Huft, lelah? Kalian lelah baca ini? Kalian lelah liatin Anggita yang suka banget buat dongkol. Baiklah, kalau kesal mari menambah kekesalan. Selamat membaca sayang
____________________
Tanpa berpikir panjang lagi Aira langsung memesan taksi online menuju lokasi yang sudah Anggita kirimkan. Lokasi tersebut menunjukkan club malam. Otaknya tidak bisa berpikir jernih. Air mata mengalir deras bak air sungai. Tangannya bergetar dan kening bercucuran berkeringat. Dia menyayangi Anggita seperti kakaknya sendiri, seperti dia menyayangi Gebra dan Gabriel. Berdoa selalu yang terbaik untuk Anggita. Disaat Anggita terkena masalah, dia hanya bisa membantu sesuai kemampuannya.
Sampai tiba Aira di depan club malam. Air matanya masih berderai deras. Udara malam hati sangat menyengat kulit. Dia keluar tanpa mengenakan jaket atau menghangat lainnya. Bahkan kakinya hanya beralas sandal tidur saking buru-buru. Ditatap bangunan berlantai dua itu, dari atas sampai bawah. Seumur hidup dia tidak pernah ke tempat seperti ini. Larangan keras bagi keluarganya terutama perempuan masuk ke tempat seperti ini. Anggita lebih penting dari apapun, lebih dari aturan keluarga yang selama ini dia ikuti.
Tapak sandal menapak di lantai club. Registrasi dan melakukan pembayaran, usianya belum cukup tapi dia memohon agar dibiarkan masuk. Setelah perdebatan kecil, akhirnya Aira dibiarkan masuk. Musik dugem memecah pendengarannya. Para wanita seksi dan pria-pria dewasa berjoget-joget sambil memegangi gelas berisikan alkohol. Spontan Aira menutup telinganya kuat-kuat. Tiba-tiba ada seorang pria memeluk pinggang Aira posesif. Kaget, Aira memberontak tapi pria itu langsung mengendus-endus di belakang leher. Menjilat telinga Aira sensual.
Pernah Aira diajari ilmu bela diri oleh Gebra. Merasa jijik dengan dirinya sendiri, Aira langsung menendang lutut lawan dan memutar lengannya. Setelah pria itu merasa kesakitan, Aira menendang bokongnya kuat-kuat sampai pria itu terhempas ke dinding.
“Anggita! Anggita lo di mana?!” teriak Aira merasa jijik. Membuang ludah di telapak tangannya sendiri lalu ditempelkan ke telinga yang tadi dijilat oleh pria asing.
“Anggita?!”
“Sialan lo yang nyulik sahabat gue! Keluar kalian. Bisa-bisanya kalian nyulik orang lemah!” Sambil berteriak, Aira berlari. Berputar mengedarkan pandangannya.
Bruk!
Tubuh Aira tidak sengaja menabrak sesuatu. Bukan sesuatu, tapi seseorang. Belum sempat Aira berdiri, dua orang pria sudah mencekal lengannya dari dua sisi. Aira bermaksud ingin menendang kedua pria itu, tapi sayang tenaga kedua pria itu lebih kuat. Seketika ilmu bela dirinya tidak berguna.
“Mana Anggita! Pasti lo kan yang culik sahabat gue?! Ngaku lo b*ngsat!” teriak Aira berontak. Seorang pria lain berdiri di depannya sambil menggeleng-gelengkan kepala kasihan.
“Tenang aja sahabat lo aman, kok. Itu sahabat lo ‘kan? Dia abis makan ayam crispy sama gue.” Pria berambut gondrong itu mengangkat dagu, menunjuk ke arah depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Friend?
Teen Fiction"Lo seriusan mau temenan sama gue? Gue miskin loh, gak jijik emang?" tanya Anggita yang langsung dibalas gelengan oleh Aira. "Mau. Gue anggap semua orang itu sama. Miskin kaya, pinter dan gak pinter, gue gak peduli. Di mata gue, semua orang itu sam...