CHAPTER 13. Hari sial Taufan

793 91 67
                                    

Hari-hari keluarga Beliung berjalan seperti biasanya. Begitu juga dengan pagi ini. Taufan dan Maripos akan kembali sekolah. Setelah bersiap, Kuputeri memberikan bekal sendiri kepada dua pemuda Beliung itu dikarenakan kantin biasanya sangat penuh. Setelah salam kepada Kuputeri, mereka berdua akan segera berangkat.

Sekarang dua pemuda Beliung itu menggunakan kendaraan sendiri yaitu Maripos dengan motor dan Taufan dengan skateboard. Satriantar yang memberikan dua kendaraan itu karena dia tidak bisa terus mengantar jemput dua anak itu. Memang dulu Taufan dan Maripos memiliki kendaraan sendiri tapi karena kendaraan itu sudah cukup lama mereka dibelikan yang baru.

Di tengah perjalanan entah mengapa jantung Taufan berdetak dengan cepat dan tidak beraturan. Penglihatan di mata kirinya seperti lampu yang berkelap-kelip, kadang gelap dan kadang berfungsi kembali. 'Oh tidak, jangan sekarang. Astaga aku lupa meminum obat tadi. Uhh gawat...' Batin Taufan panik. Sepanjang perjalanan ke sekolah, wajah Taufan pucat pasi dan harus beradaptasi dengan mata yang fungsinya tidak terkendali.

Sesampainya di sekolah, Taufan dengan cepat menyimpan skateboard (yang bisa dilipat) dan tasnya didalam loker. Dia harus segera istirahat agar jantungnya tidak terlalu banyak bekerja. Matanya juga sudah sedikit berfungsi dengan normal.

Di dalam kelas Taufan dengan cepat menuju bangkunya. Blaze dan Duri sebenarnya ingin mengajak Taufan bermain, tapi karena melihat Taufan yang sedikit pucat dan kelelahan mereka sedikit khawatir. "Taufan, kau tidak apa-apa?" Tanya Duri. "T-tidak apa-apa. Kalian jangan khawatir. Kali ini mainlah tanpa diriku. Aku sedikit kelelahan." Alasan Taufan. Blaze dan Duri yang mengerti lalu membiarkan Taufan beristirahat dan pergi main. Taufan sedikit menghela napas.

Tidak lama kemudian, bel tanda pelajaran telah berbunyi. Jadwal pelajaran kali ini adalah olahraga. 'Oh ini semakin gawat. Bagaimana jika nanti tiba-tiba kondisiku collapse (menurun)?!' Batin Taufan yang khawatir akan kesehatannya. Olahraga yang dilakukan adalah olahraga praktek. Itu artinya akan diperlukan gerak tubuh yang banyak, sementara saat ini Taufan harus banyak istirahat. Taufan ingin izin namun ini adalah olahraga praktek pertamanya, mana mungkin di bolos di pengambilan nilai pertama? Itu adalah pemikiran Taufan. Dia memutuskan untuk mengikuti pelajaran olahraga.

Siswa kelas IPA 10-C kini telah berada di lapangan untuk praktek olahraga. Pemanasan dilakukan agar tubuh tidak kejang dan kaku saat praktek. Taufan melaluinya dengan penuh perjuangan karena harus menjaga keseimbangan tubuh dan menahan rasa sakit didadanya, belum lagi mata kirinya seakan mengalami glitch atau error.

Olahraga praktek yang dilakukan adalah senam aerobik. Senam yang benar-benar menggerakkan seluruh tubuh dan tenaga. Taufan lagi-lagi hanya bisa pasrah akan keadaannya nanti. Para siswa pun mulai melakukan senam. Taufan merasa tenaganya dengan cepat berkurang bersamaan dengan detak jantungnya semakin cepat.

Ditengah-tengah senam, seorang siswa yang ada di dekat Taufan tidak sengaja menyikut dada kiri Taufan. Saat itu memang jarak siswa itu sangat dekat dengan Taufan dikarenakan barisan senam yang agak berantakan. Taufan yang merasakan nyeri pada dada kirinya lalu membungkuk dan menahan sakit. Mata kirinya menggelap sehingga dia hanya bisa melihat dengan mata kanannya. Tenaganya semakin lemah untuk menopang tubuhnya. Anak yang tidak sengaja menyikut Taufan langsung panik saat Taufan membungkuk. Dia memberitahu para siswa yang lain agar menghentikan senam dan menolong Taufan.

Keadaan Taufan semakin drop. Wajahnya pucat pasi dan darah perlahan keluar dari hidungnya. Dada kirinya makin lama semakin nyeri dan detak jantungnya semakin tidak terkendali. Kepalanya seperti ada yang menusuk. Nafasnya tersendat seperti orang yang mengalami asma. Sesuatu yang terasa seperti besi memenuhi tenggorokannya lalu Taufan memuntahkannya dan yang keluar adalah darah. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Karena tidak tahan dengan rasa sakitnya, pandangan Taufan perlahan menggelap dan akhirnya pingsan.

🌪𝙰𝙽𝙶𝙸𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙷𝙸𝙻𝙰𝙽𝙶🌪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang