Selamat membaca
.
.
.
"Kau belum tidur?"
"Oh Jungkook-ssi? Hm, hanya terbangun saja. Kebetulan sedang cerah jadi aku memutuskan untuk melihat bintang saja." Lisa menoleh, menemukan Jungkook membawa selimut dengan muka bantalnya. Sebetulnya pemuda itu sudah mengamati sejak gadis itu keluar kamar dan menuju belakang rumah. Tapi berpura-pura baru saja terbangun dari tidurnya.
"Sedang kepikiran sesuatu?" Jungkook mendekat ke arah Lisa yang memeluk lengannya sedikit mengusap-usap mencari kehangatan kemudian melingkarkan selimut yang dibawanya ke bahu gadis itu, "Disini dingin mengapa tak pakai jaket atau selimut?" Jungkook turut berdiri disamping Lisa setelah memberi selimut. Ikut mendongak melihat banyaknya bintang di langit Seoul malam ini.
"Lupa tak bawa, tadi hanya berniat membuat susu coklat, tapi langit cerah jadi sekalian. Sedang rindu orang tua saja. Langitnya indah ya?" Lisa tersenyum tipis tanpa menengok ke arah Jungkook.
"Iya, indah sekali. Jika ada yang mengganjal cerita saja. Akan aku dengarkan kok." Jungkook sedari tadi memandang Lisa, melihat raut wajah gadis itu yang tampak jelas sedang memiliki beban pikiran.
"Aku tak ingin menambah bebanmu dengar mendengar curahanku, Jungkook-ssi." Lisa masih tersenyum tipis. Menatap bintang membantunya sedikit tenang.
"Tidak kok, jadikan aku seperti buku diary-mu, tulis apapun, tak akan aku tertawakan. Akan aku simpan semua." Jungkook ingin membantu barang sedikit. Lisa kemudian menoleh ke arah pemuda itu membuat yang ditatapnya berjengit dan sedikit merona.
"Jangan tertawa ya janji?" Lisa mengangkat jari kelingkingnya dihadapan Jungkook dan dibalas oleh pemuda itu, "Janji."
"Aku hanya merindukan orangtuaku, sekarang disini aku sendirian. Kadang aku lelah dan ingin bertemu mereka saja." Lisa kembali memandang langit.
"Biasanya Jika aku rindu mereka. Aku hanya dapat memandang langit. Tak mungkin pergi ke makam malam-malam, itu menakutkan."
"Jika ingin menemui mereka, ah maksudku berkunjung ke makam bisa aku temani. Sekarang kan sudah ada aku disini." Jungkook membalas ucapan Lisa, ia sudah menemani Lisa kira-kira tiga bulan lebih.
"Terimakasih. Aku merasa sangat berterimakasih karena kau hadir di hidupku Jungkook-ssi." Jungkook merona, ia merasa tersanjung.
"Sama-sama, aku senang bisa bertemu denganmu. Itu saja? Sepertinya ada yang lain?" Jungkook mencoba menelisik. Sorot mata Lisa memancarkan banyak rasa ingin tahu, ada banyak pertanyaan dan pemikiran di dalam benak gadis itu. Lisa menghela nafas, haruskah ia cerita?
"Ehm, Kata Jisoo-eonnie, kalian sudah saling mengenal lama. Kemarin saat Tae-oppa menghampiri Jisoo-eonnie di museum aku melihat raut khawatir yang sangat kentara." Lisa menunduk kemudian mengangkat wajahnya memandang langit.
-Dia khawatir padamu Lisa-
"Apa kau tahu ada hubungan apa diantara mereka Jungkook-ssi?" Lisa kembali menoleh pada Jungkook sebentar, kemudian kembali menatap lurus atap-ata rumah didepannya.
-Aku tahu-
"Tidak, aku tak tahu hubungan mereka pastinya seperti apa. Sepertinya rumit." Jungkook masih setia menatap wajah Lisa, tersenyum tipis. Kemudian ikut memandang atap-atap didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKE A MOVIE
FanfictionLisa tak menyangka jika hidupnya akan menjadi layaknya drama di televisi. . . cerita ini beralur lambat, lebih lambat dari siput tetangga, harap bersabar karena mungkin satu part tidak menyelesaikan satu masalah atau malah menambah masalah