Novalen mengobati luka di lutut Airis dengan sangat telaten. Membersihkan luka menggunakan air bersih, kemudian memberi luka tersebut dengan salep dan membalutnya dengan kain kasa, terakhir menambahkan plester agar luka tersebut tidak infeksi akibat debu. Sakit yang dirasakan Aira hilang seketika, saat melihat ketulusan Novalen dalam mengobati lukanya. Segala ocehan yang dilontarkan Novalen, Aira dengar. Namun segala ocehan tersebut dibuang kembali lewat telinga kirinya. Kini dia sibuk memperhatikan ketampanan Novalen.
Semua hal Novalen punya, hanya satu hal saja yang Novalen tidak bisa dapatkan, yaitu kasih sayang seorang ibu. Kadang Aira bisa merasakan semua itu. Rasa kesepian, kesedihan, dan iri, Novalen bisa menyembunyikan itu dengan baik, tapi Aira tidak bisa tertipu dengan kebohongan itu. Sekali dia memberikan perhatian pada Novalen, membuat Novalen percaya bahwasanya dia tidak sendirian. Sayang sekali Novalen salah paham, cowok itu berpikir kalau perhatiannya itu hanya bentuk rasa kasihan. Novalen tidak pernah membentak atau bersikap kasar kepadanya. Sekali pun Novalen marah padanya, cowok itu memilih diam.
Aira mengenal Novalen saat guru menyuruh murid kelasnya membuat kelompok secara berpasangan. Acak, jika tidak dia pasti akan satu kelompok lagi dengan Anggita. Saat itu dia mengenal Novalen, tapi tidak sepertinya mengenal Anggita. Beberapa kali pertemuan membuatnya akrab, saling menyapa, bercerita banyak tentang kehidupan masing-masing. Pada akhirnya, dia menyukai Novalen. Berbagai sudut dia amati, Novalen adalah cowok ter-wow yang pernah dia kenal. Tentu saja, karena Novalen satu-satu teman cowoknya. Selain Anggita, Novalen dan keluarga besarnya, dia dicap sebagai cewek galak dan anak mami. Percayalah, sebelum mereka mengenalnya, mereka tidak akan pernah mengetahui sifat aslinya seperti apa. Wajah galaknya ini hanya topeng, tidak ada yang tahu saja seberapa baiknya Aira.
“Natap terus entar suka siapa yang tanggung jawab?” Pertanyaan Novalen membuat Aira tersentak kaget. Refleks Aira memalingkan wajahnya, menatap ke arah lain. “Becanda, lagian mana mungkin lo suka sama gue 'kan?”
“Sialan, gue udah suka sama lo, Novalen Angkasa!” teriak Aira dalam hatinya. Dia ingin menjerit dan mengungkapkan perasaannya langsung di depan Novalen. Namun apa daya, perasaannya ini tidak bisa diungkapkan secara langsung.
Novalen sudah selesai mengobati luka Aira, dia menutup kotak P3K kemudian bangkit dari posisi jongkoknya. Selagi Novalen menyimpan P3K ke tempat semula, Aira ikut merapikan UKS yang terlihat berantakan. Novalen menatap Aira sambil melipat kedua tangannya di dada. Cowok itu menarik tangan Aira, menyuruhnya duduk kembali di atas brankar.
“Kenapa si, Len?!” tanya Aira sewot padahal di dalam hatinya sedang berbunga-bunga karena telah diperhatikan oleh orang yang dia cintai.
“Kaki lo masih sakit dan bisa-bisanya lo mau bersihin ruangan ini? Ah, jujur aja gue masih kagum dan salut sama lo. Sekolah ini punya kakek lo tapi lo bersikap seolah lo ini murid biasa. Asli bego banget yang ngejauhin lo.” Novalen tersenyum sambil menatap Aira kagum. Merasa jadi orang beruntung telah mengenal Aira. “Lo cewek paling keren yang pernah gue temui.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Friend?
Teen Fiction"Lo seriusan mau temenan sama gue? Gue miskin loh, gak jijik emang?" tanya Anggita yang langsung dibalas gelengan oleh Aira. "Mau. Gue anggap semua orang itu sama. Miskin kaya, pinter dan gak pinter, gue gak peduli. Di mata gue, semua orang itu sam...