CHAPTER 54. Mempertahankan Hak sejati

629 44 37
                                    

Warning: Mungkin ada pembaca yang kurang paham dengan tulisan saya di Chapter ini, soalnya saya menggunakan banyak istilah teknis dan ilmiah. Juga mungkin akan disturbing (mengganggu) bagi beberapa pembaca, jadi nikmati saja secara perlahan!



Fajar baru saja tiba. Kota Rintis tampak masih begitu sepi, padahal biasanya aktivitas dimulai bahkan saat hari masih gelap. Aura berbeda dikeluarkan oleh Kota Metropolitan itu, suasana yang cukup hening membuat udara shubuh makin dingin. Nyatanya, hanya 'penduduk istimewa' Kota Rintis yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sehingga aktivitas harian Kota Rintis mengalami penurunan aktivitas. Sebuah kejadian besar akan terjadi hari ini, namun takkan ada yang mengetahuinya kecuali orang-orang yang mengalami sendiri kejadian itu, sebuah peristiwa besar yang direncanakan diam-diam.

Penyerangan dimulai hari ini. Anggota elit utama Agensi RCU akan langsung meluncur ke laut Quabag dan menanti datangnya pasukan musuh. Pemimpin Agen yang memimpin baris depan yakni Satriantar, Pyrapi, Maskmana dan Tarung. Mereka adalah petarung terbaik di Agensi dan dimandatkan oleh Hang Kasa untuk memimpin garis depan dan sisanya akan melakukan evakuasi jika terjadi sesuatu di bagian internal Kota Rintis. Medan utamanya adalah laut Quabag, dan jika pasukan utama selesai menaklukkan pasukan Kubulus dan Atata Tiga mereka akan langsung menyusup di Markas Organisasi utama Kubulus.

Dalam beberapa hari, diadakan cuti dadakan karena dengan alasan Kota tengah mengalami masalah internal yang tak diketahui, namun tidak ada yang diizinkan keluar dari wilayah Kota Rintis. Hal ini tentu membingungkan penduduk karena Kota 'diistirahatkan' tanpa sebab. Perusahaan besar milik Amato dan para pengusaha terkenal Kota Rintis mengalami penyurutan aktivitas. Begitu juga kantor dan cabang perusahaan Gogobugi milik salah satu orang berpengaruh di Kota Rintis yakni Gabenor Gogobugi dan istrinya, Madam XianYu. Hutan Dargha'ya ditutup dan dilarang untuk masyarakat umum, karena hutan inilah yang menjadi pintu masuk menuju medan peperangan.

Yah, alasannya karena Agensi RCU tak ingin ada penduduk Kota Rintis ikut campur dalam perang ini dan telah membangun pelindung transparan untuk melindungi pusat Kota maupun 'Desa bayangan' di balik Kota Rintis. Hasilnya, bagian utama Kota Rintis berjalan normal. Namun di perbatasan antara Kota Rintis dan Kota Atata Tiga yakni laut Quabag akan segera terjadi pertempuran. Pasukan dari kedua belah pihak yang bertentangan telah saling berhadapan menunggu komando penyerangan.

Tim yang telah diatur dari dalam maupun perbatasan Kota Rintis sudah bersiap. Peradaban Kota Rintis menjadi taruhan pertempuran yang disembunyikan dari berbagai pihak, bahkan media tidak diizinkan atau tidak diberitahu perihal besar ini. Lalu bagaimana dengan satelit yang mengorbit dan bisa saja melacak adanya pertempuran berbahaya? Bisa dibilang ada atmosfer buatan yang akan memberi ilusi diatas perbatasan Kota Rintis hingga Atata Tiga sehingga sinyal satelit akan tertipu oleh penghalang dan tak bisa merekam atau mendapatkan informasi apapun tentang pertempuran ini nantinya.

Di tebing hutan Dargha'ya, Pasukan utama Agensi RCU telah berkumpul bersama pemimpinnya siap untuk melunasi tantangan peperangan ini. Balakung selaku pemegang medis dan Klamka adalah penjaga hutan Dargha'ya, keduanya ada di belakang pasukan utama untuk mengawasi peperangan. Mereka juga bertugas untuk menyambungkan sinyal pada Hang Kasa yang ada di Laboratorium Pengawas Markas RCU. Hanya itu media yang ada, teknologi lainnya hanyalah senjata perang yang akan digunakan. Entah apa yang akan terjadi nantinya, yang jelas pertumpahan darah dan pertentangan akan terus terjadi selama beberapa waktu ke depan.

Satriantar selaku pemimpin memegang bendera kejayaan yang melambangkan Kota Rintis, kota yang telah dibangun oleh leluhur, dirintis dari yang awalnya Pulau terisolir menjadi sebuah Kota Metropolis yang maju, namun menyembunyikan rahasia kelam dari Pulau seberang, yakni Pulau Atata Tiga yang dihuni suku Kubulus. Komandan dan pasukannya masing-masing sudah bersiap menunggu perintah Satriantar, melihat kapal dan pesawat tempur yang meninggalkan siluet berbahaya di ujung timur saat matahari baru menunjukkan mega sinarnya. Inilah tandanya, peperangan sudah mencapai waktunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

🌪𝙰𝙽𝙶𝙸𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙷𝙸𝙻𝙰𝙽𝙶🌪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang