Jakarta, Oktober 2019.
"kamu sudah bisa sidang bulan depan ya."
Kalimat terakhir yang selalu terngiang-ngiang di kepala setelah tadi sekitar satu jam lamanya gue bolak balik ngurus semua berkas-berkas persiapan sidang. One step closer, like everyone said.
Semenjak mengenal aqila, hari-hari gue berubah jadi lebih berbeda. Buat gue yang selalu menyangkal atau mengesampingkan soal urusan cinta, hal ini tentunya baru bagi gue. Mengingat seseorang ketika kita sedang sendirian, ketika sedang ingin melepas penat, ketika ingin berbicara banyak hal yang terjadi setiap harinya, ketika ingin tidur, dan ketika baru saja membuka mata.
Ternyata, jatuh cinta itu menyenangkan ya?
Begitu juga saat ini, aqila adalah orang pertama yang terbesit di dalam pikiran gue. Gue ingin dia tau kalo gue hampir berhasil melalui satu hal penting di hidup gue. Gue ingin dia bisa ngerasain kebahagiaan yang gue rasain sekarang.
Gue jalan menuju parkiran dan mengendarai mobil gue untuk kembali ke kafe, tapi bukan untuk bekerja, cuma untuk singgah sebentar. Hari ini gue udah mutusin buat ngajak aqila ke suatu tempat.
"hnggg, halo mas zayn?"
Suara aqila terdengar masih serak, seperti suara seseorang yang baru aja bangun tidur.
"baru bangun?"
"hehe, semalem maraton film sampe jam 3 apa ya? gak inget."
"mau ikut gak?"
"kemana, mas?"
"rahasia, mau gak nih? biar dijemput sekarang."
Tiba-tiba aja gue mendengar suara gaduh di seberang sana. Gue tertawa.
"ih jangan kesini dulu, belum mandi. Bentar-bentar, 30 menit deh mas. Ya?"
Gue bisa membayangkan wajah kaget aqila walaupun dari kejauhan. Pasti lucu.
"iya iya, haha. Gak usah kaget gitu. Ini mau ke kafe dulu kok, abis itu gue jemput ya."
"ya gimana gak kaget. Oke mas, see you."
"see you."
Sambungan telepon pun tertutup. Selama perjalanan dari kampus ke kafe, tiba-tiba aja gue terus teringat tentang satu hal yang sebenernya sangat mengganggu pikiran gue setiap harinya. Satu hal yang sangat mengusik gue sebagai seorang laki-laki. Apalagi kalo bukan..
"kapan ya gue harus nembak aqila?" tanya gue dalam hati.
Hari di mana gue mampir ke rumahnya dan meminta aqila untuk menunggu gue buat confess secara layak ke dia, itu bener-bener jadi PR setiap malem bagi gue sebelum tidur. Gue sengaja bilang kayak gitu ke aqila dengan niat supaya dia gak lebih dulu ngelakuin hal itu ke gue, dan karena ucapan itu juga, gue selalu kepikiran kapan waktu yang tepat untuk ngungkapin itu semua.
"apa di hari gue sidang aja ya?" bisik gue pada diri sendiri.
Tapi di sisi lain, gue takut itu terlalu lama. Sekarang aja udah memakan waktu kurang lebih 2 minggu lamanya. Jeffrey pun waktu main ke apartemen gue langsung marah-marah dengan sabdanya.
"ya elah zen keburu melempem anaknya, ntar anaknya udah gak suka sama lo, tau rasa deh." Ketus jeffrey saat itu.
"ya berarti gak jodoh, jef." Pembelaan gue juga waktu itu. Klasik.
"ah, kalo kayak gitu lo duduk aja di dalem apartemen sampe ketemu jodoh lo, kalo jodoh pasti bakal ketemu kan? Iya tiba-tiba ada cewek ngetuk apartemen lo dan bilang 'hai aku jodohmu'." Ucap jeffrey meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL DESTINY
Fanfiction[END] Zayn Lazuardi, seorang lelaki semester akhir yang suatu hari tanpa sengaja dipertemukan dengan seorang perempuan yang ia pergoki sedang memandanginya ketika ia sedang tertidur di dalam bus, juga dengan pertemuan lainnya yang terjadi secara...
