CHAPTER 19. Persamaan

585 80 56
                                    

Jam istirahat telah tiba. Seperti biasa para siswa akan keluar dan pergi menuju kantin atau menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Jam istirahat tentu saja ditunggu oleh ratusan siswa di sekolah itu karena waktu itu mereka dapat menenangkan otak dari macam-macam rumus dan huruf yang menyebalkan.

Empat troublemaker yakni Blaze, Taufan, Duri dan Gopal juga bergegas ke kantin tapi tentunya mereka harus menunggu teman yang lain dulu. "Akhirnya bebas dari hukuman Jahannam itu. Kakiku pegal eh." Gerutu Blaze yang baru selesai dari hukuman Papa Zola. "Dey, ini semua karena kau yang membisikkan kalimat itu dan tertawa. Bagaimana bisa ditahan. Pose Papa Zola mengingatkanku pada Sailor Moon. Mana tongkatnya sempat kukira tongkat bulan..." Gumam Gopal. Yang mendengar hanya tertawa membayangkan kejadian saat di kelas tadi. Bahkan mereka masih terbayang-bayang wujud Papa Zola mengenakan seragam sailor. Orang-orang yang melihat mereka tertawa sendiri menjadi merinding. 'Kerasukan arwah penjaga sekolah kah?' Seperti itulah kira-kira batin mereka.

The troublemaker memasuki kelas IPA 10-A dan 10-B untuk menunggu teman mereka. Tentu saja diwarnai dengan kejahilan dan candaan kecil. Setelah yang ditinggu datang mereka pun segera pergi ke kantin. Sepanjang perjalanan banyak gadis yang berteriak kagum karena lewatnya pangeran sekolah yang tidak lain adalah BoBoiBoy brother dan Fang. Sementara Taufan, Gopal, Ying dan Yaya memilih mundur diam-diam dengan wajah tertekan diakibatkan harus menahan bisingnya teriakan yang super keras dari para fangirl, tapi itu terpaksa dilakukan agar bisa lebih mudah memasuki kantin.

Setelah menentukan tempat yang diinginkan, mereka mulai bercakap-cakap ringan sambil menunggu makanan. "Hei kalian tau tidak-", " Tidak." Ucapan Blaze langsung terhenti karena di potong oleh Halilintar, Solar, Ice dan Fang. Dia menatap cemberut pada empat patung hidup itu. "Makanya dengar dulu. Tadi di kelas..." Blaze dengan bersemangat menceritakan 'masalah' yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Beberapa tertawa dan sisanya hanya memasang tampang bosan.

Mereka lalu diam beberapa saat. "Hmm Taufan, kau sadar tidak kalau kau memiliki kemiripan dengan BoBoiBoy brother?" Tanya Yaya sambil mengamati dalam-dalam wajah Taufan. Taufan yang memang canggung dengan tatapan yang intens alias menilai atau mengobservasi menjadi kikuk. "T-tidak. Siapa aku yang memiliki kemiripan dengan mereka. Paling hanya kebetulan. Kau pernah dengarkan kalau kita memiliki kembar di sisi bumi yang lain? He-he..." Jelas Taufan diakhiri tawa kikuk. "Cih, itu memang hanya kebetulan. Lagipula Taufan lebih normal daripada mereka berenam, walau dia memiliki pecahan sifat yang dimiliki oleh Blaze, Duri dan Gempa. Lagipula kalau Taufan merupakan 'salah satu' dari mereka, harusnya dia tinggal bersama para BoBoiBoy dan keluarganya bukan?" Ucap Fang yang tentunya dengan nada congkak khasnya. Para BoBoiBoy entah mengapa tiba-tiba menunduk.

Teman-temannya menatap heran kepada BoBoiBoy brother. "Kenapa?" Tanya Taufan sedikit merasakan aura tidak enak dari BoBoiBoy bersaudara. Mereka saling melirik satu sama lain dan tatapannya jatuh pada Halilintar. Halilintar menghela nafas kesal. "Begini, sebenarnya memang kami memiliki saudara ketujuh. Tapi dia adalah saudara kedua BoBoiBoy alias adik pertamaku. Karena suatu kejadian, dia dan Ibu meninggal dalam kecelakaan hebat. Kami tidak tau cerita jelasnya dan sampai sekarang masih mencari tahu. Jasadnya tidak ditemukan, diperkirakan telah hanyut di sungai bawah jembatan tempat kecelakaan. Dan... Huft-" Tampaknya Halilintar tidak sanggup melanjutkannya. Begitu juga saudaranya yang lain dengan wajah yang suram.

Ying memukul pelan lengan Fang karena secara tidak sengaja membahas topik yang sepertinya sensitif. Yaya juga seketika merasa bersalah. "M-maaf... Kami baru tau. Jika ini sensitif maka kami tidak akan mengungkit lagi." Taufan yang peka dengan keadaan pun angkat suara. BoBoiBoy brother mengangguk. "Tidak apa. Ini cerita lama. Semoga dia tenang, walau kami merasa dia masih ada di dunia ini." Ujar Gempa. Yang lainnya saling melirik satu sama lain, tidak tau harus melakukan apa. Tidak lama makanan yang mereka pesan telah siap dan memutuskan untuk makan dalam diam.

🌪𝙰𝙽𝙶𝙸𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙷𝙸𝙻𝙰𝙽𝙶🌪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang