Seminggu setelah kepulanganku dari Pulau Dewata, kami bersiap memasuki bulan puasa. Semoga di bulan puasa aku bisa berlatih lebih sabar dalam menghadapi si monster. Entah kenapa sejak hati ditetapkannya aku sebagai asisten pribadinya, waktu berjalan begitu lambat. Mungkin bumi sedang enggan berputar.
Sehari sebelum bulan puasa, aku dipanggil ke ruang personalia. Baru saja aku akan mengetuk pintu, pintu sudah lebih dulu dibuka dari dalam. Aku dikagetkan oleh kemunculan Ratna dari dalam. Wajahnya cerah seperti jeruk sunkies. Senyumnya melebar begitu melihatku.
"Ada apa Rat?" Tanyaku dengan senyuman. Feelingku, pasti dia baru saja dapat berita bagus.
"Alhamdulillah Dil, aku diangkat jadi pegawai tetap!!" Soraknya seraya memelukku. Aku juga tak tahan untuk tidak bersorak dalam memberi selamat. Sampai-sampai orang yang berada di dalam ruangan berdehem keras untuk memperingatkan. Kami menghentikan selebrasi namun tetap cekikikan.
"Selamat, ya!!! Yang lain bagaimana?" Tanyaku.
"Tadi yang datang sebelumku Fida. Sepertinya dia juga diangkat tetap soalnya ekspresinya senang banget. Yang lain belum dipanggil. Semoga kamu juga bisa jadi tetap ya, Dil." Ucapnya seraya mengguncang-guncangkan lenganku. Aku tersenyum miris. Siapa yabg tak ingin jadi karyawan tetap namun itu artinya semakin lama bertemu dengan si raja monster.
Kami bersalaman sekali lagi sebelum berpisah. Ratna kembali pada pekerjaannya sedangkan aku masuk ruang personalia. Manajer personalia nya mempersilakan aku duduk saat masuk ke ruangannya. Dia bersikap ramah seperti biasanya.
"Fadilla, saya memanggilmu kemari berkaitan tentang kontrak kamu di perusahaan ini." Ucapnya mengawali. Aku memperhatikan dengan seksama. Tapi aku merasa ada yang salah. Bukankah seharusnya kontrak kami habis setelah lebaran, mengapa sekarang sudah perbaruan kontrak?
"Bukankah masih bulan depan Pak?"
"Tidak. Bulan ini." Jawab Pak manajer tanpa ingin memperpanjang pembicaraan, "Ini kontrak baru kamu. Kami perpanjang setahun lagi. Silakan dipelajari kalau kamu bersedia silakan tanda tangan di sini."
Aku membolak-balikkan kertas berisi kontrak kerja keduaku. Tak jauh beda dengan yang sebelumnya. Aku bisa saja tak menandatanganinya yang berarti kontrakku selesai namun bagaimana dengan kontrakku beberapa hari lalu? Selesai membaca, aku meletakkan kembali kertas yang kupegang di meja. Aku memandang Pak Manajer dengan sedikit tanya.
"Bagaimana?"
"Emm, maaf Pak. Beberapa hari lalu saya teken kontrak dengan Pak Adit tentang pengangkatan asisten pribadi. Apakah kontrak saya tidak terbarui oleh itu?"
"Kontrak itu antara kamu dan Pak Adit." Jawaban itu masih membuatku tak mengerti, dan agaknya beliau tahu ketidakmengertianku. "Perusahaan tidak mengeluarkan uang untuk penggajianmu sebagai asisten Pak Adit. Pak Adit juga tidak menyampaikan kontrak itu pada personalia."
"Ja...jadi maksud bapak, kontrak kami ilegal? Dan saya tidak dibayar untuk itu?" Aku nyaris tidak percaya dengan kekejaman si monster. Benar-benar hukuman. Ini yang ia maksud hukuman saat merekrutku dulu.
"Wah, saya kurang tahu soal itu. Mungkin sebaiknya kamu tanyakan langsung pada Pak Adit."
Aku masih terngiang semua ucapan pak manajer bahkan sampai waktu pulang. Pak Adit sedang meeting di luar bersama Pervita sehingga kali ini aku tidak ikut. Jadi aku belum bertemu dengannya hingga waktu pulang.
Drrrttt...drrrtttt...
Aku mengambil ponsel di tas. Sebaris SMS masuk dari Netta.
Nanti pulang kerja, mampir ke warung mie ayam ujung gang ya... Kita tunggu di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
the King of Monster
Fiction généraleGenre: fiksi umum, comedy Punya bos menyebalkan? Bukan impian setiap orang. Namun terjebak di dalam sebuah perusahaan dengan bos menyebalkan, bukanlah sebuah pilihan di saat era banyak phk seperti ini. Apalagi kondisi ekonomi memaksa hati untuk mena...