Yang paling ditunggu oleh karyawan pabrik adalah tanggal muda. Saatnya take our salary. Yipeee!! Serasa bernapas lega setelah sebulan mengencangkan ikat pinggang. Tapi yang paling berkesan tentulah gaji pertama. Apalagi buat yang belum pernah kerja seperti kami. Makanya kami ingin membeli sesuatu yang dapat membuat kami terkenang dengan gaji pertama.
Kami memulai dengan membuat skala prioritas seperti yang diajarkan waktu masih SMK. Supaya belanja bisa direm. Maklumlah, belum terbiasa pegang uang dan mengurus hidup sendiri. Dan ada saja barang incaran yang pengin dibeli dengan gaji pertama. Gaji pertama dari pekerjaan pertama, sesuatu banget rasanya.
Kami memulai dengan menghitung biaya makan dan kos kami selama sebulan, lalu disisihkan untuk dikirim ke orangtua. Bagaimanapun kami ingin orangtua kami merasakan hasil jerih payah anak kesayangannya ini. Lalu sisanya akan kami investasikan untuk membeli barang incaran.
Netta ngincar hp baru dengan fitur tercanggih. Hp bututnya harus siap masuk museum. Tapi masalah muncul, kalau dia menginvestasikan seluruh gajinya untuk hp baru dengan fitur tercanggih maka dijamin dia puasa sampai dua bulan ke depan. Mau kredit bank, belum apa-apa Netta sudah ngeri kalau dikejar-kejar debtcollektor. Yah, si Netta. Kalau bayar utangnya tepat waktu ngga diuber mas-mas kece itu juga kali.
Mau minta ortu buat nambahi, gengsilah. Kan udah kerja. Bisa geger jagat persilatan kalau dia minta duit ortu. Jadi nih, Netta itu buat taruhan konyol dengan kakak laki-lakinya. Kakaknya bertaruh kalau Netta ngga bakalan betah kerja sampai setahun dan akan merengek minta transferan uang dari kampung. Alternatifnya, mungkin dia sedikit menurunkan grade hp yang mau dibeli. Yang harganya bisa ia jangkau tanpa utang ataupun puasa. Masa baru aja gajian udah puasa.
Bella, yang ngotot banget merasa mirip sama Bella Swan, ngincer skinny jeans sejak SMK. Tapi cuma sehelai jeans itu harganya fantastis menurut kami. Harganya sama seperti biaya makan siang Bella sebulan. Bulan ini dia mau puasa juga?
Fida dan Ratna lain lagi. Mereka adalah orang yang suka menginvestasikan hartanya untuk membeli barang yang nanti bisa dijual lagi. Sebenarnya otak mereka itu yang isinya jualan mulu.
Fida akan membeli perhiasan emas. Menurut spekulasinya, harga emas kan seringnya selalu naik tuh jadi nanti kalau pas harga tinggi dijual. Bisa untung kan.
Ratna, mengirimkan uangnya ke kampung untuk bayar DP motor. Sebenarnya sih, dia ngga bisa naik motor. Ya, nanti bisa belajar katanya. Dan yang terpenting, motornya nanti masih laku kalau dijual.
Tinggal aku yang belum menentukan barang apa yang ingin kubeli untuk mengenang momentum gajian pertama (halaaah...). Aku mencorat-coret di kertas menyusun skala prioritas seperti pakar. Padahal aslinya bingung nambah ngurangin anggaran biar tak defisit 🤭.
Mungkin aku pakai sisa sedikit uang untuk beli novel. FYI, meskipun infoku tak penting...aku suka baca novel. Jadi tuh, impianku punya perpustakaan sendiri dan mendirikan rumah baca untuk anak-anak di kampung. Biar bisa meningkatkan minat baca anak-anak yang kini kecanduan gadget . Beuuhhh...mulia kan cita-citaku. Hehe...biar kalian terkesan. Tapi tidak dengan teman-temanku.
Mereka justru memandangku aneh dengan daftar belanjaanku. Iya lah yang lain akan belanja barang yang punya nilai jual tinggi jika nanti dijual kembali. Sedangkan novel yang kubeli nanti paling kalau diloakin laku lima ratus perak. Eh, jeansnya Bella kalau sudah robek malah tak laku dijual. Paling cuma buat lap kaca. Bella menatapku horor.
Oke...oke. Apapun dafta barang belanjaan kita, yang penting sekarang adalah kita shoppiiiiiingggg... Yeayyy!!!!
Saat sampai di mall, kami membagi diri menjadi 2 kelompok. Yaelah, macam outbond aja. Aku akan belanja dengan Fida sedangkan ketiga temanku yang lain bersatu padu memborong isi mall. Dan nanti kami akan bertemu di tempat kami berpisah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
the King of Monster
Ficção GeralGenre: fiksi umum, comedy Punya bos menyebalkan? Bukan impian setiap orang. Namun terjebak di dalam sebuah perusahaan dengan bos menyebalkan, bukanlah sebuah pilihan di saat era banyak phk seperti ini. Apalagi kondisi ekonomi memaksa hati untuk mena...