CHAPTER 2. Rencana untuk masa depan

1K 114 64
                                    

Keesokan harinya, di hari minggu yang cerah. Aktivitas pagi mulai berjalan kembali. Keluarga Beliung juga sudah mulai bangun, walau masih ada yang tidur mati. Sebut saja Pyrapi dan Mawais. Dua kembar beda usia ini masih tidur lelap di buaian mimpi. Tapi dengan tongkat saktinya, Tok Kasa membangunkan mereka semua agar Shalat Subuh. Katanya "Shalat lah sebelum kamu di Shalatkan. Aku sempat mengira kalian berdua akan dibopong ke Masjid menggunakan keranda untuk di Shalatkan." Teriak Tok Kasa sadis dan seketika mereka bangun dan berwudhu.

Yang lainnya langsung bekerja setelah shalat berjamaah. Satriantar yang gesit membersihkan rumah. Balakung yang menyiram bunga dan kebun Kuputeri. Pyrapi yang kebagian tugas menyapu halaman. Kuputeri yang memasak. Maripos yang mencuci bersama Taufan. Dan Tok Kasa yang sedang bertapa (menjemurkan diri) di depan rumah dengan Mawais yang memijatnya. Benar-benar keluarga yang kompak dalam kesederhanaan.

Setelah menyelesaikan seluruh tugas, mereka semua berkumpul di ruang keluarga. Kuputeri meliburkan tokonya karena ini hari minggu. Sekeluarga akan melakukan musyawarah tentang masa depan Taufan dan Maripos. Tapi yang dibahas sedang pergi membeli bahan makanan yang telah menipis.

Satriantar membuka topik. "Jadi, Taufan akan disekolahkan dimana? Apa Maripos juga akan tetap bersekolah di Desa kecil ini?" Tanya Satriantar. "Sebenarnya Taufan mendapatkan beasiswa untuk lanjut di SMA pusat Kota. Itu akan menguntungkan dia agar mendapatkan ilmu lebih. Begitu juga Maripos yang mendapatkan rekomendasi dari SMA yang sama. Kalian taukan prestasi mereka itu sangat baik. Mereka ingin memperbaiki kehidupan keluarga kami. Tapi masalahnya kami harus pindah ke pusat Kota. Tapi karena kami hanya orang pinggiran, mungkin itu tidak mudah." Jawab Kuputeri. Mereka semua lalu berfikir.

Tok Kasa lalu mendapatkan ide. "Ah! Bagaimana kalau kau dan anak-anakmu tinggal bersama kami di pusat? Bukankah itu menguntungkan? Kami juga bisa membiayai sekolah mereka!" Ujar Tok Kasa. "Saya ingin hidup mandiri Ayah. Bukankah Ayah yang dulu sering menyuruh Puteri untuk BERDIKARI? Kami tidak ingin menjadi beban hidup kalian. Lalu bukankah rumah kalian jauh dari sekolah itu?" Jawab Kuputeri tegas. Mereka lalu larut kembali dalam pikiran.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka. "Assalamu'alaikum! Kami pulang!" Salam Taufan dan Maripos yang mengagetkan semua yang ada disana. "Waalaikumsalam. Kalian ini! Sudah berapa kali Ibu katakan beri salamnya yang baik dan ikhlas. Kalau beri salamnya begitu malah akan membuat orang jantungan! Kakek kalian sudah tua, bagaimana jika dia nanti serangan jantung?!" Oceh Kuputeri. "Hoi Puteri! Aku masih muda! Baru saja 70 tahunan kok dibilang tua?!" Ucap si Kakek yang masih merasa muda itu tidak terima. Semua orang tertawa karena kejadian itu.

Satriantar kembali melanjutkan topik. "Jadi, bagaimana urusan sekolah anak-anak nantinya?" Tanya Satriantar. Taufan yang sepertinya paham dengan permasalahan yang dibahas lalu buka suara. Maklum dia anaknya peka dengan keadaan, tapi tidak peka dengan perasaan. "Sepertinya kalian sudah tau kalau Upan dan Kak Mari akan disekolahkan di SMA pusat Kota Pulau Rintis. Jadi tadi malam Upan dan Kak Mari udah musyawarah duluan. Kami akan tetap sekolah di pusat Kota. Tapi kami akan mencari rumah sendiri yang lumayan dekat dengan sekolah itu. Lalu kami juga akan membiayai diri sendiri, alias kerja masing-masing. Upan kan punya skateboard, lalu Kak Mari punya motor sendiri. Jadi kami tidak perlu menggunakan kendaraan. Ibu juga bisa memindahkan toko bunganya. Dan karena kami tau kalian bersikeras dengan rencana ini, kami bisa mengizinkan kalian juga ikut membiayai kehidupan kami dan seperti biasanya kami akan balas budi. Jadi kalian juga tidak perlu jauh-jauh kemari jika ingin bertemu. Rumah ini akan dijual dan keuntungannya akan digunakan untuk kepentingan rumah baru kami." Usul Taufan yang dibantu Maripos.

Beberapa orang masih loading dengan penjelasan panjang itu. Tidak lama kemudian, semua orang disana langsung kagum dengan pemikiran dewasa kedua anak itu dalam menyelesaikan masalah. Mengapa tidak kepikiran daritadi kalau penyelesaiannya bisa semudah ini. Satriantar menepuk jidatnya. Dia merasa kalah dengan kedua anak itu. Tidak mengherankan mereka mendapat undangan dari SMA Pulau Rintis.

Setelah semua sepakat, para saudara itu juga mengajukan rencana lain. "Baiklah, kami setuju dengan rencana itu. Tapi tetap saja kami akan mencarikan kalian rumah. Kami juga akan membiayai kepentingan utama sampai kalian bisa berdiri sendiri. Setiap bulannya kami akan mengirim uang untuk biaya kehidupan kalian. Kalian tidak perlu balas budi lagi, lagipula kitakan keluarga. Saling membantu jika salah satu dari kita memerlukan." Keputusan final itu disetujui. "Baiklah. Itu keputusan mufakatnya. Masing-masing dari kita akan bekerja sesuai kehidupan. Para pria akan bekerja di kota sesuai dengan profesi masing-masing, keluarga Beliung dengan kehidupannya dan Atok yang kini hidup dalam waktu senja atau masa akhir kehidupan hahahaha!" Musyawarah itu berakhir dengan ocehan dari Tok Kasa.

Kehidupan keluarga Beliung akan di tata ulang. Mereka memutuskan untuk melanjutkan hidup di perkotaan. Masing-masing menyiapkan diri untuk menempuh hidup masyarakat perkotaan yang akan padat. Bagaimana jalannya keluarga mereka nantinya?

To be continued~

Author note:

Hai hai!!! Kembali lagi bersama saya! Gimana, udah bagus belum? Butuh pendapat kalian loh.

Okey jadi Lia memutuskan untuk mempercepat kehidupan mereka. Konfliknya belum muncul, sesuai kan keadaan dulu lah. Pemanasan aja dulu, sebelum emosi kalian akan Lia permainkan dan gantungkan hahahahahahahah!!! *ketawa ala Retak'ka*

See you guys di next chapter. Saya akan sering update orientasi, tapi saat konflik bakal saya gantung minimal tiga hari dan maksimal satu minggu atau malah satu bulan hahahaha! *ketawa nista*

Jangan lupa vote dan komen. Plis komen yah, Lia kesepian...

🌪𝙰𝙽𝙶𝙸𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙷𝙸𝙻𝙰𝙽𝙶🌪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang