18. Pesan Anggita untuk Gebra🌱

203 33 9
                                    

Guru Bahasa Indonesia sedang cuti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Guru Bahasa Indonesia sedang cuti. Alhasil beliau hanya mengirimkan kelas Aira tugas. Soal-soal yang beliau berikan cukup mudah. Terdiri dari 20 pilihan ganda dan 5 essay. Dalam waktu satu jam saja bisa selesai, sedangkan pelajaran Bahasa Indonesia memiliki dua jam. Setelah tugas dikumpulkan, para murid melakukan hal yang mereka suka. Ada yang berlatih soal-soal ujian, membaca buku paket, berlatih menghitung cepat, tidur dan bermain handphone.

Kelas utama, di mana para murid berprestasi berkumpul. Mereka berlomba-lomba ingin menjadi yang terbaik. Jam kosong seperti ini mereka pakai untuk belajar, belajar dan belajar. Berbeda dengan Aira yang tidur. Tidak, bukan tidur, tetapi memejamkan mata di balik lipatan tangan. Novalen sedang bermain kuis soal di handphone sedangkan Anggita tengah memikirkan sesuatu.

“Ai, lo tidur?” tanya Anggita, menepuk pelan bahu Aira.

Aira menegakkan badannya, kembali ke posisi awal. Dia menggeleng. “Gue gak tidur. Cuma gabut aja, mau belajar juga males. Lagi gak semangat mau ngapa-ngapain,” jawab Aira lesu.

Anggita berdecak, sebal. “Mana HP lo!” pinta Anggita, mengulurkan tangannya.

“HP? Buat apa?”

“Cepet sini!” paksa Anggita, menaik-turunkan alisnya.

Dengan gerakan malas, Aira mengambil handphone di saku roknya lalu menyodorkannya pada Anggita. Gigi rapi nan putih milik Anggita terlihat ketika Aira menyodorkan benda pipih seharga motor keluaran terbaru itu, langsung saja gadis itu mengambilnya. Kapan lagi dia bisa mengutak-atik handphone mahal? Bahkan menyentuh saja sudah membuat jantung Anggita berdebar.

“Gue pinjem ya bentar. Gue mau baca novel online, handphone gue penuh memorinya,” imbuh Anggita. Tanpa menunggu persetujuan, gadis itu memainkan handphone Aira. Anggita menganggap semua barang milik Aira adalah miliknya juga. Berbeda dengan Aira yang merasa tidak enak meminjam sesuatu darinya.

Bukankah Aira seperti gadis bodoh?

Ya, memang bodoh.

“Ai, lo suka novel ‘kan? Di sini lo bisa baca novel gratis dan lo bisa ngobrol langsung sama penulisnya. Asik gak tuh? Langsung ngobroin cerita yang disuka sama penulisnya,” ujar Anggita, menawarkan sebuah aplikasi membaca dan menulis novel.

Mata Aira terbuka lebar, dia menatap ke arah handphone-nya. Mulutnya sedikit terbuka, berdecak kagum. Dia menyukai novel fiksi, terutama fiksi remaja dan young adult. Akan seru saat dia bisa mengobrol dengan penulisnya langsung. Begitu fokus Anggita membaca dan Aira memperhatikan itu. Dia ingin segera membaca cerita lewat handphone. Lebih mudah dibawa kemana-mana ketimbang membawa novel. Apalagi novel itu memiliki ketebalan di luar nalar, sangat merepotkan.

“Gue dulu ya, Ai. Lo enak bisa kapan aja, malem juga bisa ‘kan? Gue dulu.”

“Yaudah. Gue mau lanjut tidur ya.”

Hello, Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang