Chapter 31: me vs Carrolina

448 34 6
                                    

Usai sholat ashar, aku bersiap-siap dan tak butuh waktu lama untukku. Karena aku memang tak suka dan tak bisa dandan. Biarpun sudah dapat tutorial dari Pervita, tetap saja aku lebih suka polosan. Yang penting pake pelembab, bedak tipis dan liptint. Aku membeli liptint bersama teman-teman kos sebelum mudik.

Aku memakai tas selempang hitam dan membiarkan rambutku yang panjangnya hanya sebahu tergerai. Biasanya kukuncir kuda. Entah kenapa kali ini aku pengen menggerainya.

"Lama ya Mas?" Tanyaku menemui Mas Fandy yang duduk sendirian di kursi teras.

"Ah, ngg...ngga kok." Jawabnya. Dia memandangku agak intens, membuatku tersipu malu.

"Kita berangkat sekarang?" Tanyaku lagi karena tak ada pergerakan darinya.

"I...iya. Kita pamitan dulu." Dia mendahuluiku menemui pak kos. Kami berdua pamit dan berangkat. Rasanya kaya kencan. Hihihi...

Untuk pertama kalinya, Mas Fandy tampak gugup. Perasaanku saja atau memang demikian, tapi aku jadi salah tingkah. Kami jadi terjebak dalam situasi canggung. Padahal sebelumnya tak pernah seperti ini. Kami saling diam selama perjalanan ke rumahnya yang tak terlalu jauh. Jadi kalau seumpama tadi dia pulang dan kemudian kembali lagi pun tak akan menyita waktu. Kami hanya butuh sepuluh menit perjalanan dengan kendaraan.

"Ayo turun!" Ajaknya ketika kami sudah sampai. Aku menahannya ragu. "Kenapa?"

"Kakek kenapa mau bertemu aku? Di dalam nanti ada siapa saja?" Tanyaku khawatir. Benar-benar seperti mau dikenalkan sama keluarga pacar. Nanti kalau tingkahku absurd gimana? Kalau aku mempermalukan diri sendiri bagaimana? Mendadak aku paranoid..

"Ngga ada apa-apa. Cuma pengen ketemu aja. Tenang aja! Di dalam hanya ada keluarga aja. Ngga ada orang lain." Jawab Mas Fandy tenang. Kami akhirnya turun. Aku gugup sekali.

Tepat saat kami akan beranjak dari halaman parkir, mobil Pak Adit datang. Dia keluar dengan ekspresi yang tak terdefinisi. Bukannya takut atau cemas, aku justru ingin tertawa. Aku merasa menang. Berhasil menolak perintah si Boss adalah kemenangan buatku.

"Kamu juga baru datang?" Tanya Mas Fandy tanpa bersalah. Ya dia memang tak bersalah.

"Hmmm." Sahutnya dingin. Mas Fandy terdiam sebentar. Dia pasti merasa menyapa kakaknya adalah hal yang seharusnya tabu dilakukan.

"Ayo masuk!" Ajak Mas Fandy kepadaku. Aku mengangguk ragu. Namun sebelum kami melangkahkan kaki, tiba-tiba Pak Adit menyerobot jalan di antara kami. Tanpa kulonuwun. Dia mendahului kami masuk rumah. Aku hanya bisa mengelus dada. Padahal ini masih lebaran.

"Mas...." Aku menarik ujung belakang kemeja Mas Fandy. Ia menoleh. Aku gugup sekali. Bahkan tanganku berkeringat.

"Tidak apa-apa. Kamu tenang saja. Kamu sudah kenal kakek kan? Beliau tidak akan tanya macam-macam." Ucapnya tenang. Yang kutakutkan bukan kakek tapi ibumuuu!!!!

Dengan mengucap basmallah aku ikut masuk. Di ruang tamu ternyata sudah ada beberapa orang. Pak Adit, kakek, ibunya dan Carrolina!? Carrolina? Iya. Pacarnya Aditya Gunadharma. Apanya yang ngga ada siapa-siapa. Sepertinya aku tersesat ke kandanf buaya ini.

Aku tersenyum kikuk sambil mengucap salam. Etikanya, aku akan menyalami mereka satu per satu. Tapi kalau Bu Merliana dan Carrolina tak mau menyalamiku? Kan malu.

Mengabaikan rasa malundan mengutamakan kesopanan, aku menyalami kakek, bu Merliana dan Carrolina. Respon mereka beragam. Kakek menyambut hangat, bu Merliana sungkan, Carrolina ogah-ogahan. Tahan Dil, ini di rumah orang.

"Kenapa kamu tidak menyalamiku? Aku atasan kamu. Seharusnya kamu sungkem dulu sama aku." Protes Pak Adit. Ia mengulurkan tangan agar aku menyalami dan mencium tangannya.  Aku memandangnya ragu. Kulirik Carrolina tersenyum angkuh. Ia pasti berpikir kalau Pak Adit sedang ingin mempermalukanku. Tapi bukankah memang demikian?

the King of MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang