[21] Mama Zayn

331 119 10
                                    

   Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Matahari pun sudah mulai bertamu tanpa diundang memasuki ruangan kamar zayn melalui celah-celah gorden, sementara sang pemilik kamar masih merasa berat untuk membuka matanya. Semalam, zayn bahkan tidak begadang. Namun, sepertinya ia belakangan ini terlalu lelah secara fisik maupun mental untuk mempersiapkan segala hal yang ia butuhkan untuk sidangnya kemarin. Sehingga setelah semuanya selesai, maka ia pun merasa seperti bisa melepas semua hal yang menahannya untuk tidur nyenyak.

   Zayn bangkit dari posisi tidurnya dan bersandar pada tumpuan ranjangnya dan berusaha melawan cahaya yang masuk untuk membuka matanya perlahan. Ia mengambil gelas berisi air putih yang berada di nakas sebelah ranjangnya, meminumnya pelan sambil menatap sayu pada semua hadiah sidang yang ia dapatkan kemarin di meja di depan kasurnya.

   "gue gak nyangka bakal dikasih hadiah sebanyak ini." Monolog zayn pelan.

   Dari semua hadiah tersebut, belum ada satupun yang zayn buka terkecuali satu hadiah kecil yang berada di ujung meja. Hadiah dari aqila. Zayn tertawa sekilas mengingat aqila yang sangat antusias saat zayn tengah membuka hadiah pemberiannya kemarin.

   "jadi, hadiah buat mas mana?" tanya zayn saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil zayn.

   "oh iya, sebentar hehe" jawab aqila yang kini tengah membuka totebag yang sedari tadi ia bawa.

   Aqila mengambil sebuah kotak hitam berukuran 20x20 cm dengan sebuah pita berwarna biru di luarnya.

   "nih!" aqila memberikan hadiah tersebut kepada zayn dengan sebuah senyuman yang membuat zayn ikut tersenyum, sekaligus penasaran.

   "mas buka sekarang ya—"

   "eh, jangan dulu!" sela aqila yang kini menahan tangan zayn dengan memegangnya erat. Zayn pun terdiam dan menatap aqila bingung.

   "terus mas bukanya ka—"

   Zayn belum sempat menyelesaikan kalimat yang ingin ia ucapkan ketika aqila tiba-tiba saja mendekatkan dirinya pada zayn, dan ia mencium kekasihnya tersebut.

   Aqila mencium pelan pipi sebelah kiri zayn tanpa aba-aba, dan hal itu berhasil membuat zayn membeku.

   "selamat sidang ya, mas zayn sayang." Bisik aqila pelan tepat pada telinga zayn, membuat zayn semakin tidak bisa berkutik. Aqila pun mulai memberi jarak dirinya pada zayn, ketika pada saat itu juga zayn menahan aqila pada pinggangnya dan menariknya kembali ke arah zayn dengan tangan kirinya.

   Aqila yang kembali tertarik pada jarak yang cukup dekat dengan zayn pun cukup kaget sehingga kini kedua tangannya bertumpu pada dada bidang zayn.

   "m-mas.."

   Zayn tidak menjawab, namun ia perlahan mendekatkan wajahnya pada aqila, membuat degupan jantung aqila tiba-tiba saja seperti sedang berlari estafet. Aqila tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh kekasihnya tersebut, namun ia berpikir bahwa zayn tidak mungkin akan melakukan hal yang ia sedang ia pikirkan di sini, sekarang.

   Semua pertanyaan di dalam kepala aqila akhirnya terjawab ketika zayn menoleh ke sebelah kiri dan berkata pelan, "kamu harus cium sebelahnya juga, biar adil." Hal itu benar-benar membuat aqila hampir kehilangan akal sehatnya.

   Ia terkekeh pelan lalu mencium pipi kiri zayn sama pelannya seperti ciuman sebelumnya. Setelah melakukannya, alih-alih mundur dari posisinya aqila malah memilih menenggelamkan kepalanya pada dada bidang zayn dan merengek layaknya anak kecil.

   "haha kamu kenapa?" tanya zayn.

   "m-malu.." gumam aqila dari balik persembunyiannya.

ETERNAL DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang