13. Kandas🌱

169 40 31
                                    

 Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Happy Reading

Selamat menikmati kisah Aira. Mangga ditekan bintangnya, biar aku tambah semangat wkwk.

***

 

Mampukah Aira menahan untuk tidak mengekspresikan hari ini dengan wajah bahagia dan berseri-seri. Senyuman merekah selebar bulan sabit? Tidak, Aira tidak melakukan itu. Ingin sekali dia meloncat-loncat kesenangan saat ini dan detik ini juga. Di depan orang yang dia cintai, menyembunyikan rasa gengsi dan tidak ingin dicap ke-gr-an oleh cowok itu.

Keluar dari pasar modern, Novalen dan Aira berjalan santai menuju tempat makan. Tangan Novalen setia menggenggam tangan dingin Aira. Akibat ucapan tadi, saat ada di toko perhiasan, jantungnya masih berdegup kencang. Aira tidak tahan dengan suara degup jantungnya. Semakin lama, degupan jantung yang terbilang cepat ini membuat Aira tidak nyaman. 

“Gue mau ngomong sesuatu. Maaf banget ya, Ai, selama ini gue sembunyiin ini dari lo,” kata Novalen, berjalan santai. Pandangannya lurus ke depan. Dia mengatakan itu tanpa memandang ke Aira.

“Kok jadi serius banget si? Ya ngomong aja kali!”

“Sebenernya ....”

“Apa?”

Novalen menghela nafasnya panjang. “Sebenernya ....”

Sebenarnya, Novalen mau apa sih?!

Langkah Aira berhenti, begitu juga dengan Novalen yang melihat Aira berhenti ikut berhenti juga. Aira berkacak pinggang. “Sebenernya apa Novalen? Jangan buat gue mati penasaran!” Kesal Aira. Gara-gara Rafael jantungnya melompat-lompat.

“Ai, sebenernya gue suka ...,” ungkap Novalen menggantung.

Sungguh, rasanya Aira mau pingsan di tempat saja.

“Gue suka sama Anggita, Ai.”

Jdar!

Bagai petasan meledak di dalam tubuhnya. Kaki Aira melemas seperti agar-agar. Pernyataan itu? Apakah dia sedang bermimpi? Awalnya dia berpikir Novalen akan mengungkapkan cinta di depannya dan untuknya. Namun, harapannya kandas.

Sebelumnya Aira ingin menangis karena jantungnya berdegup dengan sangat kencangnya, dan sekarang dia ingin menangis setelah jantungnya lolos begitu saja. Kedua sudutnya dia paksa naik, membentuk senyuman lebar. Tangannya terangkat, melayangkan pukulan ringan di lengan Novalen.

Gadis itu tersenyum penuh kesesakan.

Gadis itu tertawa penuh kesakitan.

Novalen mencintai Anggita, sahabatnya sendiri. Seketika mata Aira memanas. Dia ingin menangis dan berteriak sekencang-kencangnya. Namun, demi menjaga hati Novalen dia harus berbahagia mendengar kabar ini. Entah ini kabar baik atau buruk.

Hello, Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang