[47] Yogyakarta dan Kebenaran

182 62 1
                                    

   Hari-hari berlalu, suasana duka perlahan memudar, dan hidup akan terus memaksa setiap dari manusia untuk terus melangkah maju. Mungkin, kita bisa memilih untuk berjalan di tempat, mungkin juga, kita bisa memilih untuk berhenti. Semua pilihan tetap berada di tangan kita masing-masing. Namun, ada satu hal pasti yang tidak bisa menjadi pilihan kita. Yaitu, meminta dunia untuk menunggu keputusan kita. Entah itu berhenti, berjalan di tempat, atau mengikuti dunia yang terus melangkah di depan kita. Tidak peduli dengan keputusan apa yang akan kita pilih.

   Mungkin, hal itu juga yang kini membantu aqila untuk memilih. Ia memilih untuk merelakan apa yang telah terjadi di kehidupannya. Mungkin belum sepenuhnya, terkadang akan datang hari di mana aqila akan menangis karena merindukan sahabatnya. Terkadang juga, aqila masih terjebak di antara rasa bersalah yang sesekali masih menghantuinya.

   Namun aqila tidak ingin semua perasaan itu mengalahkannya atau bahkan membunuhnya secara perlahan. Ia sadar, kehidupan yang sekarang sedang ia jalani adalah salah satu hasil jerih payah dari pengorbanan sahabatnya. Kalau ia tidak berusaha bersyukur, ia hanya akan mengukir kesedihan di wajah sahabatnya yang telah pergi meninggalkannya.

   Hari ini sudah terhitung 1 bulan semenjak kepulangan zayn dari rumah sakit. Zayn sudah bisa menjalani kehidupannya seperti biasa, ia juga sudah mulai memasuki dunia kerja dan bergelut dengan banyaknya pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan. Kembalinya zayn ke kantor benar-benar disambut rasa syukur oleh rekan-rekan kerjanya, dan zayn sangat mensyukuri hal itu.

   Melihat apa yang ia jalani hari ini, semakin membuatnya ingin terus berterima kasih kepada haidar. Ia selalu merasa tidak cukup dengan ucapan syukur yang ia tujukan kepada haidar setiap harinya. Pengorbanan haidar bagi aqila dan juga bagi dirinya, tidak akan pernah bisa ia balas seberapa keraspun ia mencoba. Namun ada satu hal pasti yang bisa ia janjikan pada haidar, bahwa ia akan menjaga aqila seperti kalimat terakhir yang haidar pernah pinta padanya.

   Ia akan memastikan, bahwa ia akan benar-benar menjaga dirinya, menjaga donor yang sudah haidar lakukan pada tubuhnya, untuk bisa terus berada di sisi aqila. Untuk terus bisa menemani aqila menjalani kehidupannya dan membuatnya bahagia, bersama dengannya.

   "zayn, pulang kerja ikut kumpul yuk. Makan bareng aja sama anak divisi lain di lantai 2."

   "eh sorry, gue gak bisa ikutan. Gue udah ada janji sama pacar gue."

   "oh, ya udah deh gapapa santuy, lain kali aja bro kalo gitu."

   "iya, sorry ya."

   Setelah mengucapkan hal itu, zayn pun segera meninggalkan kantor dan melajukan mobilnya untuk menuju ke apartemennya dan bersiap-siap menuju ke rumah aqila. Malam ini, mereka akan makan malam bersama di rumah aqila. Sejak seminggu yang lalu, aqila sudah mulai kembali menetap di rumah lamanya di Jakarta bersama papanya.

   Awalnya, papa aqila hendak mengambil cuti selama satu bulan untuk menemani anak semata wayangnya, hanya supaya aqila tidak merasa kesepian. Namun, aqila yang mengetahui hal tersebut tentu saja tidak akan mengizinkan papanya melakukan hal itu.

   "aqila gak mau pa, kalo papa harus repot sampe cuti segala. Lagian papa kan masih suka pulang juga setiap 2 hari sekali. Aqila gak apa-apa kok. Ada mas zayn juga, ada kak sasa juga yang suka ke sini sama andrea."

   Mendengar ucapan tersebut, papa aqila pada akhirnya mengalah dengan beberapa syarat di mana aqila harus langsung menghubunginya kapanpun ia membutuhkan papanya, dan aqila pun menyetujuinya.

   Jam sudah menunjukkan pukul 7 lebih 15 menit, bersamaan dengan mobil zayn yang kini sudah terparkir di teras rumah aqila. Ia segera turun dari mobilnya dengan membawa satu bucket bunga mawar yang ia beli saat sedang dalam perjalanan tadi. Pintu rumah aqila pun terbuka, menunjukkan wajah cantik dari kekasih yang tidak pernah tidak berhasil untuk membuat zayn jatuh cinta setiap harinya. Zayn pun segera memberikan bucket bunga yang sedang ia pegang kepada aqila.

ETERNAL DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang