CHAPTER 40. Kepingan ingatan: saudaraku (6)

405 73 35
                                    

Taufan POV:

Sekarang aku akan menjumpai saudaraku yang terakhir. Aku tidak tahu setelah ini aku sadar atau masih melanjutkan perjalanan memori ini, namun yang pasti ini cukup penting untuk melengkapi memoriku bersama saudaraku dan keluargaku yang sebenarnya. Dengan ini semua rahasia yang disembunyikan dariku mulai terkuak, dan aku akan mencari mereka. Bisa dibilang saudara terakhirku ini adalah kunci emas untuk melengkapi potongan ingatanku bersama keluargaku. Saat itu aku akan membebaskan mereka dari belenggu yang mengikat kebebasan mereka, atau aku harus melihat mereka bahagia atas hidupnya sendiri. Aku... Sangat merindukan mereka saat ini.

Kali ini aku terbawa di taman belakang mansion. Tatapan pertamaku adalah indahnya tanaman dan bunga di sekitar, membuat siapapun akan rileks. Terlihat semua saudaraku yang telah kujumpai berkumpul di bawah pohon bersama ayah dan ibu, terlihat bahagia bersama. 'Taufan' tersenyum lembut kearah mereka dari balik pohon yang cukup jauh dari mereka agar tak terlihat. Salah satu dari mereka, Gempa tanpa sengaja menatap kearahku. 'Taufan' hanya tersenyum sembari mengedip lalu melambai, dan Gempa hanya membalasnya secara sembunyi-sembunyi. Haha aku mengerti jika mereka juga segan karena ada ayah yang mengawasi jadi harus hati-hati. 'Taufan' memutuskan untuk bersembunyi agar tidak terlihat oleh ayah.

Ngomong-ngomong aku tidak melihat seseorang lagi diantara mereka. Dimana saudara bungsu para BoBoiBoy? Apakah dia tidak diajak? Aku tidak masalah karena sudah biasa, tapi yang satu ini ada dimana? Kucing putih yang daritadi di gendong oleh 'Taufan', Windy tiba-tiba melompat turun dan berlari. Tentu saja 'Taufan' akan mengejarnya karena hanya Windy yang setia bersamanya dalam suka dan duka. 'Taufan' rela berlari sambil merunduk melewati semak agar tidak diketahui ayah. Kucing itu berlari ke kebun entah mencari apa.

Windy terus berlari menyusuri hutan, hingga mulai berhenti di satu titik. 'Taufan' kembali menggendong Windy karena khawatir padanya. "Apa yang kau cari hingga berlari seperti itu hmm?" tanya 'Taufan' walau tau lawan bicaranya hanyalah hewan. Namun kucing itu mengeong sembari melihat ke salah satu pohon. 'Taufan' berusaha memahami maksudnya dan melihat dengan baik apa yang ada di pohon itu. Disana ia melihat sosok kecil yang menyendiri entah melakukan apa. 'Taufan' mendekat lalu mengintip sosok tersebut. "Eh... Solar?" Mendengar seruan itu, sosok tersebut langsung berbalik dan terkejut. "K-kak Taufan? Apa yang kau lakukan disini?" tanya balik sosok itu, yang sudah kuketahui adalah BoBoiBoy Solar, saudara bungsu BoBoiBoy bersaudara.

'Taufan' memutuskan duduk disamping Solar karena dia juga tidak tau harus kemana. "Mengapa kau disini? Bukannya kau harus berkumpul dengan yang lain?" tanya 'Taufan' memulai obrolan. "Ahh, aku malas bertemu ayah. Dia menyebalkan. Toh mereka bahagia saja tuh tanpaku. Kak Taufan kenapa gak ngumpul?" jawab Solar, juga bertanya balik dengan pertanyaan yang harusnya sudah diketahui jawabannya. "Hhh... Kau harusnya sudah mengetahuinya kan? Kalau begitu kita disini saja. Hutannya tenang dan cocok untuk refreshing kan apalagi dengan pemikir berat sepertimu." gumam 'Taufan' sembari menangkap daun yang terjatuh. Solar mengangguk kecil. "Itulah alasanku berada disini. Aku butuh keheningan untuk menenangkan kinerja otak dan melancarkan sirkulasi darahku." Aku tidak tau apakah dia bercanda, candaannya sambil membawa-bawa istilah biologi lagi. Setelah itu tidak ada lagi yang berniat berbicara, menikmati semilir angin dan hangatnya matahari pagi.

'Taufan' mengangguk kecil dan merilekskan diri dengan Windy yang berbaring di pangkuannya. Solar menatap kucing itu dengan tajam. "Ada apa dengan Windy, Solar?" tanya 'Taufan' menyadari tatapan Solar pada kucingnya. "Kak... Apa kucing itu sering dipangkuanmu dan kau manjakan?" tanya Solar masih dengan tatapan tajamnya. "Eng, yah. Memang ada apa? Toh yang menemaniku hanya Windy dan aku sudah menganggapnya keluarga juga. Apa ada yang salah?" jelas 'Taufan' merasa aneh dengan tingkah adik bungsunya tersebut. Mendengar penjelasan itu semakin membuat Solar murung. "Umm. Meskipun kucing itu dekat denganmu, memanjakannya berlebihan tidak terlalu baik kan? Bisa saja dia ada virus dan membuatmu terjangkit," Ada apa dengan anak ini? Apa tidak boleh ya memangku kucing? Penjelasan sains mana yang melarangnya, pasti penemunya punya masalah dengan makhluk menggemaskan ini... Aku yakin kalau Windy adalah kucing yang sehat. Bukannya memindahkan kucing itu, 'Taufan' malah mengelusnya dan wajah Solar entah mengapa tampaknya makin gelap.

🌪𝙰𝙽𝙶𝙸𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙷𝙸𝙻𝙰𝙽𝙶🌪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang