebentarlagi bel masuk akan berbunyi.

"Perlu bantuan?" tanya salsha yang melihat Iqbaal sedkit kesusahan membawa hadiah untuk emenang lomba membguat istana pasir kemarin.

Rencananya mereka akan meletakkan hadiah tersebut di ruangan OSIS. Dan membagikannya saat pulang nanti.

"Lo diem aja, baru juga bangun dari pingsan."

"Gue gak selebay itu juga kali," sahut Salsha karena merasa Iqbaal terlalu berlebihan. Tapi di satu sisi Salsha juga bahagia karena Iqbaal memperdulikan keadaannya.

Remaja laki-laki itu meletakkan hadiahnya di atas meja persegi besar yang biasanya dijadikan tempat untuk rapat. Setelah itu keduanya menuju pengeras suara yang ada di kantor guru untuk memberikan pengumuman bahwa pulang sekolah nanti akan diumumkan siapa pemenang perlombaan yang diadakan ketika kemah kemarin.

"Assalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh. Mohon perhatiannya untuk seluruh siswa-siswi SMA Nusa Bangsa agar nanti jangan pulang dulu. Karena nanti akan diadakan pembagian hadiah untuk pemenang lomba istana pasir. Sekian, dan terima kasih."

Salsha mengacungkan jempolnya kepada Iqbaal setelah selesai memberikan pengumuman itu. Dengan bangga Salsha menghampiri Iqbaal.

Keduanya kembali melanjutkan langkah untuk menuju kelas. Berjalan bersisian dengan perasaan yang sama.

"Gila, emang cocok banget lo jadi ketos!" kata Salsha dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

"Beneran?" tanya Iqbaal yang nampak tidak percaya dengan perkataan Salsha.

"Iya lah!" jeda Salsha. "Btw, cita-cita lo apa Baal?" sambung gadis berambut sepunggung itu.

Iqbaal tidak langsung menjawab. Laki-laki itu memilih terdiam sejenak. Memikirkan apa yang dia mau untuk dirinya di masa depan.

Kilasan gambar ketika dirinya tengah beryanyi bersam Kiki dan Aldy muncul di otaknya, mebuat sebuah garis tipis terbentuk di bibir Iqbaal. Namun ingatan mengapa dirinya menjadi ketua OSIS mengingatkan dirinya pada sebuah perjanjian yang dia buat.

Satu tarikan napas panjang Iqbaal lakukan. Dia sendiri bingun akan ke mana dirinya nanti.

"Belum kepikiran," jawab Iqbaal datar.

"Loh kok belum kepikiran?"

Salsha tentu saja kaget dengan apa yang Iqbaal sampaikan tadi. Bagaimana bisa seseorang seperti Iqbaal tidak memiliki tujuan? Itu terdengar mustahil di telinga Salsha.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang