I'm alive and i'm here hehe
Maaf udah lama ga update, meski nanti kedepannya juga mungkin lama, aku akan tetap kembali... selama masih diberi kesempatan... semoga kalian belum bosen ya 😘
.
.
.Selamat membaca
●
●
●Chapter sebelumnya...
"Kita akan kemana?" Pengalihan topik obrolan yang begitu kentara mencubit ulu hati Jungkook, gadis itu pasti juga salah tingkah.
"Tempat kami menjadi diri kami sendiri."
==
"Ke villa di pulau." Ucapan Jungkook membuat Jimin terdiam mematung setelah menerima kunci mobil. Wajahnya menunjukkan raut tak setuju dengan begitu jelas.
"Lisa memerlukan pemeriksaan di rumah sakit. Kita pulang!" Jimin membalikkan tubuhnya hendak berjalan ke bagian kemudi mobil.
"Kau gila?! Aku tidak mau mati muda!" Jungkook mencoba mengenyahkan tangan Jimin pada lengannya, "Lepas! Lepas, hyung!"
==
"Aku selalu ingin menangis setiap melewati jalanan tadi." Lisa terkekeh meski tak ada yang lucu dari ucapannya sendiri. Ia hanya merasa lucu saat merasa dirinya jadi sangat emosional setiap mengingat rentetan bayangan mengenai sebuah kecelakaan dimana ia ikut menjadi korban, yang selamat.
==
"Lisa!" Pekikan lirih dua orang pemuda itu cukup untuk didengar Lisa yang jatuh tersandung. Gadis itu membisikkan kata maaf beberapa kali.
"Hyung! Palli!!" Itu Jungkook yang menyembulkan kepalanya dari balik rumah pembibitan, dengan tangan melambai-lambai mengisyaratkan Jimin untuk cepat meski pemuda Park itu sudah sangat tergesa-gesa.
"Siapa disana?!"
Jika menjadi gila bisa membebaskannya dari perasaan sesak, hilang dan kebingungan, mungkin dirinya akan memilih menjadi gila saja. Rasa tak nyaman yang memenuhi hati membuatnya memilih untuk mengurung diri di dalam kamar yang ada di villa.
Ya, ia dan Jungkook berhasil kembali dengan selamat. Pemuda itu menggendongnya hingga ke kamar, memberinya air minum dan mengobati luka di lutut akibat jatuh tadi. Lalu memberinya ruang untuk sendirian saat ini selagi pemuda itu berjaga menunggu Jimin kembali.
Luka di lutut tak begitu terasa sakit, tapi hatinya yang entah bagaimana terasa sangat tak nyaman. Menangis juga tak mengenyahkan rasa itu. Maka, yang bisa dilakukannya hanya menekuk lutut dan menyembunyikan wajah diantaranya.
Entah ini bisa dikatakan sebagai bayangan atau justru ingatan masa lalu. Sebab, semuanya terasa begitu nyata untuk dikatakan sebagai mimpi saja. Namun, terlalu menakutkan untuk menjadi masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKE A MOVIE
FanfictionLisa tak menyangka jika hidupnya akan menjadi layaknya drama di televisi. . . cerita ini beralur lambat, lebih lambat dari siput tetangga, harap bersabar karena mungkin satu part tidak menyelesaikan satu masalah atau malah menambah masalah