Taufan POV:
Tunggu, jadi agen wanita yang menyelamatkan diriku dan partner kerja ibu adalah... IBU KUPUTERI?! Aku melihat wajahnya dengan jelas setelah memasuki jalan utama. Wajahnya sama seperti saat aku pertama kali melihatnya tujuh tahun lalu, setelah insiden kecelakaan yang menyebabkan diriku hilang ingatan. Jadi selama ini dia... Salah satu anggota Agen rahasia yang melindungi kota Rintis, namun sejauh ini aku tidak melihatnya beraksi secara tiba-tiba, dia selalu menemaniku dan kak Maripos. Kalaupun dia pergi pasti untuk kepentingan pribadi atau mengunjungi keluarganya. Apa jangan-jangan dia sudah berhenti atau tidak aktif lagi? Tapi kenapa, apa trauma karena kecelakaan tujuh tahun lalu?
Karena terus melihatnya sepanjang jalan, Ibu Kuputeri tersenyum padaku. "Hm? Ada apa Taufan? Kenapa melihat bibi terus? Oh ya, nama bibi adalah Kuputeri Beliung, dan bibi adalah sahabat ibumu. Jadi jangan ragu memanggilku dengan kata 'ibu' juga ya~" oceh Ibu Kuputeri setelah melihatku, atau 'Taufan' terus menatapnya. 'Taufan' mengangguk sembari tersenyum kecil. "Baiklah, ibu Kuputeri!" Tampak wajah ibu Kuputeri sangat berbinar mendengar panggilan itu. "Ahaha, Luna! Sepertinya Taufan juga akan menjadi anakku. Mary pasti senang memiliki adik baru." Kedua ibu itu terus mengoceh sepanjang jalan hingga sampai di sebuah mobil putih.
Mobil putih itu adalah milik ibu Kuputeri. Dia bilang akan mengantar 'Taufan' dan ibu kerumahnya dulu untuk memulihkan diri. Ah, aku juga tidak sabar bertemu kak Maripos, dan sepertinya suami ibu Kuputeri juga masih hidup karena dia terlihat bahagia. Ibu sudah menelpon ayah jika dia akan pulang malam karena bertandang ke rumah temannya, bersama 'Taufan'. Aku tidak perlu menjelaskan bagaimana reaksi senangnya karena satu hari tidak akan melihat 'Taufan' dirumah bukan? Kami bertiga lalu naik ke mobil. Ibu Kuputeri yang menyetir, sedangkan 'Taufan' dipangku ibu duduk di sampingnya. Mobil melintasi jalan raya kota metropolitan Rintis dengan lancar. Sebentar, tampaknya aku familiar dengan jalan ini...
Kami melakukan perjalanan kira-kira tiga jam. Hingga akhirnya mobil memasuki bagian pinggiran kota, ke sebuah tempat seperti desa kecil yang terbayangi tingginya gedung kota metropolitan ini. Tunggu, ini tempat tinggalku dan ibu Kuputeri serta kak Maripos dulu, namanya desa Bayugan. Jadi dia memang sudah lama tinggal disini ya. Kami terus berjalan menyusuri jalan setapak yang cukup sempit namun masih layak ini. Beberapa orang menyapa kedua ibuku, sepertinya mereka memang cukup di kenali disini. Lalu beberapa dari mereka juga adalah orang yang ku kenal, walau ada yang akan pergi di masa depan nanti.
Kami sampai di rumah kayu yang sederhana namun kokoh. "Nah, kita sampai. Taufan, ini adalah rumah ibu Kuputeri lho." Ibu Kuputeri mulai menceritakan beberapa hal tentang rumah dan keluarganya. Dia tinggal di pinggiran kota karena ingin menikmati alam yang masih segar tanpa campur tangan manusia, menjelaskan beberapa hutan lebat dan sungai yang masih jernih di sekitar sini. Bunga yang berjejer di taman depan mekar dengan indah. Ini adalah masa dimana ibu Kuputeri bahagia, sebelum dia menjual bunga-bunganya untuk mencari nafkah. Aku semakin penasaran siapakah suami dari ibu Kuputeri yang meninggal bersamaan dengan tragedi yang menimpaku.
Ibu Kuputeri mengetuk pintu rumahnya dan memberi salam. "Assalamu'alaikum. Amos, Mary, aku pulang." Suara menyahut didalam dan pintu segera terbuka. Terlihat seorang pria muda namun memiliki wibawa yang maskulin. Aku tebak itu pasti suami dari ibu Kuputeri. Lalu kak Maripos yang masih berusia sembilan tahun tengah sembunyi di balik tubuh ayahnya, itu menggemaskan. "Wa'alaikumsalam. Oh Puteri, kau sudah pulang rupanya. Lalu Luna juga ada disini dan... Taufan yah? Anak keduamu kan, Luna?" Pria itu tersenyum ramah pada kami. Kami dipersilahkan masuk ke dalam rumah, berkumpul di ruang tamu yang sederhana. Ah, aku merindukan suasana ketika berkumpul di ruang tamu ini.
Sepertinya 'Taufan' tampak sangat gugup karena baru pertama kali kesini. Melihat kecanggungan 'Taufan', Kuputeri tersenyum kecil dan mulai memperkenalkan mereka. "Taufan, kenalkan ini adalah keluarga kecilku. Ini suamiku atau sekarang dia bisa kau anggap seperti ayahmu, namanya Reramos Beliung atau sebut saja paman Amos ya. Kau bisa memanggilnya ayah jika mau, tapi jangan memaksakan diri. Lalu ini adalah Maripos Beliung, anak tunggalku. Kalian berdua akan menjadi saudara sekarang." Setelah sesi pengenalan singkat, ibu Kuputeri masuk kedalam untuk membuatkan cemilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌪𝙰𝙽𝙶𝙸𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙷𝙸𝙻𝙰𝙽𝙶🌪
FanficWARNING: Rating umur 13/15/17 tahun keatas Bahasa Indonesia Bahasa campur baku dan gaul Ada kata yang agak berat dipahami Siapkan pikiran biar paham alur Chapter agak panjang walau awal-awal pendek Jaga kesopanan dalam berkomentar Banyak typo dan ke...