28. MISSION (IM)POSSIBLE

280 22 7
                                    

Selamat membaca


Senyum tampan kelewat manis berpadu dengan cahaya langit berwarna kuning keemasan, udara sejuk dan sebuket bunga carnation merah muda digenggaman tangan menjadi kombinasi yang menyegarkan mata di pagi hari.

Tubuh tegap itu berdiri kokoh di depan pintu yang masih tertutup, ia sudah menekan bel rumah dan bicara melalui interkom. Kini ia hanya perlu menunggu asisten rumah membukakan pintu.

Tak berselang lama, pintu dibuka oleh kepala pelayan mansion. Keduanya saling memberi hormat dan berjalan bersama setelah ia diizinkan masuk.

"Sudah lama sekali Anda tidak berkunjung kemari, Tuan Muda. Bagaimana kabar Anda?"

"Aku baik, Ahjussi. Bagaimana denganmu, Ahjussi?" Pria yang telah mengabdikan lebih dari separuh hidupnya pada keluarga itu tersenyum, menjawab dengan jujur jika ia sangat baik.

"Hyung dan Noona kemana?" Tanyanya seolah tak tahu keberadaan kedua sepupunya itu.

"Tuan Muda dan Nona masih di kamar mereka. Nona muda juga mengajak seorang teman pulang semalam." Dirinya ber-oh ria. Ia jelas tahu perihal teman Jisoo itu, ia sendiri bersama Taehyunglah yang mengantar mereka pulang, "Anda ingin menemui Tuan Muda Seokjin atau Nona Jisoo?"

"Oh? Aku ingin bertemu Noona, Ahjussi. Juga ikut sarapan, hehe." Anak itu terkekeh sendiri dengan alasannya, membuat pria tiga perempat abad itu ikut tersenyum.

"Anda bisa menunggu di ruang tamu, Tuan Muda. Saya akan buatkan teh madu." Bukannya duduk manis di ruang tamu, anak itu mengekor ke dapur, setelahnya barulah ia mendudukkan diri di kursi tinggi island dapur bersih.

"Tempat ini tak pernah berubah ya, Ahjussi."

"Eoh? Kookie?" Pemilik nama menoleh, memamerkan gigi kelincinya sebagai jawaban, "Tumben kemari? Tidak bertugas?"

"Ikut sarapan, Hyungie." Pemuda itu menjawab dengan cengiran atas pertanyaan sang kakak yang melihatnya datang dengan baju casual.

"Panggil Jisoo dan Lisa untukku, ya? Aku buatkan japcay." Jungkook bersorak kecil lalu beranjak cepat ke lantai dua dimana kamar sang kakak perempuan berada.

"Noo~naa~" Tak mengetuk pintu, Jungkook langsung membuka pintu kamar bercat putih itu perlahan, berniat usil pada sang kakak.

Sesuatu menyambut wajahnya. Jungkook terhuyung mundur keluar kamar. Sebuah bantal dan pelemparnya jelas bukan Jisoo.

"Noonaaa!" Rengeknya.

"Sedang apa, Kookie?" Jisoo muncul dari sebelah kirinya, gadis itu masih mengenakan gaun tidurnya, sebelah tangannya mengenggam ponsel.

"Noonaa..."


"Ayolah. Maafkan aku~" Jungkook mencoba mempertahankan ego. Bukan karena marah betulan, ia hanya malu dan merasa bersalah.

Permintaan maaf yang terbalik pun membuatnya semakin meninggikan tembok egonya meski ia telah membawanya ke mobil.

"Jungkook-ssi? Maaf sudah melempar bantal padamu." Jungkook berusaha keras bertahan dari tatapan mata bulat memelas di sampingnya.

LIKE A MOVIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang