Mobil sedan silver membelah jalanan kota dengan cepat. Beruntung saat ini tidak terjadi kemacetan sehingga perjalanan lumayan mulus. Ada nyawa yang tengah dipertaruhkan dalam mobil itu. Rumah sakit besar berada di pusat kota sehingga perjalanan sedikit memakan waktu. Pemuda yang barusan mengalami insiden 'tabrak lari' tengah sekarat dan nafasnya sangat lemah bahkan terputus-putus disertai darah yang tidak berhenti mengalir. Seorang anak di sampingnya tertidur namun matanya masih sembab dan sesegukan, namun karena kelelahan dia pun beristirahat. Orang-orang yang masih sadar di dalam mobil merasa waktu berjalan lambat lantaran panik. Suasana sangat mengkhawatirkan, semoga saja nyawa pemuda itu masih bisa diselamatkan.
Setelah berperang dengan waktu akhirnya mereka tiba di rumah sakit. Dengan cepat Ocho dan Moto membawa Taufan ke arah perawat. Sang perawat yang paham akan situasi segera mengevakuasi Taufan dengan membawanya ke ruang ICU. Kondisinya sangat parah dan kehilangan banyak darah sehingga yang melihatnya akan merasa merinding. Para perawat dengan hati-hati terus membawa Taufan juga menyuruh Ocho dan Moto untuk menunggu di depan ruang ICU. Dua dokter yang mendapatkan berita jika ada yang kritis sudah menunggu didalam ruangan itu langsung melakukan pertolongan pertama secepatnya. Pintu dan jendela ruang ICU ditutup dengan tirai tanda operasi telah dimulai.
Di luar ruangan Ocho dan Moto sama-sama panik. Mereka berharap keselamatan untuk pemuda itu. Bagaimanapun mereka akan merasa sangat bersalah jika Taufan sampai tidak selamat, karena Taufan seperti itu hanya demi menyelamatkan Storm yang juga hampir tertimpa masalah. Ocho memegang handphone Taufan yang sedikit retak layarnya karena benturan. Kebetulan layarnya tidak terkunci jadi Ocho segera menekan icon telepon. Baterai handphone Taufan sangat sedikit jadi Ocho menyalin nomor ibunya. Bersamaan dengan itu handphone Taufan juga langsung mati karena kehabisan baterai.
Setelah menyalin nomor keluarganya, Ocho mengantongi handphone itu lalu menelpon Kuputeri. Dia memberitahu informasi tentang Taufan kepada wanita yang di teleponnya dan mendengar wanita itu sangat panik. Sejujurnya Ocho juga tidak tega tapi mau bagaimana lagi, Taufan kecelakaan dan harus diberi tahu pada keluarganya. Telepon sepertinya diambil alih seseorang karena suara telepon tiba-tiba menjadi maskulin. Pria itu berusaha tenang menanyakan lokasinya dan Ocho memberitahu. Setelah menjelaskan sedikit kondisi Taufan, Ocho segera mengakhiri percakapan. Dia menghela nafas lega karena keluarga Taufan akan datang sehingga dia bisa pulang dulu.
Ocho dan Moto duduk di ruang tunggu. "Ocho, apakah pemuda itu yang dulu menyelamatkan anak-anak?" Tanya Moto membuka percakapan. "Ya. Dia adalah anak yang baik. Dan aku melihat sesuatu yang familiar pada dirinya. Tapi aku tidak tau itu apa." Jelas Ocho. Tidak lama kemudian Data dan Storm ikut datang. "Moto, kau menunggu disini. Aku akan pulang dulu untuk mengantar Storm dan Data. Kasihan anak-anak menunggu di rumah." Usul Ocho. "Tidak mau! Pokoknya aku mau menunggu kak Taufan!" Rengek Storm. Mau tidak mau mereka harus menyeret Storm yang menangis keras karena tidak ingin pulang dan ingin menjaga Taufan katanya. Moto tetap dirumah sakit untuk menunggu kedatangan keluarga Taufan dan menunggu info selanjutnya.
...
Kuputeri dan keluarganya sudah selesai bersiap dan segera menuju lokasi rumah sakit Taufan. Satriantar menyetir mobil dengan berkeringat dingin karena keponakannya lagi-lagi mengalami suatu tragedi. Dia mendengar jika kondisi Taufan kritis dan saat ini tengah berjuang dalam operasi. Kuputeri juga tengah terisak dan ditenangkan oleh Maripos lalu Hang Kasa berusaha memberi beberapa nasihat pada putri satu-satunya itu. "Puteri, kau adalah seorang ibu. Harusnya kau mendoakan anakmu agar selamat. Kau harus memberi support pada Taufan dengan memohon kepada Tuhan. Dia berjuang antara hidup dan mati karena kecelakaan, harusnya kita bukan menangis, namun berusaha tenang dan menunggu kabar apapun yang akan datang." Nasihat Hang Kasa. Kuputeri perlahan tenang dan tersenyum kecil. "Baik ayah. Terima kasih atas nasihatmu..." Gumam Kuputeri dengan suara serak. Saudaranya yang lain hanya menatap sendu pada Kuputeri. Dia sangat menepati janjinya sebagai seorang ibu bagi Taufan.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌪𝙰𝙽𝙶𝙸𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙷𝙸𝙻𝙰𝙽𝙶🌪
FanfictionWARNING: Rating umur 13/15/17 tahun keatas Bahasa Indonesia Bahasa campur baku dan gaul Ada kata yang agak berat dipahami Siapkan pikiran biar paham alur Chapter agak panjang walau awal-awal pendek Jaga kesopanan dalam berkomentar Banyak typo dan ke...