Apa yang membuat kalian bahagia hari ini?
*Happy Reading*
Lewat pesan singkat Aira mengirimkan pesan kepada kakak keduanya, Gabriel. Mengabari pria itu kalau dia tidak langsung pulang ke rumah, melainkan pergi ke toko buku terlebih dahulu. Membeli beberapa buku sains dan buku-buku menarik. Bersama Farel, Aira berputar-putar ke seluruh bagian toko buku. Aura menyenangkan tiba-tiba keluar dari diri Farel. Hari-hari cowok itu sangat menjengkelkan. Percayalah, Aira ingin mencungkil kedua bola mata Farel. Alasannya karena cowok itu sering menatapnya dengan tatapan mengejek.
“Coba Rel, ambilin buku itu!” pinta Aira seraya menunjuk buku berwarna biru yang tidak bisa dia gapai. Farel mengambil buku itu lalu membaca judulnya sekilas.
‘Cara-cara membahagiakan diri sendiri’
Itulah judulnya. Seketika Farel tertawa terbahak-bahak melihat judulnya. Buku itu dia sodorkan ke Aira. Dengan wajah kesal Aira mengambilnya. Beberapa menit Farel menjadi sosok menyenangkan, sekarang cowok itu berubah lagi menjadi cowok menyebalkan. Menertawai buku ini, memangnya buku ini salah apa? Apa ada yang lucu? Buku ini buku motivasi hidup. Lantas apa yang lucu?
“Kenapa lo ketawa?!”
“Buku itu enggak cocok buat lo, Ai. Hari-hari lo bahagia ‘kan? Selama ini gue perhatiin sering ketawa-ketawi tanpa beban. Sehari aja lo enggak ketawa kayaknya aneh. Sebentar.” Farel mengetuk-ketukan jarinya ke dagu. Mendongkak, mencari-cari judul buku. Dirasa sudah tepat, dia mengambilnya. “Ini kayaknya cocok buat lo, ‘Friendshit, cara membedakan teman real dan teman fake’ baca ini aja. Lo butuh ini.”
Mata Aira memicing, membaca judul bercover putih polos itu.
“Ngapain? Temen gue enggak ada yang fake. Jangan bilang lo nganggap Anggita teman fake?”
Bahu Farel terangkat acuh. “Gue nebaknya begitu. Mau percaya atau enggak. Coba lo pikirin baik-baik, apa lo bahagia ada temenan sama Anggita? Ngerasa beban atau enggak. Jujur, gue enggak pernah seyakin ini sama orang. Tapi, semua kembali lagi ke lo, gue juga enggak bisa maksa-maksa lo percaya sama gue. Baru tebakan gue.”
“Gu-gue percaya kok sama Anggita. Perkataan lo enggak akan buat gue goyah!” tekan Aira, mengembalikan buku yang tadi dia pilih.
“Besok libur.”
“Gue tahu,” jawab Aira ketus.
“Sebenarnya gue kasihan sama lo. Butuh hiburan gitu, jadi gue ada rencana mau bawa lo liburan. Dari pagi sampai sore, itu pun kalau lo mau.”
Tunggu, liburan?
Aira memutar tubuh, kembali menatap Farel yang sedang memilih-milih buku. “Liburan? Kemana?” tanya Aira antusias, tetapi saat mengingat dia sedang masa dihukum sepertinya mustahil apalagi dengan Farel. Cowok asing. “Enggak jadi, enggak usah dijawab. Mustahil gue bisa liburan. Kakak gue enggak bakal izinin gue liburan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Friend?
Teen Fiction"Lo seriusan mau temenan sama gue? Gue miskin loh, gak jijik emang?" tanya Anggita yang langsung dibalas gelengan oleh Aira. "Mau. Gue anggap semua orang itu sama. Miskin kaya, pinter dan gak pinter, gue gak peduli. Di mata gue, semua orang itu sam...