CHAPTER 47. Masalah yang sebenarnya

488 61 92
                                    

Kota Rintis, dengan nama aslinya adalah Pulau Hilir merupakan sebuah kota yang berdiri sendiri. Tidak seperti kebanyakan wilayah kecil berupa desa, kota atau wilayah yang menjadi tempat tinggal masyarakat lainnya yang bernaung dalam sebuah negara, Kota Rintis adalah kota metropolitan yang mandiri. Itu karena Pulau Hilir dulunya memang hanyalah sebuah pulau tak berpenghuni di tengah lautan besar Pasifik dan menjadi tempat migrasi orang-orang dari berbagai negara, terutama Negara maju yang berasal dari ASEAN seperti Indonesia dan Malaysia. Peradaban baru dimulai dan menjadi pulau Hilir menjadi kota Rintis yang maju, sekaligus sering menjadi tempat para turis untuk berwisata.

Begitu juga kota Atata Tiga. Sebenarnya kota yang pulaunya berseberangan dengan pulau Hilir ini dihuni suku asli bernama suku Kubulus yang terkenal akan kecerdasannya dalam mengolah hasil alam. Semakin berkembangnya zaman, suku ini juga banyak memiliki keturunan campuran dan ikut dalam moderenisasi. Hal itu membuat mereka serakah dan lama kelamaan menjadikan teknologi sebagai fondasi. Mereka menjadikan Hak Asasi Manusia hanya sebuah sampah, membuat para budak yang mereka klaim sebagai alat percobaan. Akhirnya mereka tumbang jua karena kelalaian mereka sebagai manusia dan kini menjadi kota yang terbengkalai dan hanya dihuni orang-orang yang masih mendedikasikan diri untuk kota itu. Juga menjadi markas bagi organisasi Kubulus yang saat ini melakukan revolusi baru.

Kota Rintis dan kota Atata Tiga sebenarnya adalah dua daratan yang berdekatan. Perbatasan sekaligus penghubung kedua kota tersebut bernama Laut Quabag, sebuah laut luas yang menjadi jalur transportasi utama kedua daratan tersebut. Laut itu satu-satunya jalan utama jika ingin menyebrang antar dua kota. Ada juga pasir pantai luas yang mengelilingi laut Quabag bernama pasir Gurunda karena pasirnya mirip warna kuning cerah seperti gurun. Kedua kota besar itu kerapkali memperebutkan wilayah perbatasan yang berwujud lautan itu sebagai bagian dari kota masing-masing. Namun hasilnya adalah impas, apalagi setelah kota Rintis yang dulunya belum berkembang, kini lepas dari tekanan yang dulunya dilakukan oleh kota Atata Tiga dan mendirikan nasibnya sendiri sebagai Kota metropolitan.

Di laut Quabag yang berada di sisi kota Rintis, dibatasi oleh hamparan pasir Gurunda dan sebuah tebing yang cukup tinggi. Diatas tebing itu ada hutan luas yang juga menjadi ciri khas kota Rintis dan dikenal dengan hewan dan tumbuhan langka yang berada di rimba tersebut, hutan Dargha'ya. Hutan ini juga berada di bawah gunung kota Rintis. Namun karena melewati hutan Dargha'ya butuh waktu dan terlalu berbahaya, akhirnya dibuatlah jalan untuk ke laut Quabag lewat jalur lain di sisi pinggir gunung.

Agensi RCU (Rintis City Underworld) juga memiliki kuasa kepemilikan pribadi atas hutan Dargha'ya sebagai markas rahasia sekaligus mengawasi pergerakan di perbatasan laut Quabag. Beberapa Gua yang merupakan markas namun memiliki akses tersembunyi tempat teknologi dan alat komunikasi terhubung, hanya para Agen yang mengetahui ruang rahasia untuk bisa mengakses aset dari Agensi yang disembunyikan dalam Gua itu. Kebanyakan ruang rahasia terletak di bawah tanah agar semakin tersembunyi. Tidak jarang ada yang iseng membuat cerita seram agar tidak berbuat sembarangan di tempat-tempat tersebut. Keaslian Gua dan beberapa akses Agensi lain di alam liar itu tetap dijaga agar tidak ada masyarakat biasa yang curiga, namun diletakkan kamera pengawas mikro dan alat penyadap.

Hutan Dargha'ya juga merupakan hutan yang dulunya digunakan untuk Study Tour oleh Taufan, Solar dan Ice. Mengapa ada penyusup yang menculik mereka? Saat itu pengawasan hutan sedang lenggang karena izin untuk Study Tour, agar anak-anak dan pihak sekolah tidak mengetahui keberadaan rahasia para Agensi. Apalagi para penyusup tersebut menggunakan akses udara dan identitas palsu sebagai pelancong agar dapat menyerang bagian internal hutan, dan itu bertepatan dengan Study Tour sekolah. Untung saja mereka bisa meloloskan diri dari penyusup yang berasal dari Organisasi Kubulus tersebut, jika tidak maka sudah pasti mereka akan berakhir di laboratorium tempat percobaan manusia.

...

Saat ini, malam tengah menyelimuti lebatnya hutan Dargha'ya sehingga hutan itu begitu gelap karena pepohonan yang rimbun. Di mata orang awam, hutan itu pasti sangat sunyi dan dikuasai oleh hewan nokturnal (hewan yang aktif di malam hari) untuk berburu mangsa. Bukan itu saja, dipercaya ada yang 'menghuni' hutan itu hingga sangat seram. Yang paling dipercaya adalah mitos batu dan pohon berhantu karena bisa bergerak, hewan-hewan berbentuk aneh, hingga suku mistik yang konon menghuni hutan tersebut dan dipimpin oleh siluman katak yang bisa menghipnotis orang agar tunduk dan menjadi hulubalangnya bernama Katakululu. Tentu semua itu dibuat agar tidak ada yang berani berbuat sembarangan di hutan yang keasriannya masih sangat terjaga berkat kerja sama para Agen.

🌪𝙰𝙽𝙶𝙸𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙷𝙸𝙻𝙰𝙽𝙶🌪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang