12. A WRONG PERSON?

209 37 118
                                    

Selamat membaca

.

.

.

Netranya mengerjab, merasa tidurnya sangat nyaman. Pagi ini tubuhnya terasa lebih segar. Setelah merasa semua kesadarannya kembali. Ia mendapati kamarnya berbeda, selimutnya lembut, bantalnya empuk. Kasurnya tinggi dan nyaman. Tubuhnya segera ia bangunkan, mengecek semua pakaiannya yang syukurnya masih terpasang sempurna. Tapi ia kaget, matanya melebar saat ada sebuah kaki dan lengan menjulur dari bawah seperti memeluk kasurnya. Itu Jungkook lagi, setelah ia menyondongkan tubuh mendekat ke kaki dan lengan yang tadinya belum ia ketahui pemiliknya. Pemuda itu tidur memeluk kasur dari bawah. Mengapa mereka disini? Ini dimana? Ia menatap sekelilingnya sekilas, kamar ini tampak kosong, tak ada hiasan apapun. Ditapakkannya kedua kaki itu ke lantai berlawanan sisi dari tempat tidur Jungkook. Ia akan membersihkan diri dulu.

Jungkook terbangun dari tidurnya, meraba-raba kasur disisinya, mencari sosok lain yang semalam tidur sekamar lagi dengan dirinya. Mata itu terbelalak, menyadari kasur itu kosong. Tubuhnya otomatis menegak. Tegang. Lisa hilang.

Klek

Pintu kamar mandi terbuka, Lisa keluar dengan baju yang sama seperti yang ia gunakan semalam. Hanya saja wajahnya tampak segar dengan rambut basah terlilit handuk. Keduanya saling memandang, terkejut. Lisa masih malu jika dihadapkan pada situasi seperti ini, padahal mereka sudah tinggal bersama hampir dua bulan. Jungkook bernafas lega setelah mengetahui Lisa dan gadis itu masih baik-baik saja. Ia lupa diri jika sudah tidur, tak bisa waspada, berakhir tidur terlelap.

Jungkook lantas bangun dan merapikan tempat tidurnya. Berpesan pada Lisa untuk tak membuka gorden maupun pintu sebelum dirinya selesai membersihkan diri. Meski Jungkook tak ingin mandi berlama-lama ia masih kesulitan membersihkan luka jahit diperutnya. Memakan waktu hampir 30 menit, akhirnya Jungkook selesai. Didapatinya Lisa berguling-guling di tempat tidur. Ia tersenyum gemas, bagaimana bisa gadis berusia 20 tahun itu bertingkah seperti bocah?

"Kau bosan?"

"Aku lapar. Kenapa lama sekali?"

"Maaf, tapi tunggu sebentar ya, aku membawa roti. Mau makan itu dulu?" Meskipun masih tak paham akan keadaan mereka seperti ini, Lisa tetap mengangguk patuh. Entah mengapa ia bisa percaya begitu saja pada pemuda yang awalnya ia anggap anak manja.

Tangan besar itu terulur di depannya dengan sebuah roti dan susu pisang. Keduanya ia terima dengan senang saking laparnya.

"Ingin tahu kenapa kita bisa menginap disini tidak?" Pipinya penuh dengan roti yang masih dikunyah. Menggembung karena belum tertelan dan Jungkook sudah ingin berbicara serius. Kepalanya menangguk otomatis. Dirinya penasaran. Memikirkan alasannya tadi sambil berguling diatas kasur membuatnya semakin kelaparan.

"Jangan terkejut dan dengarkan baik-baik." Anggukan diberikan sebagai jawaban lagi. Lisa menelan roti kepayahan disusul menegak habis susu pisang tadi. Memposisikan diri menekuk lutut dan memeluk bantal, mereka berhadapan di atas tempat tidur. Jungkook juga menekuk kakinya dengan wajah serius.

"Sejak dari kampus tadi malam, ada yang mengikuti kita, mungkin tepatnya aku. Saat kita sampai dirumah, pintunya sudah terbuka..." Lisa menahan nafas.

"Bernafaslah, wajahmu merah, nanti mungkin membiru jika kau masih menahan nafas." Diraupnya nafas cepat, ia lupa bernafas setelah mengetahui ternyata mereka diikuti dan ia dengan santainya tidur di bus.

"Maaf, aku terkejut, dan malah merepotkanmu karena aku tertidur."

"Tak apa, aku lanjutkan ya, awalnya aku ingin mengecek masuk, tapi kondisi kita, kondisiku tak cukup baik untuk melindungi kita berdua jika ternyata ada orang yang bersembunyi didalam. Aku memutuskan untuk menutup pintu dan meninggalkan rumah..."

LIKE A MOVIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang