CHAPTER 3. Persiapan rasa perpisahan

901 112 35
                                    

Setelah musyawarah tadi, Kuputeri merenung di halaman belakang rumah. Di halaman belakang itu memang keadannya sangat tenang. Cocok untuk menenangkan diri dari tekanan kehidupan, dan itu yang selalu dilakukan Kuputeri untuk melampiaskan rasa lelahnya dengan menikmati angin sore yang menyejukkan. Kuputeri menatap matahari yang mulai terbenam di antara pegunungan. Inilah keuntungan tinggal di Desa. Udara masih jernih dari asap polusi. Mungkin ini terakhir kalinya dia menikmati matahari terbenam di Desa ini.

Kupu-kupu biru melintas. Air mata berkumpul di pelupuk matanya, siap untuk tumpah. Masa lalu yang tidak ingin diingat Kuputeri kembali berputar bagaikan kaset rusak. Kejadian mengerikan terekam jelas di ingatannya. "Aku merindukan kalian berdua, kenapa kalian pergi secepat ini? Lalu kalian meninggalkan tanggung jawab besar padaku. Andai kalian masih hidup, aku pasti bebas seperti kupu-kupu ini. Kehidupanku tidak akan dipenuhi rasa bersalah seberat ini..." Air mata yang daritadi dibendung kini tumpah.

Maripos yang kebetulan lewat melihat sang Ibunda. Dia terkejut dan langsung mendatangi Ibunya. "Ibu, Ibu kenapa? Kalau Ibu ada masalah ceritakan! Jangan seperti ini. Mari tidak sanggup melihat Ibu mengingat semua ini. Ibu dulu pernah seperti ini dan berujung pingsan berhari-hari. Kalau Ayah atau saudara Ibu yang lihat, mereka pasti akan menyesal. Pikirkan Taufan yang tidak mengetahui apapun! Aku yakin mereka berdua juga akan sedih melihat Ibu seperti ini di alam sana..." Maripos juga ikut menangis melihat sang Ibu yang tertekan. Perlu diketahui kalau suatu kejadian telah membuat emosi Kuputeri menjadi tidak menentu. Itulah salah satu alasan Kuputeri ingin hidup jauh dari masyarakat, karena dia ingin menenangkan diri.

Kuputeri dan Maripos melihat matahari terbenam sore ini. Ingatan buruk yang tadi menghantui Kuputeri perlahan menghilang setelah dia menenangkan diri. Walau begitu, trauma akan tetap membekas sampai ke jiwanya, meskipun dia melakukan berbagai cara untuk menghilangkannya. Kepergian orang tersayang tidak mungkin terlupakan begitu saja. Walau kejadiannya sudah lama, tapi Kuputeri yang melihat ingatan buruk itu dengan mata kepalanya tidak akan semudah itu melupakan.

Taufan dan yang lainnya sedang bersantai di halaman depan rumah, jadi mereka tidak melihat kesedihan Kuputeri dan Maripos. Katanya mereka ingin menikmati waktu terakhir di Desa pinggiran ini. Walau terkesan kumuh, tapi Desa ini sangat tenang. Warga yang tinggal hidup rukun dan saling membantu. Tidak lupa Taufan mendatangi para tetangga dan menghabiskan waktu bersama. Anak-anak yang selama ini bermain dengan Taufan mengadakan pesta perpisahan kecil-kecilan bersama Taufan. Sungguh suatu sore yang bermakna untuk keluarga Beliung.

Malam harinya, keluarga Beliung mengajak warga desa disekitarnya untuk kerumah. Mereka mengadakan pesta kembang api dan makan besar. Walaupun sederhana, tapi itu meniggalkan kesan kepada keluarga itu. Langit malam yang cerah menampakkan bulan dan bintang, seakan ikut merayakan perpisahan itu.

🎶
Datang akan pergi
Lewat 'kan berlalu
Ada 'kan tiada
Bertemu akan berpisah

Awal 'kan berakhir
Terbit 'kan tenggelam
Pasang akan surut
Bertemu akan berpisah

Hei, sampai jumpa di lain hari
Untuk kita bertemu lagi
Kurelakan dirimu pergi
Meskipun ku tak siap untuk merindu
Ku tak siap tanpa dirimu
Kuharap terbaik untukmu
🎶

Sepertinya lagu dengan judul 'sampai jumpa' ini cocok untuk dinyanyikan di suasana seperti ini. Banyak yang menyanyikan lagu itu untuk keluarga Beliung. Bagaimanapun, keluarga Beliung telah banyak membantu. Mereka tentu akan membalasnya malam ini, mengantar mereka menuju kehidupan yang lebih menantang. Hanya ini yang mereka bisa lakukan, tapi memiliki makna yang dalam. Sangat dalam di hati keluarga Beliung.

Melalui malam dengan kerlap kerlip cahaya kembang api tanda perpisahan. Biarlah mereka melupakan sejenak masa lalu itu. Yang terpenting mereka mempersiapkan masa depan yang lebih cerah. Ini bukanlah perpisahan, tapi ini awal yang baru. Kapan-kapan, mereka akan tetap berkunjung. Mana mungkin mereka meninggalkan Desa yang telah menopang kehidupan mereka...

Esok harinya kemudian, Kuputeri dan keluarganya bersiap untuk ke pusat Kota. Mereka ikut dengan saudara Kuputeri. Pagi-pagi sekali mereka semua sudah bersiap. Barang yang penting dibawa, barang yang berat dan tidak terlalu dibutuhkan akan dijual dan ditinggalkan bersamaan di rumah itu. Mereka akan membeli yang baru di Kota nanti.

Berkas rumah juga sudah siap untuk dijual. Sebelum pergi mereka akan menjual dulu rumah itu, karena keluarga Beliung memilih menjalani hidup di pusat Kota. Keuntungan dari penjualan rumah itu digunakan untuk menopang kehidupan di Kota. Bunga yang dimiliki Kuputeri dibagi-bagikan ke semua penduduk Desa. Dia akan membuka toko bunga baru di Kota. Hanya beberapa bibit bunga yang akan dibawanya agar modal tidak terlalu banyak.

Siang harinya, persiapan telah selesai. Semua barang telah siap. Sisa mengucapkan selamat tinggal pada Desa ini, lalu pergi. Mobil berjalan meniggalkan halaman rumah. Warga Desa yang berkumpul di jalanan serentak melambaikan tangan mengantarkan kepergian mereka. Doa menyertai perjalanan mereka, berharap yang terbaik.

Kuputeri melihat kaca jendela. Sebenarnya dia masih belum terlalu siap dengan semua ini. Tapi demi masa depan anak-anaknya, dia rela menghadapi trauma beratnya. Maripos melirik sang Ibu, paham dengan kekhawatirannya hanya bisa mengelus pundak Kuputeri. Saudaranya yang lain juga menatapnya dan menganggukkan kepala, memberi semangat dari dalam. Kuputeri tersenyum lembut sebagai rasa terima kasih.

Taufan juga tampak bersemangat. Dia dari dulu sangat penasaran dengan kehidupan di Kota. Dia merasakan ada hal yang ditinggalkannya di Kota itu, sesuatu yang sangat penting dari masa lalu. Perasaan aneh kembali dirasakannya. Taufan bertekad akan mengungkap segalanya. Karena merasa semuanya berhubungan dengan Kota itu, dia akan berusaha mengulas masa lalunya. Mungkin ingatannya bisa kembali lagi. Taufan tidak menyadari kekhawatiran Kuputeri karena terlalu antusias.

Bagaimana kelanjutan perjalanan keluarga Beliung? Akankah masa lalu akan terkuak? Apa yang sebenarnya disembunyikan Kuputeri? Penasaran dengan semua ini, tunggu kelanjutannya!

To be continued~

Author note:

/lap air mata/ Hai lagi! Lia berusaha update karena ingin menuliskan hal yang penting. Ngomong-ngomong, ada yang nangis? Lia nangis nih. Karena tadi udah ketawa, mari nangis dulu ye kan? Olahraga perasaan dulu :v

Okey jadi yang ingin kusampaikan adalah...

Apa maksudnya ini Monsta?! Jangan buat Upan menderita woy! Sudah cukup disini takdirnya akan digantungkan /tambah nangis/ okey ini aja yang mau Lia beritahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa maksudnya ini Monsta?! Jangan buat Upan menderita woy! Sudah cukup disini takdirnya akan digantungkan /tambah nangis/ okey ini aja yang mau Lia beritahu. Ayo kita tunggu isu 11 bersama, kita lihat nasib Taufan!

Sebenarnya ini adalah dua Chapter yang ku gabungkan. Niatnya mau ada acara perpisahan dan kepergian keluarga Beliung, tapi karena pendek jadi kusatukan. Lia lagi baik nih, puas nggak?

Okey sampai sini dulu pertemuan kita hari ini, see you next chapter. Jangan lupa voment, Lia butuh hiburan. Babay~

🌪𝙰𝙽𝙶𝙸𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙷𝙸𝙻𝙰𝙽𝙶🌪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang