HAPPY READING
Akankah nasib Aira sama seperti Vana? Mari kita lihat sama-sama. Jangan lupa vote dan comment
***
Airaaa
Farel, sorry ya. Gw gak bisa pulang bareng sama lo hari ini, soalnya ada urusan mendadak. See you
Setelah mengirimkan pesan itu, nomor Aira tak bisa dihubungi lagi. Kemungkinan besar gadis itu mematikan handphone-nya. Sekali dia pernah melihat Aira mencemaskan adik Anggita. Firasatnya mengatakan bahwa hari ini Aira akan pergi menemui adik Anggita yaitu Melodi. Sebenarnya terbuat dari apa hati Aira itu? Sudah mengetahui kebenarannya tapi Aira tidak melampiaskan kemarahan di depan Anggita langsung, menampar atau membalas seluruh perbuatan Anggita. Tidak, Aira tidak melakukan itu. Diam adalah cara utama Aira menyelesaikan apa yang menurutnya belum terselesaikan.
Farel mengendarai motor maticnya di kecepatan sedang. Sedari menyetir motor, dia menatap ke kanan dan ke kiri dalam tempo jeda perdetik. Dia kesal kepada Aira. Sudah berulang kali dia memperingati Aira agar tidak bertemu atau berinteraksi dengan Anggita. Tetap, Aira adalah Aira, si gadis super keras kepala. Semakin dipaksa, Aira akan semakin tertekan. Lebih lagi Aira sudah begitu banyak dilimpahkan tekanan dari kakak pertamanya itu.
“Aira, lo kemana si? Gue enggak mau lo berhubungan lagi sama si iblis itu. Gue enggak mau dia manfaatin lo lagi. Kenapa lo terlalu baik sih jadi manusia?” tanya Farel seolah-olah dia sedang mengobrol dengan Aira. Keinginan Farel hanya satu, melihat Aira bahagia tanpa Anggita. Dan, bisa melupakan kejadian buruk yang dilewati Aira.
Matanya memicing, tangan kirinya terangkat mengangkat kaca helm full face. Seorang gadis tengah berlarian menjadi fokus utama Farel. Diberhentikan motornya di pinggir jalan. Aira, sedang berlarian ke arah Anggita yang sedang memunguti buah-buahan di jalan.
“Airaaaa!”
Brak!
Kejadian menyeramkan terjadi begitu saja. Aira mendorong Anggita sampai wajah Anggita membentur tiang listrik, sedetik setelah Anggita terselamatkan dari maut, mobil mini bus sudah menghempas tubuh Aira. Tanpa sadar air matanya mengalir berbarengan dengan tangan dan kaki yang gemetar. Dia berlari sekencang mungkin mendekati tubuh Aira. Tubuh yang sudah bersimbah darah.
Mimpi?
Ini mimpi?Ditampar pipinya keras-keras.
Sakit.
“Aira! Aira, Aira lo lagi bercanda ‘kan? Aira!” teriak Farel histeris, mengangkat kepala Aira ke pahanya, “Aira, lo jangan bercanda. Heh, gue tahu lo suka bercanda tapi jangan kayak gini! Aira gue mohon sadar. Gue ... gue bawa lo ke rumah sakit.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Friend?
Fiksi Remaja"Lo seriusan mau temenan sama gue? Gue miskin loh, gak jijik emang?" tanya Anggita yang langsung dibalas gelengan oleh Aira. "Mau. Gue anggap semua orang itu sama. Miskin kaya, pinter dan gak pinter, gue gak peduli. Di mata gue, semua orang itu sam...