10. THE CALM BEFORE THE STORMS

242 40 15
                                    

Selamat membaca

.

.

.

"Jungkook-ssi..." Seorang mahasiswa berlari mendekat ke arah Jungkook, si pemuda yang dipanggil sedang berjalan mengikuti Taehyung dan sibuk dengan pikirannya. Menyusun kata-kata untuk melapor nanti. Hukuman satu minggunya sudah berakhir.

"Jungkook-ssi! Kau dipanggil Park-seonsaengnim diruang dosen." Bahu kokoh itu ditepuk, meminta atensi dari si pemilik. Jungkook yang merasa bahunya ditepuk pun menoleh. Mencerna kalimat yang dilontarkan. Kemudian melirik ke arah Taehyung untuk meminta ijin.

"Pergilah, aku akan menemuinya, temui aku di dekat sana." Jungkook mengangguk. Jimin pasti akan memberitahu posisi Taehyung nanti. Berjalan mengikuti arahan si Mahasiswa tadi, mengucapkan terimakasih dan berjalan cepat mirip berlari menemui dosennya.

***

Fakultas Seni dan Design - SNU

Taehyung berjalan santai menuju departemen yang total berbeda dengan miliknya. Fakultas Seni dan Design. Tapi siapa yang tak mengenal Taehyung? Putra Mahkota yang digadang-gadang menjadi Raja Muda di Negara Mereka. Gadis-gadis banyak yang berbisik, menatap damba, mengagumi ketampanannya, paras nyaris sempurna mirip patung-patung romawi, bak titisan dewa. Ada juga mahasiswa yang berbisik, mencari si asisten yang turut menjadi gosip hangat di kampus mereka. Pemuda itu pandai menyembunyikan wajahnya. Hampir semua foto yang beredar wajahnya tak nampak jelas, kemungkinan hanya mahasiswa Fakultas Politik dan Pemerintahan saja yang tahu.

Respon yang diperolehnya berbanding terbalik dengan di Fakultas mereka. Tapi ada beberapa orang yang tak mengetahui siapa dirinya. Yang patut disyukuri adalah meskipun ia berjalan sendirian, tak ada yang berani mendekat.

"Permisi, permisi, beri jalan!!" suara cempreng mirip Jin mengalihkan perhatiannya. Seseorang yang separuh badannya tertutup kanvas besar, nampak seperti kanvas berjalan karena kaki-kaki kurus itu. Taehyung menyingkirkan tubuhnya, tapi si kanvas dengan tak tahu diri menyenggol bahunya dan ia malah jatuh sendiri.

"Ouch!!"

"Aduh..." bagian belakang tubuhnya mendarat sempurna di lantai keras, ia tadi berputar bak putri-putri dalam dongeng yang sedang berdansa dengan sang pangeran. Tapi nahas ia berdansa dengan kanvasnya dan berakhir jatuh.

"Maaf, kau tak apa?" sebuah tangan besar terulur ke depan wajahnya. Menawarkan bantuan.

"Apakah aku di surga?" Ia melongo, apa hanya dengan jatuh seperti itu dapat mengantarkannya ke surga? Kenapa ada malaikat didepannya? Tampan sekali.

"Hei nona, kau tak apa?" bahkan suaranya sangat tampan.

"Nona? Apakah ada yang sakit? Halo?" Taehyung mengibaskan tangannya didepan wajah gadis itu. Heran mengapa ia bergumam seperti itu.

Tangannya memegang bahu si gadis. Menggoncangkan kecil, mencari atensi pada obsidian yang menatapnya kosong.

"O—ooh aku baik aku baik, maafkan aku maafkan aku." Tersadar dari kebingungannya, ia langsung beranjak, berdiri, menempelkan tangan di kedua sisi tubuhnya dan membungkuk hampir 90⁰ berkali-kali.

"Sudah, sudah, apa kau perlu bantuan? Aku bisa membantumu." Suara-suara sumbang makin terdengar seperti backsound. Tapi Taehyung mengacuhkannya.

"Tak perlu, aku masih bisa membawanya sendiri."

"Dan menabrak orang lain lagi? Membawanya berdua lebih baik daripada kau sendiri dan tak bisa melihat jalan. Tak usah membantah." Waah Lihatlah, dia menawarkan bantuan atau memerintah? Mau tak mau si gadis menganggukkan kepala.

LIKE A MOVIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang