[10] Zayn: Kencan Pertama

533 138 27
                                    

   Semenjak pertemuan terakhir gue dengan aqila di kafe, hubungan di antara gue dengannya mulai membaik. Maksudnya, kita udah mulai ada di fase yang bisa disebut 'PDKT', gue pikir begitu. Kita gak lagi seperti orang asing waktu ketemu di jalan, atau pun seperti teman kuliah yang cuma saling nunjukin gestur sapaan menghormati satu sama lain, namun lebih dari hal itu.

   Kita sering bertukar pesan untuk menceritakan keseharian yang melelahkan atau sekedar ingin menghubungi satu sama lain karena bosan. Kalau secara gak sengaja ketemu di kampus, aqila tanpa sungkan akan mengampiri gue dan terkadang mengajak gue untuk makan di kantin perbatasan fakultas gue dengan dia.

   Kadang kalau lagi senggang, gue sering menawarkan diri untuk menjemput aqila ke fakultasnya atau sekedar mengantarkannya ke kampus. Namun masalahnya adalah, aqila sering menolaknya. Katanya, dia takut kebiasaan dan takut jadi bergantung sama gue, padahal gue gak pernah keberatan, tapi karena dia selalu kekeh menolak, gue pun berusaha menghargai keputusannya.

   Hari ini, karena gak ada kegiatan lain dan di kafe pun lagi gak ada urusan penting selain melayani pelanggan yang datang. Gue memutuskan untuk mengajak aqila menonton film yang sedang tayang di bioskop dan dia pun menyetujui. Katanya, dia juga lagi suntuk. Kami memilih untuk pergi menonton di sore hari karena kebetulan aqila memiliki jadwal bimbingan skripsi di siang hari, sehingga dia bilang akan sangat menyenangkan kalau sehabis bimbingan dia bisa keluar untuk melepas penat.

   "halo aqila, gue udah di parkiran ya."

   "ohhh oke mas, bentar lagi gue keluar. Tunggu yaaa."

   "Iyaaa."

   Saat ini gue udah berada di parkiran fakultas ekonomi dan memutuskan untuk menunggu aqila dari dalam mobil. Selain karena di luar lumayan panas, gue juga gak tau harus nunggu di mana selain di sini. Lagian, posisi mobil gue deket kok sama pintu keluar fakultasnya, jadi pasti aqila bisa dengan mudah nemuin di mana mobil gue berada.

   Ngomong-ngomong soal kuliah, gue berada satu tingkat di atas aqila, dan gue juga masih sama-sama ngerjain skripsi kayak dia, cuman sekarang gue udah masuk ke bab 6 dan lagi nunggu pendaftaran sidang dibuka, itu sebabnya gak ada hal lain yang gue lakuin selain jaga kafe.

   Berbeda dengan jeffrey, sekarang kayaknya dia masih berkutat di bab 4 dan bolak balik dapet revisi dari dosen pembimbingnya. Dia sempet ngerasa sedikit frustasi karena di saat dia dapet revisi besar-besaran dari dosennya, di saat itu juga dia ngeliat sasa pacarnya lagi jalan sama cowok lain, ketika mereka sebenernya lagi memutuskan untuk break sementara. Walaupun gue gak pernah berada di posisi tersebut, tapi gue tau itu pasti menyakitkan.

   Sebenernya gue agak kaget waktu tau kenyataan kalo sasa keliatan kayak lagi selingkuh dari jeffrey, karena yang gue tau sasa termasuk dalam kategori pacar yang sangat supportif untuk jeffrey. Tapi tetep aja di sini gue cuma penonton dari hubungan orang lain, gue cuma ngeliat apa yang diperlihatkan oleh mereka, ada begitu banyak hal yang pastinya gue gak tau tentang hubungan jeffrey dan sasa.

   Walaupun jeffrey sering cerita tentang hubungannya dengan sasa, gue tetep orang asing yang gak akan sepenuhnya tau isi dari hubungan mereka.

   Lamunan gue terpecah ketika mendengar suara beberapa mahasiswa yang bergerombol keluar dari dalam gedung. Gue mengamati mereka satu-persatu, berharap menemukan sosok dari seseorang yang lagi gue tunggu dari tadi.

Ketemu.

   Akhirnya gue ngeliat aqila keluar dari dalam gedung fakultasnya dan keliatan kayak lagi berusaha nemuin keberadaan gue. Gue melambaikan tangan dari dalam mobil berharap aqila bisa tau, dan dia pun ngeliat gue.

ETERNAL DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang