CHAPTER 35. Kepingan ingatan: Saudaraku (1)

513 76 10
                                    

Taufan POV:

Aku telah mengingat pengalamanku bersama ayah dan ibu. Ayah, dia sangat tidak menyukaiku saat masih kecil karena dianggap aib keluarga dan tidak memiliki bakat apapun seperti saudaranya yang lain. Bahkan ayah rela menyembunyikan diriku dari media dan tidak mengakuiku sebagai anaknya. Jika aku melakukan sedikit kesalahan di matanya, dia akan menyiksa dengan memukul atau mencambuk hingga tubuh kecilku terbiasa dan sempat mengalami self injury. Sedangkan ibu adalah sosok wanita yang sangat lembut dan selalu membelaku dulu saat ayah memarahi diriku. Ibu juga memiliki identitas rahasia, katanya agen mata-mata dari organisasi rahasia yang melindungi kota Rintis. Aku sebenarnya mewakili sebagian besar bakat ibu, namun disembunyikan agar ayah tidak semakin tamak pada kekuasaannya. Sejauh ini baru itu yang ku ingat.

Ngomong-ngomong 'Taufan' memiliki sekolah dasar yang beda dengan saudara yang lain, sebuah sekolah biasa sedangkan yang lainnya berada di sekolah khusus anak yang berbakat. Sekolahnya juga pulang lebih cepat jadi Taufan kadang di 'hukum' setelah memeriksakan tugasnya. Perlu diketahui kalau ternyata wali kelas 'Taufan' adalah teman ibu dan bersedia bekerja sama dengannya menyembunyikan nilai asli yang sebenarnya sempurna. Selama ini 'Taufan' memberi nilai palsu, begitu juga wali kelas yang memalsukan berkas nilai raport. Aslinya telah diberikan pada ibu lalu disembunyikan. Walau ibu kadang tidak tega melihat 'Taufan' tersiksa namun dia bisa apa, mana bisa rencana yang telah ia susun dari awal harus hancur karena perasaan. Aku juga akan berada di posisi yang sama dengan ibu, ayah sudah mengorbankan saudaraku yang lain dan tersisa diriku. Walau berat tapi semua ini juga demi kebaikan.

Ingatan selanjutnya adalah para saudaraku. Siapa saja mereka sebenarnya? Apakah mereka baik padaku atau menuruti keinginan ayah untuk membenciku? Lalu aku penasaran dengan kakak dan adikku, aku memiliki berapa saudara ya? Ah aku sangat bersemangat dan aku memiliki banyak pertanyaan dalam benakku. Aku tidak sabar bertemu dengan mereka semua, aku ingin tau siapa saja yang dekat denganku juga hubungan keakrabanku dengan mereka semua.

Pertama-tama aku tentu saja ingin bertemu dengan saudara tertua alias kakakku. Tiba-tiba retakan cahaya kembali lagi, tanda perpindahan kejadian dan waktu. Aku menutup mata agar tidak silau, seperti sebelumnya. Selanjutnya apa yang akan kusaksikan? Aku benar-benar tidak sabar bertemu kakak!

Saat membuka mata aku dalam posisi terduduk di ranjang mewah milik anak-anak. Aku berada di sebuah kamar serba merah dan hitam serta hampir tidak ada hiasan apapun di dindingnya kecuali mozaik yang mirip kilat, terlihat berani dan menyeramkan di saat bersamaan. Siapa yang memiliki selera mengerikan seperti ini? Benar-benar berbeda denganku. Tapi bukan itu yang mengejutkan, di sudut tempat tidur terdapat boneka Pikachu berukuran sedang, namun cukup besar dipeluk anak-anak. Di kamar semengerikan ini ada boneka Pikachu? Pemililk kamar ini sungguh aneh. Siapa saudaraku yang memiliki selera aneh ini? Tapi lucu juga.

Pintu kamar perlahan terbuka dan masuk anak lainnya, sepertinya pemilik kamar ini. Oh, dia sangat mirip dengan diriku saat masih kecil, bedanya wajahnya tegas dan dewasa serta memiliki mata merah ruby yang indah. Tunggu... Dia familiar. Dia mirip dengan BoBoiBoy Halilintar, dari wajah dan aura sangat mirip. Jangan bilang dia salah satu saudaraku? Itu artinya saudaranya yang lain adalah... SAUDARAKU JUGA??? Andai aku bisa mengendalikan tubuhku aku pasti sudah menganga dengan mata melotot.

Anak itu, yang kuduga adalah Halilintar menatapku tajam. "Kau lagi-lagi masuk tanpa izin, Taufan." Ujarnya dengan suara ditekan. 'Taufan' hanya tersenyum ceria dan melompat memeluk anak itu. "Selamat datang kak Hali! Bagaimana sekolahnya, menyenangkan?" Ini sedikit memalukan, tapi anak yang kuduga Halilintar itu terlihat biasa dengan tingkah 'Taufan'. "Membosankan. Anak perempuan selalu memberiku yang manis-manis lalu berteriak. Pelajarannya juga tidak menantang." Jelas anak itu dengan wajah jutek. "Hehe kak Hali memang pandai. Pantas saja anak perempuan disekolah sangat menyukaimu. Itu wajar kan? Aku saja tidak pernah." Puji 'Taufan'. Halilintar melemparkan sebuah coklat pada 'Taufan' dan berhasil ditangkap. "Kau memang pengertian!" Tentu saja coklat itu langsung dimakan, rasanya memang manis sih. Tau saja aku pecinta makanan manis seperti ini.

🌪𝙰𝙽𝙶𝙸𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙷𝙸𝙻𝙰𝙽𝙶🌪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang