[08] Jeffrey: Pertemuan Setelah Perpisahan

451 149 32
                                    

   Setelah berpisah dengan sasa, tidak banyak hal yang berubah dari rutinitas hidup gue, namun kehidupan gue tidak lagi sama kaya sebelumnya. Gimana ya gue menjelaskannya?

   Walaupun selama berpacaran, sasa tidak selalu ada di samping gue layaknya sosok pacar yang selalu menempel, namun sasa merupakan orang pertama yang akan gue beritahu tentang apa yang akan gue lakuin hari ini, hari esok, atau bahkan bercerita tentang hari kemarin.

   Sebaliknya, sasa pun selalu melakukan hal-hal kecil yang menyelinap masuk mengisi hari-hari gue, seperti tiba-tiba meninggalkan bekal makanan di mobil saat gue menjemputnya untuk berangkat ke kampus bareng, atau sekedar mengecek daya baterai ponsel gue dan mengisinya dengan pengisi daya yang dia bawa saat kita lagi berdua.

   Hal-hal kecil yang ketika dijalani seperti hal yang sebenarnya biasa, namun saat hal itu hilang, maka akan terasa sangat menyakitkan.

   Seperti sekarang, jika biasanya gue akan mengerjakan laporan sambil berbincang melalui ponsel dengan sasa. Kali ini gue ganti dengan mendengarkan musik melalui aerphone yang terus memutar lagu sendu, lalu tiba-tiba berubah menjadi lagu edm, kaya hidup ya? Gak bisa ditebak. Tiba-tiba naik turun kaya roll coaster.

   Sebenarnya gue juga gak tau di mana letak awal mula kehancuran hubungan gue dengan sasa terbentur. Kalau pun tau, belum tentu gue bisa ngerubahnya juga, tapi seenggaknya gue bisa siap-siap untuk kemungkinan terburuk, yaitu perpisahan.

   Kalau kalian pernah denger dari zayn tentang gue yang seringkali gonta-ganti pacar bahkan dengan slogan "gak apa-apa itung-itung pahala jagain jodoh orang", itu gak sepenuhnya salah.

   Jauh sebelum gue ketemu sasa, gue memang masih menjadi cowok yang terlihat mudah banget untuk jatuh cinta, namun di sini perlu gue klarifikasi kalau gue bukan tipe cowok yang mempermainkan cewek. Kalau gue lagi deket sama satu cewek, gue bakal focus on her, tapi ketika kita udah gak saling mempunyai hubungan satu sama lain, gue bakal dengan mudah ngelupain semua tentang dia.

   Ibaratnya, gue seperti tidak punya waktu buat galau, kalau pun dilanda galau mungkin cuma sekitar 2-3 hari, paling lama ya semingguan. Namun, itu jauh sebelum gue ketemu sasa, seseorang yang sampai sekarang masih berhasil membuat gue dilanda kegalauan sendirian.

Sudah sekitar 4 mingguan, mungkin lebih. gue gak terlalu inget.

   Gue masih larut dalam lamunan ditemenin dengan shuffle lagu yang lagi gue dengerin ketika tiba-tiba gue dapet satu notifikasi pesan dari zayn. Di awal pesannya, gue sedikit males untuk menanggapinya karena kayak, "kenapa gue harus nganterin perempuan yang gak gue kenal buat pulang?"

   Namun di sini lah gue sekarang, di dalam mobil bersama dengan perempuan yang tadi zayn titipkan pada gue untuk mengantarnya pulang. Perempuan yang sejak tadi masih terdiam dengan tatapan kosong ke depan, tatapan yang gak bisa gue pahami. Mungkin karena kecewa? karena gue yakin sebelumnya mereka pasti lagi have fun berdua atau lagi mencoba mengenal satu sama lain, terutama zayn.

   "lo kecewa ya?" tanya gue to the point padanya.

   "hah? enggak, kecewa kenapa?"

   "karena zayn gak nganterin lo pulang? Gue yakin tadi kalian lagi seneng-seneng di dalem sana kan?"

   "dibilang seneng-seneng ya bener, tapi ya gak begitu seneng juga.."

   "by the way kak.." ucap perempuan tersebut terhenti, ia sedang mengubah posisi duduknya menghadap ke gue. Saat ini pun gue belum menjalankan mobil, karena gak tau harus ke arah mana.

   "temen lo itu.. beneran gak pernah pacaran?" gue terkekeh pelan.

   "iya belum pernah, kenapa? Lo berasa lagi ditarik ulur sama sikap dia ya?"

ETERNAL DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang