Selamat membaca
.
.
.
Derap langkah kaki seseorang meramaikan pagi ini. Lorong sepi kampus pagi ini dihidupkan oleh seorang bocah tinggi yang juga mahasiswa di sana. Tak ingin ditinggal jauh oleh seseorang yang telah berjalan jauh didepannya. Rambutnya yang telah ditata rapi itupun harus Kembali berantakan sebab bertabrakan dengan angin yang ia ciptakan sendiri. Kaki panjangnya tetap tak berhenti sebelum mendekati sumber kerusuhan baginya hari ini.
"Hyuuuunggg!!!"
"Hyunggg!!!!"
"Yang...." belum sempat kalimatnya selesai, seorang pemuda yang dipanggilnya menoleh dengan tatapan tajam. Seolah tak peduli akan hal yang tampaknya sering terjadi, dia Kembali melanjutkan perjalanannya menuju ruangan kelasnya hari ini. Selalu saja heboh pikirnya.
"Hyung, aku harus melakukannya lagi? Kau pasti bercanda! Setelah sekian lama...." Bocah lelaki itu bicara sambil menegak salivanya kasar dan mengatur napasnya yang tersengal setelah mengejar seseorang yang pagi buta tadi mengiriminya pesan di lorong kampus Seoul National University itu.
"Aku serius Kookie-ah, Jimin baru saja memberitahuku kandidat selanjutnya, dan aku yakin kau tahu apa yang harus kau lakukan setelah ini." Pemuda tampan itu tetap berlalu setelah mendengar teriakan bocah bergigi kelinci itu seolah merupakan hal yang biasa.
"Aish. Ne, akan segera saya laksanakan....." belum selesai namja kelinci itu menjawab, "berhenti, jangan lanjutkan kalimatmu, sudah berapa kali ku katakan jangan memanggilku itu jika sedang diluar!" Namja tinggi itu meninggalkan Jungkook dengan wajah datar. "Aaaahhh hyunggg jebaall!"
"Jika yang ini masih salah orang, aku bersumpah akan menduduki hyung bantet itu agar makin bantet!" Jungkook berjalan menuju kelasnya dan Taehyung diujung lorong dengan menghentakkan kakinya kesal.
"Bahkan dia tak punya media sosial, dan fotonya hanya foto pendaftaran kuliah ini? Bagaimana sih Jimin-hyung ini? Lantas bagaimana aku mencarinya!?" Keluh Jungkook ketika dia membaca berkas di ponselnya. Bahkan ia harus memicingkan matanya untuk melihat foto yang dikirimkan.
"Bahkan fotonya tak jelas!!" Gerutunya sambil menyimpan ponsel ber kamera tiga disaku celananya. Cari nanti saja juga akan ketemu pikirnya.
***
- Ditempat lain -
Mata itu terbuka tiba-tiba dengan keringat yang mengucur deras dari dahi lebarnya. Ah, pasti karena hal itu lagi. Mata bulatnya mengerjab karena intensitas cahaya yang masuk ke kamarnya cukup banyak menyilaukannya yang baru saja terbangun dari lelapnya. Ah, dia lupa menutup gordennya tadi malam, ralat tadi dini hari. Ia baru bertemu kasurnya pukul 2 pagi setelah mandi dan mengerjakan tugas kuliahnya.
"Sial, merusak mood hari ini saja." Rutuknya menyambut pagi yang cerah. Sembari ia bangun dari tempat tidur dan melihat ponselnya untuk mengecek pesan penting seperti kelas kosong mungkin, oh astaga kabar itu adalah kabar yang paling ia nantikan. Namun, 'realitas tak seindah ekspektasi' memang benar adanya dan itu berlaku untuknya saat ini.
"Ooooh astaga! Aku terlambat! Mati aku! Mati aku!!" seketika seluruh nyawanya telah terkumpul dan memaksanya untuk segera menggerakkan tubuh itu.
Brakkk grasakkk, Dugggh, blammm
"Ouchie." Jari kelingking dari kaki panjang itu tanpa sengaja menendang kaki meja yang ada di tengah ruangan rumahnya. (Pasti ngilu) Rumah yang hanya seluas kamar itu tak cukup memberinya ruang gerak untuk tubuhnya yang tinggi apalagi disaat-saat genting seperti ini.
"Aku terlambat, aku terlambat!"
