Part 65

2.8K 156 88
                                    

"Rasa hadir tanpa diundang. Begitu juga dengan unsur-unsur di dalamnya. Seperti sedih, bahagia dan kecewa."

Ps: Maaf kalau banyak typo

🌷HAPPY READING🌷

Salsha menghembuskan napasnya kasar. Ada air mata yang sejak tadi dia tahan. Kini perasaannya campur aduk. Namun rasa sesal lebih besar menyelimuti dirinya.

"Kenapa gue bisa ngomong gitu di depan dia?" tanya Salsha pada dirinya sendiri.

Kedua tangan Salsha menggenggam ujung roknya dengan kuat. Matanya kini sudah memerah siap menumpahkan bulir-bulir air mata. Tapi dengan sombongnya dia mengelak itu.

"Ngapain di sini?"

Salsha mendongakkan kepalanya. Dan menatap siapa orang yang tengah mengajaknya berbicara.

"Gue lagi pengen sendiri," kata Salsha lalu kembali menatap lurus ke depan.

Karel mengambil tempat duduk di sebelah Salsha. Mengkuti arah pandang Salsha. Hal yang membuat Salsha mengerutkan keningnya.

Dia pikir Karel akan pergi meninggalkannya setelah mendengar perkataannya tadi. Nemun laki-laki itu memilih untuk menemani Salsha yang tengah dalam emosi yang tidak baik.

"Lo denger apa yang gue bilang kan?" tanya Salsha sinis.

"Denger," jawab Karel biasa saja.

"Terus ngapain masih di sini?" tanya Salsha tidak suka.

"Nemenin lo," ucap Karel.

Salsha terkekeh," mending lo pergi."
Karel diam, tidak menjawab. Membiarkan Salsha lebih tenang. Karel mengeluarkan permen tangkai yang tadi sempat dia beli di kantin. Menyerahkannya kepada Salsha.

"Ambil," kata Karel.

Bukannya menerimanya, Salsha malah mengabaikan Karel. Gadis itu tidak menganggap bahwa di sebelahnya ada orang lain.

"Kalau ada masalah cerita," kata Karel memancing Salsha untuk berbicara.

Namun hasilnya tetap sama, gadis itu tetap membungkam mulutnya. Salsha hanya diam memikirkan apa yang tadi baru saja terjadi dengan dirinya.

Kemarahan yang diperlihatkan oleh Iqbaal kepadanya. Apakah itu sebuah pengakuan bahwa Iqbaal tidak menyukainya bersama laki-laki lain karena cemburu atau hanya sebatas marah akibat Salsha mengabaikan Iqbaal?

Itu yang selalu Salsha pikirkan sejak tadi. Tapi sebuah kata selalu berhasil membuat Salsha sadar akan posisinya. Ya, dia hanya sebatas teman di kehidupan Iqbaal.

"Sal?" panggil Karel.

"Lo masih suka sama gue?" tanya Salshayang membuat Karel terkejut.

"Ngapain lo nanya gitu?"

"Salah ya?" ujar Salsha yang dibalas gelengan kepala oleh laki-laki itu.

"Enggak, cuman dengan lo nanya kayak gitu gue jadi mikir kalau lo kasih kesempatan buat gue," jelas Karel sambil menatap Salsha dalam.

Salsha menundukkan kepalanya. Meremas jari-jarinya. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dirinya lakukan. Salsha benar-benar merasa telah menyakiti Karel. Padahal selama ini laki-laki itu yang selalu ada untuknya.

"Maaf," kata Salsha.

Karel mengangkat sebelah alisnya. "Untuk?" tanya remja laki-laki itu tidak mengerti.

"Waktu lo nyatain perasaan lo. Dan saat itu gue bener-bener gak ngerti. Jadi maaf kalau kata0kata gue waktu itu nyakitin lo. Harusnya gue gak bilang kayak gitu." Tutur Salsha.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang