HAPPY READING!!
“Ai, makasih banyak ya udah bantu kita.”
Aira mengangguk sambil tersenyum. “Seharusnya gue yang bilang terima kasih, karena udah diizinin ngerecokin kalian. Apalagi dibolehin masuk komunitas juga.”
Anisa menepak tangan Aira pelan. “Hust! Siapa yang ngerecokin. Adanya lo di sini itu bener-bener ngebantu banget. Seneng deh gue punya temen baru.”
“Nis, lo kebiasaan nepak-nepak orang. Kasian Aira pasti kesakitan,” komentar Lana, sementara Anisa hanya cekikkan sambil meminta maaf pada Aira.
“Gue gak papa kok, gak keras juga,” balas Aira.
“Gak papa, gak papa! Noh liat tangan lo merah dipukul Nisa. Parah emang lo, Nis, tanggung jawab cepet!” timpal Rizal ketus, memegang tangan Aira lalu diangkatnya ke atas—menunjukkan bekas merah di tangan Aira.
Anisa hanya menepuknya pelan dan kulit Aira sudah memerah, seperti habis dipukul dengan sangat keras. Namun, pada nyatanya bukan tepukan Anisa yang keras, melainkan kulit Aira yang putih jadi terkena sedikit tepukan saja sudah terlihat. Sangat menyenangkan sekali ikut bergabung bersama mereka. Aira jadi memiliki teman baru, selain Anggita dan Novalen tentunya. Dia juga telah resmi menjadi anggota komunitas mereka. Hari ini dia baru mengenal Rizal, Lana dan Anisa, mungkin lain hari dia bisa mengenal semua anggota komunitas.
Aira senang bisa mengenal mereka semua. Mereka sama seperti Anggita, tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Apa mungkin, setelah mereka tahu soal siapa dirinya, mereka akan ikut menjauh dan menghindar?
“Gak papa, Rizal. Seriusan gak papa, Nisa gak kenceng kok mukulnya. Kalau pun kenceng, gak papa,” ujar Aira, menarik tangan dari genggaman Rizal.
“Eh, serius gak papa kalau gue mukul kenceng?” tanya Anisa, nadanya terdengar seperti sedang bercanda.
Lana menoyor kepala Anisa pelan, membuat gadis itu mendengkus. “Psikopat ya? Mau nyakitin orang?”
“Canda ya elah, baper amat,” balas Anisa, “btw, mana si Novalen, lama amat beli air. Ngebucin dulu kali ya sama Mak Ojah.”
“Eh, enggak kali. Kan ada yang cantik,” sahut Lana, melirik Aira, begitu juga dengan Anisa dan Rizal. Aira yang mengerti dengan gurauan Anisa pun terdiam, dalam hati berbunga-bunga.
“Iya, kan udah punya pacar,” timpal Rizal.
“Emang Novalen udah punya pacar ya?” tanya Aira penasaran. Dia tidak ingin ke-gr-an dulu, dan ternyata memang betul Novalen mempunyai pacar. Seandainya benar, itu artinya dia kalah sebelum berperang.
Menyakitkan.
Anisa berdehem, dilanjut oleh Rizal dan dilanjut lagi oleh Lana—berdehem secara berurutan. Tatapan mereka bertiga tertuju pada Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Friend?
Teen Fiction"Lo seriusan mau temenan sama gue? Gue miskin loh, gak jijik emang?" tanya Anggita yang langsung dibalas gelengan oleh Aira. "Mau. Gue anggap semua orang itu sama. Miskin kaya, pinter dan gak pinter, gue gak peduli. Di mata gue, semua orang itu sam...