[09] Awal di Sebuah Senja

467 143 22
                                    

i-Message : Zayn

Zayn
Aqila udah sampe?
Aqila?
Maaf ya gue ga bisa anter lo pulang tadi.
Lo marah ya?
Aqila, gantungan uniqorn masih di gue yaaa.
Aqila kalo udah baca, bales yaaa.

***

   Begitulah isi pesan dari zayn yang ia kirimkan kepada aqila semalam, namun aqila memilih untuk mengabaikan semua notifikasi pesan yang masuk ke ponselnya tanpa melihat siapa sebenarnya yang sedang mengirim pesan tersebut.

   Aqila tahu, sebenarnya dia sedikit kecewa dengan akhir pertemuannya semalam. Namun, aqila juga berusaha menyangkal kekecewaannya, karena ia merasa tidak seharusnya untuk merasa kecewa, "kan gue juga yang mau ketemuan sama dia." Gumam aqila di sela-sela midnight-toughtnya.

   Namun, aqila tidak bisa membohongi dirinya sendiri, bahwa setiap ucapan yang dilontarkan oleh jeffrey semalam sangat membuatnya kebingungan dengan situasi yang saat ini ia hadapi, alih-alih menyelesaikan skripsi seperti yang ia sudah rencanakan sebelumnya, semalam suntuk aqila hanya mengisinya dengan menonton series netflix sambil memakan permen kapas yang sudah ia beli.

   Aqila tertidur masih dengan posisi bungkus dari permen kapas yang tergenggam di tangannya, sampai akhirnya ia terbangun oleh suara alarm yang sebenarnya sudah berulang sebanyak 3 kali. Aqila terbangun dan mematikan alarm tersebut, ia kemudian membaringkan dirinya terlentang sambil menatap langit-langit kamarnya.

   "aahhh semalem gue ketiduran jam berapa deh.." monolog aqila sambil memijat-mijat pelipis matanya pelan.

   Saat ini sudah pukul 10 pagi, namun aqila masih enggan untuk beranjak dari kasurnya. Aqila masih merasa pusing akibat semalam tanpa direncanakan ia meminum 3 botol bir yang masih tersisa di samping nakas televisi di kamarnya. Biasanya, ia akan meminum bir bersama salma ataupun dengan haidar. Namun semalam, entah setan dari mana yang menarik aqila untuk meminum 3 botol bir itu sendirian. Sepertinya, pertemuannya dengan zayn kemarin benar-benar membuat aqila menjadi tidak karuan.

   Bagaimana tidak, perlakuan zayn yang kadang terlalu manis dan spontan di luar dugaannya, kadang membuat degupan jantungnya terasa lebih cepat dari biasanya. Namun di sisi lain, zayn tampak seperti lelaki yang hanya terlihat berusaha baik terhadap orang lain. Tidak bisa aqila pungkiri, ucapan jeffrey tentang salah satu sifat zayn memang benar, dan hal itu membuat aqila pusing untuk alasan yang juga tidak jelas.

   Ia menatap tampilan pesan dari zayn yang sekarang sudah ia buka, aqila membacanya dalam hati dan bergumam, "gue tuh kenapa harus marah coba sama lo?" tanpa berniat untuk membalas pesan tersebut, aqila malah larut dalam lamunannya tentang hal-hal yang diucapkan oleh jeffrey semalam. Ia masih tidak bisa mencerna perasaannya sendiri.

   "apa iya gue suka sama dia?"

   "tapi gue baru ketemu beberapa kali doang, masa iya sih?"

   Aqila terus bergulat dengan pemikirannya sendiri, bahkan aqila tahu kalau sebenarnya ia sangat penasaran ke mana perginya zayn semalam dengan terburu-buru.

   "apa ada hal buruk yang terjadi ya? atau ada seseorang yang nyuruh mas zayn buat dateng?"

   Dan segala kemungkinan lainnya yang aqila tidak mempunyai jawaban akan hal itu, bahkan aqila tidak berani bertanya kepada jeffrey malam tadi. Ia takut. Ia takut bahwa apa yang dikatakan jeffrey semalam benar, kalau dia juga sebenarnya sudah mulai tertarik dengan zayn sejak awal pertemuan mereka.

   Sampai akhirnya satu hingga lima notifikasi pesan kembali masuk dari room chat yang masih terbuka, pesan itu dari zayn yang kembali menghujani aqila dengan pertanyaan-pertanyaan yang menunggu untuk dibalas. Aqila menghela nafas panjang dan mengambil ponselnya, berusaha mengumpulkan niat untuk membalas pesan-pesan yang dikirimkan oleh seseorang di seberang sana.

ETERNAL DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang