Chapter 45: in other side

456 34 9
                                    

Untuk chapter ini, saya kembali menggunakan sudut pandang saya sebagai orang ketiga. Anggap saja ini spin off dari kisah Fadilla.

Oke, happy reading

______________________________________________

Sehari sebelumnya....

Aditya duduk sambil mengetuk-ngetukkan bolpoin di meja. Di kepalanya ia memikirkan sesuatu yang akhir-akhir ini mengganggunya. Ada yang tak nyaman di hatinya namun dia tak begitu memahami apa itu.

Pikirannya tak bisa fokus pada pekerjaan. Ada sesuatu yang mengusiknya. Tadi saat istirahat, ia memutuskan untuk berkeliling kantor sebagai pelepas penat. Saat ia melewati taman, tanpa sengaja ia mendengar dua orang karyawati yang ngobrol di balik pagar tanaman. Awalnya ia cuek saja namun ia tak jadi mengabaikannya saat salah satu dari mereka menyebut namanya dan nama Fadilla. Ia kemudian memutuskan untuk duduk di balik pagar dan menghadap ke arah yang lain sehingga kedua karyawati itu tak melihatnya.

Mereka berdua ngobrol seru. Lebih tepatnya bergosip seru. Mereka membicarakan rumor tentang Fadilla yang mungkin menggoda atasannya bahkan tidur dengannya. Mereka juga membahas tentang Revan yang sepertinya ingin kembali pada Fadilla. Dari obrolan mereka, mereka hanya menjelek-jelekkan Fadilla tanpa tahu kebenarannya.

Adit geram. Tangannya mengepal. Ia benci dengan karyawan yang suka bergosip di kantornya. Yang suka menyebarkan rumor negatif tentang teman mereka. Mereka digaji bukan untuk bergosip. Tapi lebih dari itu, ia tak suka kalau ada yang membicarakan hal buruk tentang asistennya.

"Apa yang kalian lakukan? Bergosip di jam kantor?!" Adit tak tahan untuk tidak bersuara. Ia memandang keduanya dengan tatapan intimidasi. Keduanya tergagap. Wajah mereka pucat pasi. "Heran deh, saya sudah menggaji kalian tapi masih saja membicarakan saya di belakang. Kalian maunya apa sih?"

"Ma...ma...maaf Pak." Salah satu dari mereka bersuara dengan bibir gemetar ketakutan. Sementara yang satunya sudah kelu, tak sanggup lagi berucap.

"Saya tak tahu dari mana kalian mendapat berita sampah itu. Lain kali, pakai itu otak. Jangan cuma buat pajangan di kepala!" Kasar. Kasar sekali ucapan Adit. Tapi dia nyaris hilang kendali. Ia sendiri tak tahu mengapa ia begitu marah.

Kedua wanita di depannya tertunduk dalam seperti terdakwa yang sudah tidak punya sanggahan lagi. Bahkan mereka terisak. Mungkin takut dipecat dari perusahaan.

"Kali ini kalian saya maafkan. Tapi lain kali, kalian akan benar-benar saya pecat. Bersihkan rumor itu! Dan kembali bekerja. Jangan buat saya menyesal telah menggaji kalian." Tegas Adit. Kedua wanita itu berterima kasih dan segera pergi. Mereka baru sekali dimarahi oleh Bossnya. Ternyata rumor bahwa Aditya Gunadharma itu galaknya ngalahin ibu tiri, ada benarnya.

Kini hampir semua orang sudah pulang. Bahkan Fadilla yang biasanya pulang akhir karena menunggunya, hari ini minta pulang cepat. Kembali pikiran Adit terusik. Apakah Fadilla sudah mendengar gosip yang beredar tentangnya? Jika sudah, bagaimana perasaannya saat ini?

Gosip itu menunjukkan kalau banyak yang iri dengan posisi Fadilla. Tapi setahu dia, Fadilla tak pernah bersikap menyebalkan terhadap orang lain di kantor ini. Dia bahkan sering membantu pekerjaan orang lain secara sukarela. Apa seperti itu balasan yang baik dari mereka.

Adit pernah iseng bertanya pada beberapa orang termasuk Marco, Yudha, Pervita dan Bu Tina-seorang cleaning servis. Mereka memberikan beragam komentar positif terhadap Fadilla. Tak ada yang mencoba mencari muka dengan menyudutkan pihak lain. Lalu apa-apaan mereka kini?

Entah mengapa ada dorongan dari dirinya yang mengatakan bahwa Fadilla harus dilindungi. Memang salah satu resiko menjadi sekretaris atau asisten pribadi adalah diterpanya gosip miring tentangnya. Namun jika gosip itu tidak benar adanya, bukankah itu artinya fitnah? Dan Adit tidak nyaman hidup di antara orang yang menyebarkan fitnah.

the King of MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang