Kedatangan Taufan menjadi kejutan tersendiri untuk keluarga BoBoiBoy, terutama Amato yang merindukan putra kedua yang dulu ia abaikan itu. Mengetahui Taufan belum menyusul sang istri, tentu Amato begitu bersyukur dan tidak tahu harus tertawa atau menangis dengan berkah yang terus datang padanya seharian ini sebagai hari ulang tahunnya. Tidak terkecuali para saudaranya yang saat ini menangis haru sambil memeluk pemuda bernetra biru langit itu. Lengkap sudah saudara mereka, ini adalah kebahagian yang tiada tara. Mungkin inilah keajaiban dari sebuah ikatan keluarga yang tulus.
Taufan mengungkapkan arti keluarga menurut pemikirannya, dan membuat orang-orang disekitarnya terdiam. Amato tersenyum kecil lalu mengelus surai putra keduanya tersebut. "Ya, itu adalah keluarga. Maaf selama ini ayah mengabaikan hal itu, ayah benar-benar khilaf sekarang. Jujur ayah baru sadar setelah kehilangan, benar jika kita akan sadar setelah semua terlambat. Penundaan akibat gairah duniawi membuat kita sering lupa, terus menunda hingga penyesalan yang akan datang." ratap Amato pada waktu-waktu yang telah ia sia-siakan di masa lalu. Waktu berharga yang ia buang demi kepuasan duniawi semata hingga mengabaikan keluarganya, membuang anak yang harusnya ia jaga hanya karena cacat dalam dirinya. Pria dengan usia diawal empat puluhan itu hanya bisa mengacak rambut jabriknya dengan pasrah ketika mengingat kesalahannya.
Taufan menatap kosong pada sang ayah, dia juga masih sedikit trauma dengan kecelakaan dan menyayangkan waktu yang telah berlalu. Inilah takdir, tiada yang bisa menebak dan mengubahnya. "Semuanya sudah berlalu. Sia-sia jika kita hanya meratap dan menyesal. Lebih baik kita hadapi masa depan." gumam Tok Aba mengelus pelan punggung Taufan dan Amato. Kedua ayah dan anak itu seketika kembali pada kenyataan, dan harus memaksakan senyum untuk menetralkan perasaan mereka. Masa lalu bukan hanya kenangan, tapi juga pengalaman untuk menghadapi masa depan dan suatu motivasi agar tidak mengalami kesalahan yang sama. Bagaimanapun semuanya sudah seperti ini, tidak akan kembali dan hanya bisa dijadikan acuan untuk hidup.
Para BoBoiBoy yang lain tidak ingin mengabaikan momen itu dan ikut memeluk keduanya. Tidak ketinggalan sang saudara yang kini kembali lagi mendapatkan pelukan dari para saudaranya, mereka masih merasa bahagia dan berharap ini semua bukanlah mimpi belaka. "Jangan mengingat semua itu lagi..." gumam Halilintar memeluk erat adik pertamanya. "Ya, tidak perlu dipikirkan. Yang penting kita berkumpul kembali!" seru Taufan juga ikut memeluk Taufan. Ketiga triplet twins itu akhirnya bisa berkumpul kembali, dan bukan rahasia lagi jika ikatan mereka adalah yang paling kuat ketika bersama.
Para adik-adiknya juga beralih dari sang ayah menuju ketiga kakak triplet-nya. "Hei jangan abaikan kami, ingatlah kalian masih punya adik." cemberut Blaze tidak mau kalah pada kedua kakaknya untuk memeluk Taufan. "Aku mengantuk." Ice langsung menyerbu sang kakak yang memiliki ciri khas biru sepertinya dan berbaring dipahanya sebagai bantalan. "Yey Kak Upan pulang sambil bawa oleh-oleh!" Duri memeluk (mencekik) leher Taufan sambil membawa bibit sunflower miliknya. Solar awalnya bingung karena melihat tidak ada lagi tempat untuknya bisa memeluk Taufan, namun dia langsung diseret Blaze agar bisa memeluk kakak keduanya itu. Tentu yang lain tahu jika Solar sudah sangat merindukan Taufan yang paling dekat dengannya dulu, dan kentara sekali wajah si bungsu memerah saat berhasil memeluk kakaknya itu. Mereka tertawa bersama layaknya kembali ke masa kecil.
Amato dan Tok Aba pun tersenyum melihat ketujuh saudara kembar itu. "Mereka kembali ke masa kecil ya." gumam Amato. "Tidak apa-apa. Bagaimanapun insting para saudara jika bertemu lagi mereka akan kembali menjadi anak-anak. Berpelukan, bercanda, berlarian dan bermanja bersama. Harusnya kau bersyukur anak-anakmu akur, dan dulu dengan kejamnya kau membatasi mereka." ujar Tok Aba dan membuat Amato tersenyum getir mengingat masa lalunya. "Ayah jangan ingatin dong. Kan udah berlalu, setidaknya mereka kumpul lagi..." cemberut Amato dan ingin menyangkal tapi itu fakta. Mood nya yang tadi begitu cerah langsung mendung karena kata-kata dari ayahnya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌪𝙰𝙽𝙶𝙸𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙷𝙸𝙻𝙰𝙽𝙶🌪
FanfictionWARNING: Rating umur 13/15/17 tahun keatas Bahasa Indonesia Bahasa campur baku dan gaul Ada kata yang agak berat dipahami Siapkan pikiran biar paham alur Chapter agak panjang walau awal-awal pendek Jaga kesopanan dalam berkomentar Banyak typo dan ke...