12. Hadiah Untuk Dia🌱

152 34 14
                                    

-Happy Reading Stars-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Happy Reading Stars-

Perlahan tapi pasti, Aira melangkah maju menuju kamar Gebra. Pintu kamarnya sedikit terbuka. Walau ragu, Aira tetap mengintip di celah pintu. Terlihat Gebra sedang bergelung di depan komputer. Pelan-pelan dia mengetuk pintu. Saat terdengar suara sahutan barulah Aira masuk ke dalam kamar Gebra.

Jari yang semula menari di atas keyboard, kini terhenti. Gebra memutar kursinya, menatap sang adik dengan tatapan lembutnya. Otak Aira tiba-tiba bleng, kata-kata yang telah dia siapkan sedari menuju ke kamar Gebra sekarang hilang dalam sekejap mata.

"Ada apa Aira?"

"A-Aira izin keluar, Kak. Aira udah izin kok sama mama papa, ada Novalen di bawah," ujar Aira cepat. Dia gugup, saking gugupnya dia tidak bisa berpikir jernih. Gebra tidak lagi sama seperti Gebra yang dulu. Sekarang Gebra tampak sangat menakutkan di mata Aira.

"Hati-hati," kata Gebra membuat Aira terkejut, "kamu masih pegang uang? Kalau enggak, sebentar." Gebra bangkit dari kursinya lalu mengambil dompet di saku jas yang pria itu gantung. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, setelahnya disodorkan ke hadapan Aira. "Ini, simpan. Kartu dan motor kamu masih Kakak sita."

Aira menggeleng, berniat menolak. Namun Gebra lebih dulu mengepalkan uang tersebut ke genggaman tangannya. "Ambil. Jangan pinjem temen ya, bilang aja sama Kakak, Kakak kasih. Hati-hati." Gebra mengecup pucuk kepala Aira kemudian mengusap rambut Aira lembut.

Tentu saja Aira terpaku di tempat. Dia syok, pasalnya sikap dan perlakuan seperti ini Aira anggap sudah musnah. Sekarang dia mengerti akan sesuatu. Sesuai dengan perkataan Gebra sebelumnya. Semakin dia tidak berbuat ulah, sifat dan sikap Gebra akan kembali seperti dulu dan sebaliknya, mungkin karena ulahnya sikap Gebra berubah seperti saat ini.

Pria itu kembali duduk di tempatnya. Fokus menatap layar komputer, sementara Aira masih terdiam. Sebelum suasana berubah, Aira mengambil kesadarannya lalu izin pergi keluar dari kamar Gebra. Ada perasaan lega setelah dia keluar dari kamar Gebra. Apa pun yang berhubungan dengan Gebra, sekarang dia takut.

***

"Menurut lo, cewek suka dibeliin apa si Ai?"

Aira terdiam. Jantungnya berdebar kencang. Jiwa kepedeannya langsung meningkat drastis. Ibarat termometer, suhu panas sudah pada tingkat full. Beberapa hari lagi ulang tahunnya. Apa mungkin Novalen mengajaknya ke sini ingin membeli hadiah untuknya?

Secepatnya Aira menggeleng, mengusir jiwa kepedean. Namun tidak bisa dipungkiri kalau Aira memang mengharapkan hadiah dari Novalen. Jari Aira terketuk di dagu, berpikir panjang soal hadiah yang cocok untuk diberikan kepada cewek yang dimaksud Novalen. Entah siapa pun yang akan Novalen berikan hadiah, dia harus mengusulkan hadiah terbaik.

"Menurut gue hadiah yang sederhana tapi spesial," kata Aira, memandang lurus ke depan. Otaknya masih berpikir keras tentang hadiah sederhana tetapi spesial.

Hello, Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang