Terimakasih 1,5K pembaca, makasih udah mau baca cerita ga jelas ini.
Jujur aja, berulang kali mikir untuk unpublish 2 cerita dari halamanku, Like A Movie sama The Broken Glass.. aku merasa mereka produk gagal... tapi sayang juga... tapi aku kaya udah kehilangan nyawa dari ceritanya... tapi Like A Movie kayanya masih bakal lanjut meski lama. Ending cerita ini udah ada dibayanganku, cuma cerita yang satunya bener-bener gatau mau aku gimanain...
Kayanya juga mungkin udah ga akan nulis lagi... gatau juga sih kedepannya... mau selesaiin Like a Movie sama companion dulu deh kayanya...
Maafkan aku yang labil ini T_T
----
Selamat membaca
.
.
.
KIM's Corp
Tumpukan berkas yang menggunung teronggok begitu saja. Sosok yang tadinya berkutat disana telah meninggalkan kursi keberasannya. Kaca besar dengan pemandangan Kota Seoul nyatanya memang lebih menarik saat ini. Tangannya bersedekap di depan dada dengan salah satunya menggenggam ponsel. Berdiam diri memandang garis langit kota kelahirannya tak membuat beban di pundak sedikitpun terangkat.
Ponsel yang sedari tadi hanya digenggam kini ia pandangi, memikirkan siapa yang seharusnya dihubungi terlebih dahulu. Menghela nafas kemudian menyalakan perangkat pintar yang sudah menunggu untuk digunakan.
"Halo?"
"Ini aku, ada yang ingin aku tanyakan, bisa kita bertemu?"
"Aku sedang keluar Korea, kita bicara sekarang jika mendesak, atau tunggu aku lusa."
"Kita bicara sekarang. Apa ini rencanamu? Mengumpulkan Dewan Istana?"
"Ah, Kau pintar. Tak seperti calon suamimu itu. Hahaha."
"Bagaimana? Dia bersedia menikah denganmu?"
"Tak semudah itu oppa. Kau tahu dia keras kepala. Alih-alih menggunakan cara memaksa seperti itu, desakan halus kurasa akan lebih memberi hasil."
"Sayang sekali. Tapi pasti ada hasil dari rapat dewan itu bukan? Beritahu aku Jisoo. Kita satu tim."
"Kau membuat adikku terluka dan aku tak suka itu. Lain kali bicarakan dulu langkah yang akan kau ambil. Katamu kita satu tim?"
"Hah, oke, maafkan aku. Berkali-kali dan dia masih tak berani memberontak pada ayahnya? Tak hanya calon suamimu yang perlu dipertanyakan kecakapannya Jisoo. Jika ingin melindungi orang yang penting, dia seharusnya bisa menjaga tubuhnya sendiri."
"Kau berjanji takkan melukainya. Disini tak boleh ada yang terluka. Kita bicara lagi setelah kau kembali. Aku tutup."
Benar dugaannya. Orang yang terlintas dipikirannya tadi adalah dalang terkumpulnya para Dewan Istana. Tapi bagaimana? Rapat diadakan jika ada hal mendesak. Masalah rumor saja bisa mengumpulkan mereka? Apa yang sebenarnya yang telah dilakukan untuk mengumpulkan mereka? Banyak pertanyaan yang ingin diutarakan. Tapi orang diseberang panggilan pasti akan berkilah.
Mereka memang satu tim. Tapi masalah rumor itu ia tak ikut campur. Dirinya tak terlibat saja sudah menjadi sasaran kecurigaan, lantas jika rencana mereka yang sesungguhnya terlaksana akan seperti apa reaksi Taehyung? Ia tak ingin melihat raut kecewa dari pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKE A MOVIE
FanfictionLisa tak menyangka jika hidupnya akan menjadi layaknya drama di televisi. . . cerita ini beralur lambat, lebih lambat dari siput tetangga, harap bersabar karena mungkin satu part tidak menyelesaikan satu masalah atau malah menambah masalah