Ratap gadis itu kala untuk kesekian kalinya ia bangun kesiangan. Jujur tubuhnya lelah, dia butuh istirahat. Tapi semesta tak mengijinkannya untuk rehat sejenak. Sebagai mahasiswa mandiri, dia harus membagi waktu antara pendidikan dan penghidupan. Jadi pagi penuh keributan seperti ini harusnya sudah hal yang biasa bukan? Ya tentu biasa, tapi yang membuatnya semakin kacau adalah bunga mimpinya tadi malam. Sungguh kenapa harus hari ini disaat dia harus menghadapi dosen mengerikan itu? Dan shift malam?
***
Lisa's POV
"Syukurlah aku tidak harus menunggu bus pagi ini."
Terimakasih kepada chaeng yang secara kebetulan dan ajaib melewati jalan dekat lingkunganku, aku tak perlu berdesak-desakan didalam bus dan berkeringat atau berlari ala Usain Bolt pagi ini.
"Aku tau kau pasti akan kesiangan Lisa. Aku adalah dewi penyelamatmu." Sombong sekali dia, untung sahabatku. Yah gadis cantik nan berisik ini sudah menjadi sahabatku sejak kami berkenalan pagi tadi... ahaha tidak tidak, aku bercanda, kami kenal sejak kami JHS, dia gadis baik dan mau berteman dengan siapapun, bahkan aku yang notabene sangat berbeda kelas sosial dengannya.
"Ya yaa, terimakasih banyak dewi Chaeng-ku." AKU TULUS MENGATAKAN INI YAA, Chaeng benar-benar dewi pelindungku! Aku mengatakannya sambil menoel pipi chubby-nya ehe, dia imut sih.
"Sungguh Lalisa! Aku ingin menendangmu dari mobil! Aku sedang menyetir! Awas kau ya, lihat saja nanti!" marahnya yang justru tampak menggemaskan. Uhh sungguh menggemaskan sekali sahabatku ini.
"Ya yaa, maafkan aku dewi Chaeng." Aku tak ingin ditendang dan tak harus menderita karena terlambat. Kehidupan itu sudah berat bukan?
***
Jungkook's POV
Hyung-ku satu ini memang luar biasa, dia tampan berkarisma dan sangat pintar! Sungguh aku tidak bohong! Tapi dia dingin sekali uh aku seperti berada di dekat kulkas! bahkan gadis-gadis hanya berani memandangnya dari jauh. Huh kalian pasti iri denganku, bukan? Aku bisa berjalan disampingnya dengan tenang tanpa gangguan, karena aku juga tampan. Hehehe
"Hyung, janji belikan aku 1 mangkok jumbo eskrim merahmuda itu ya, aku ingin 5 tingkat jika kali ini aku menyelesaikannya dengan cepat dan tepat!" Rayuku pada Taehyung-hyung, kau harus kabulkan hyung , aku sudah bekerja keras menjadi penguntit untukmu!
"Ya ya, jangan salahkan aku jika perutmu sakit." Yess, eskrim merahmudaa aku datang! Dan siapapun kau, aku akan menemukanmu!
"Oke hyung, aku akan dapatkan malam ini juga!" Jangan ragukan kemampuanku ini. Skill-ku ini setara dengan Ji Chang Wook-nim! Dan aku lebih tampan hehe..
***
"Aduh!" Seseorang menabrak bahu kokoh kelinci besar itu. Dan diapun menoleh. (Gasp .. ada yang terpana)
"Seperti menabrak tembok!" Oceh orang itu tanpa sadar mengatai seseorang yang ditabraknya tadi, salahkan dosen killernya yang mengadakan kelas dadakan siang ini. Kelas itu seharusnya nanti sore!
"Huh?" yang ditabrak tadi masih memproses apa yang terjadi dan siapa yang menabraknya.
"Sudah aku tak apa,, pergilah" dan orang itu melenggang pergi seolah tak terjadi apa apa.
"Gadis aneh"
Seharusnya ia mendapat pertanyaan basa-basi seperti kau tak apa atau permintaan maaf kan? Kenapa gadis itu malah berbicara sendiri dan melenggang pergi begitu saja?
"EEEhhhhhh!!!!!"
---
TBC
Salatiga, 31 Mei 2021
Soo
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKE A MOVIE
FanfictionLisa tak menyangka jika hidupnya akan menjadi layaknya drama di televisi. . . cerita ini beralur lambat, lebih lambat dari siput tetangga, harap bersabar karena mungkin satu part tidak menyelesaikan satu masalah atau malah menambah masalah