"Status memang bukan bukti cinta. Tapi status adalah gambaran bagaimana seharusnya perasaan kita."
🌷HAPPY READING🌷
"Sal!" panggil Steffi dari pintu kelasnya.
"Apa?" jawab Salsha.
"Itu ada Iqbaal, nyariin lo katanya."
Setelah mengatakan itu Steffi pergi lenyap dari atensi Salsha. Bel istirahat sudah berbunyi tiga menit yang lalu. Dan hampir seluruh warga kelasnya sudah hilang keberadaannya.
"Gak ke kantin Sal?" tanya Cassie.
Gadis dengan rambut pirang itu masih betah dengan kepalanya yang tiduran di atas meja. Cassie sedang PMS, jadi dia malas gerak. Karena merasakan nyeri yang sangat mengganggu.
"Ditinggal Steffi," kata Salsha sedikit kesal mengingat Steffi yang meninggalkannya begitu saja.
"Nitip jajan dong Sal," kata Cassie dengan lemas.
"Sal," suara seseorang membuat Salsha dan Cassie mengalihkan pandangan.
"Eh, gue lupa Cas. Iqbaal udah nungguin, gue pergi dulu ya. Kalau mau makanan, telpon aja Steffi. Nanti pasti dibeliin," jelas Salsha lalu meninggalkan Cassie yang hanya bisa diam.
Salsha menghampiri Iqbaal. Sekarang intensitas pertemuan mereka semakin sering. Apalagi semenjak keduanya menjadi satu paket seperti yang Iqbaal katakan.
"Kenapa Baal?" tanya Salsha.
"Ada bisnis bentar."
Gadis dengan rambut sepunggung yang diikat satu itu terkekeh mendengarnya. Salsha merasakan bahwa Iqbaal kini sudah banyak berubah. Tak sedingin dulu lagi. Tak secuek saat mereka pertama kali bertemu.
Salsha bahkan lupa kapan pertama kali mereka bertemu. Oh iya! itu terjadi ketika keduanya tengah bermain bersama sahabat-sahabat mereka.
Pertemuan yang tidak pernah Salsha duga. Mengingat bagaimana dulu Salsha diantar pulang oleh Iqbaal untuk pertama kalinya. Padahal saat itu mereka belum mengenal. Hanya tahu sebatas nama, yang sebenarnya dulu tidak begitu penting bagi Salsha.
Tapi seolah ditampar kenyataan. Kini Salsha seolah sangat ingin mengetahui Iqbaal lebih dari sekedar nama.
"Gaya lo, bisnis-bisnis. Emang kita bisnis apa?" kata Salsha tanpa sadar memukul pelan lengan Iqbaal.
"Dih, gue serius." Iqbaal seolah tidak terima ucapannya dianggap bercanda.
"Yaudah deh, ayo kita mulai bisnisnya."
Dan Cassie lah yang menjadi saksi bahwa Iqbaal tersenyum tipis setelah mendengar ucapan Salsha. Rasa nyeri pada perutnya seolah hilang begitu saja, sangking terkejutnya.
"Woi lo berdua! kalau pacaran jangan di sini. Gak tahu apa, yang di sini jomblo semua. Kan iri jadinya," celetuk Cassie dengan tatapan memelasnya.
"Siapa yang pacaran?" tanya Salsha menanggapi ucapan Cassie.
"Ya, lo berdua. Iqbaal dan Salsha."
"Masih tidur sih lo Cas. Cuci muka dulu sana." Salsha menggeleng-geleng melihat sahabatnya yang selalu saja tidak bisa diam jika melihat Salsha bersama Iqbaal.
"Udah lah Baal, ayo tinggalin aja Cassie. Emang lagi gak beres dia," ajak Salsha dan menarik lengan Iqbaal untuk mengikutinya.
"Gue do'ain lo berdua pacaran!" ujar Cassie setelah keduanya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE
Подростковая литература#1 zona teman #1 teman tapi mesra #1 iqsha #1 cassie #1 kisah kita #1 steffi #1 salsha #1 anaksma #3 aldy #4 teman Ini hanya tetang kisah mereka, kisah remaja mereka. Kisah persahabatan yang menimbulkan rasa nyaman, hingga tanpa meraka sadari, rasa...