[25] Kue dan Ruang Kerja

304 84 32
                                    

   Matahari belum menunjukkan kehadirannya. Namun di salah satu sudut jakarta, ada seseorang yang sudah terlalu bersemangat untuk menyambut hari ini. Siapa lagi kalau bukan aqila. Ia sudah bangun dari semenjak pukul 4 pagi tadi, sudah mandi dan bahkan sudah menyiapkan sarapan untuk papanya yang masih terlelap.

   Hari ini, aqila akan mengikuti ujian di tempat ia selama ini mengikuti les membuat kue. Sejak kecil, aqila memang sangat menyukai aroma kue. Lebih tepatnya, aroma kue yang baru matang itu selalu mengingatkannya pada kenangan masa kecil yang menurutnya indah.

Sangat indah. Di mana masih ada sosok mamanya di sana.

  Selain itu, karena aqila tidak terlalu menyukai kue yang terlalu manis, itu sebabnya ia ingin suatu saat bisa mempunyai toko kue sendiri.

   Dulu, setiap hari libur, aqila akan membantu mamanya membuat kue. Bahkan, meskipun dulu haidar datang ke rumahnya untuk mengajaknya bermain, yang aqila lakukan malah menarik haidar untuk ikut dengannya membuat kue.

   "aqila, kenapa sih suka banget sama wangi kue?" tanya mama aqila kala itu.

   "soalnya, wanginya kaya mama."

   Aqila tersenyum setiap mengingat serpihan kenangan masa kecil bersama mamanya sepintas hadir, meskipun terkadang ia menyayangkan apa yang kini terjadi pada keluarganya. Namun, aqila tidak ingin menyalahkan siapa pun. Termasuk dirinya. Mungkin, memang masanya yang sudah habis.

   Lamunan aqila buyar ketika ponselnya yang ia letakkan di atas meja berbunyi, ternyata itu adalah panggilan dari zayn, kekasihnya.

   "halo, mas."

   "kamu udah siap? Mas udah di depan nih."

   "udah, bentar ya. Aku pamit sama papa dulu."

   "iya."

   Aqila pun mematikan panggilan tersebut dan bergegas turun untuk berpamitan ke papanya. Sebelumnya, aqila sudah bertanya kepada zayn perihal apakah kekasihnya tersebut bersedia untuk mengantar dirinya pergi hari ini. Meskipun sudah berstatus sebagai sepasang kekasih, terkadang aqila masih sungkan untuk merepotkan zayn. Padahal, zayn tidak pernah merasa keberatan akan hal itu.

   "mas." Panggil aqila pelan sambil sedikit melambaikan tangannya saat sedang berjalan menghampiri mobil zayn.

   "maaf ya, mas. Ngerepotin pagi-pagi gini." Ucap aqila saat dirinya sudah duduk di dalam mobil.

   "kalo ngerepotin mas gak akan dateng ke sini." Ujar zayn lalu tersenyum.

   "lagian kasian kalo papa kamu yang nganter, tempatnya jauh." Lanjut zayn yang kini sudah melajukan mobilnya keluar dari area perumahan aqila.

   Selama di perjalanan, mereka berdua tidak terlalu banyak berbicara. Aqila hanya bercerita perihal sidang skripsinya yang mungkin tertunda karena dosen pembimbingnya yang tiba-tiba berada di luar kota untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Begitu juga dengan zayn yang hanya bercerita kalau beberapa hari belakangan ini ia sibuk mengurus adik jeffrey yang sempat mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu.

   Selebihnya, jika keduanya tidak memulai pembicaraan, maka yang aqila lakukan hanyalah memandangi kekasihnya yang sedang menyetir. Kekasih yang sudah lama tidak ia lihat.

   "mas jelek banget ya sampe kamu pandangin terus gitu?" tanya zayn tanpa mengalihkan pandangannya ke arah aqila.

   "harusnya.." gumam aqila.

   "harusnya?" ucap zayn dengan nada seperti bertanya.

   "iya, harusnya sih jelek. Ternyata malah ngangenin." Jawab aqila yang disambut tawa oleh zayn.

ETERNAL DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang