Waktu saat ini masih siang dan juga di hari yang sama yaitu minggu, tampaklah suasana sekitar pusat Kota yang tampak tetap sibuk walaupun hari minggu. Banyak tempat hiburan dikunjungi untuk mengisi hari libur. Hari minggu ini lumayan cerah dan cocok untuk bersenang-senang. Banyak mobil berlalu lalang di antara gedung besar perkotaan.
Sebuah mobil membelah jalanan Kota. Sepanjang perjalanan ke pusat kota, keadaan sangat hening dalam mobil. Satriantar, Kuputeri ataupun Maripos masing-masing larut dalam pikiran sendiri. Entah apa yang mereka pikirkan hanya mereka yang tahu jawabannya. Jika saja ada Taufan maka dia akan berusaha mencairkan suasana agar tidak setegang dan seserius ini.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, mereka akhirnya sampai di rumah keluarga Elemental yang terdiri dari Tok Kasa dan saudara Kuputeri. Ternyata mereka telah ditunggu oleh Tok Kasa dan anak-anaknya. Tiga orang yang ditunggu itu memberi salam dan masuk ke dalam rumah. Rumah itu tidak banyak berubah di mata Kuputeri walaupun sudah lama tidak berkunjung. Dia lalu membereskan barang bawaannya yang tidak banyak.
Selesai membereskan barang bawaan, keluarga Elemental lalu duduk di depan televisi sambil bercakap ringan. Suasana akan berganti sesuai dengan topik yang dibicarakan akhir-akhir ini. Sangat jarang mereka mengobrol seperti ini. Jadi mereka lebih baik bersantai dan saling bertukar pikiran. Sedikit candaan tentu saja ikut meramaikan di tengah-tengah pembicaraan agar suasana tidak terlalu serius dan tertekan.
"Mana cucu anginku?" Tanya Tok Kasa. "Eh iya, anak angin itu tidak ikut kah? Padahal aku mau mengajaknya main." Heran Pyrapi. Kuputeri menghembuskan nafas sejenak. "Dia sakit, jantungnya kambuh kemarin dan tubuhnya masih lemas." Kuputeri menceritakan semua yang terjadi kemarin. "Astaga, jadi dia pulang malam?!" Panik Mawais. "Syukurlah dia pulang dengan selamat." Lega Balakung. "Hampir saja aku tidak ada teman main." Ucapan Pyrapi tentu saja membuat Mawais menjitak kepalanya. "Kenapa kau tidak memberitahu kami Puteri?" Tanya Satriantar. "Aku mau, tapi nanti kalian kerepotan." Lesu Kuputeri. "Jangan ragu meminta bantuan kami. Jika dia diculik bagaimana? Dan yang lebih buruk dia jadi korban-" Kata-kata Pyrapi seketika berhenti karena dibekap Satriantar. "Sudah berapa kali kukatakan jangan sebut nama orang itu, aku membencinya." Ancam Satriantar. Suasana seketika suram. Tok Kasa menghembuskan nafas berat dan menyela. "Keadaannya baik kan? Aku akan kesana menjenguk." Gumam Tok Kasa. "Eh, tidak perlu Ayah. Dia baik hanya tubuhnya kekurangan tenaga. Dia juga pasti bisa mengurus rumah selama aku tidak ada." Balas Kuputeri. Suasana lagi-lagi hening, mereka memikirkan banyak hal sekarang.
Setelah berdiam lama, mereka akhirnya menemukan topik yang pas. "Ah ya! Bagaimana keadaan sekolah kalian?" Tanya Tok Kasa. "Baik Tok. Kami sudah punya teman juga, begitupun dengan Taufan." Ucap Maripos. "Kalian tidak berbuat macam-macam kan?" Tanya Satriantar dengan suara bariton. "I-iya paman. Mana mungkin kami melakukannya." Jawab Maripos sedikit merinding. "Tapi diantara teman Taufan, ada enam bersaudara yang dijuluki BoBoiBoy brother. Mereka semua memiliki wajah kembar dan gen rambut putih. Ciri-ciri fisik mereka hampir menyamai Taufan. Siapa sebenarnya mereka, apa kalian tau?" Sambung Maripos. Seketika suasana menjadi tegang, apalagi Kuputeri yang berkeringat. Maripos langsung menjadi serba salah. Atmosfer ruangan menjadi berat dengan ekspresi para Elemental bersaudara mendingin seakan berpikir sesuatu yang penting.
Satriantar menepuk lantai dengan keras. "Soal rahasia yang kita sembunyikan dari Taufan..." Akibat perkataan Satriantar, suasana seketika serius. Mereka berdiam sebentar. "Ahh... Masalah itu lagi. Aku masih tidak percaya." Gumam Tok Kasa diikuti anggukan anak-anaknya. "Dia pergi terlalu cepat dan meninggalkanku dengan semua rahasia dan rasa sakit ini." Kuputeri seketika sendu saat mengatakan hal itu. Maripos di sampingnya berusaha menguatkan sang Ibu. "Bukan cuma Ibu yang kehilangan. Aku juga. Dia berarti untuk hidupku. Kini kita hanya bisa berdoa semoga dia tenang." Seru Maripos. Saudara Kuputeri juga ikut memikirkan kejadian tragis itu, kejadian yang mengubah kehidupan Kuputeri dan keluarganya.
Kuputeri yang mati-matian menahan air mata pun akhirnya menangis. "Dia... Suamiku. Orang yang dulu sulit kuterima tidak kusangka bisa menjadi orang yang penting bagi hidupku. Kejadian itu merenggut segalanya. Sedangkan aku, aku hanya bisa melihat kejadian itu tanpa berbuat apa-apa. Orang yang sudah menjadi bagian dari hidupku... Pergi begitu saja. Sudah tujuh tahun lebih dia pergi. Kami bersatu karena keterpaksaan... Juga berpisah karena keadaan yang memaksa. Aku, tidak sanggup mengingatnya..." Kuputeri menangis sambil sedikit menjelaskan kejadian yang memilukan dalam hidupnya. Maripos yang tidak kuat juga ikut menangis. Yang lain berusaha menenangkan mereka berdua. "Kuputeri tenanglah. Jadilah seperti kupu-kupu yang mampu menerima perubahan. Bukankah ini sudah tujuh tahun. Ikhlaskan semuanya. Dia tidak akan tenang jika kau seperti ini." Satriantar mencoba untuk menyemangati satu-satunya saudara perempuannya itu. Seketika dia menyesal mengatakan topik sensitif itu.
Setelah keadaan lebih tenang, mereka pun melanjutkan pembicaraan. "Terlalu banyak yang disembunyikan dari Taufan. Jika dia mengetahuinya... Aku tidak sanggup membayangkan ekspresinya. Tapi itu lebih baik daripada dia... Huft." Kuputeri tidak sanggup melanjutkan. Yang lain juga sudah mengerti tanpa penjelasan Kuputeri. "Cepat atau lambat, dia akan mengetahui segalanya. Tapi sebelum itu terjadi, bukankah masih ada yang harus di urus?" Ucap Satriantar. Mereka kembali merenung. "Benar-benar masalah yang rumit. Jika kita katakan bahaya, jika tidak katakan juga berbahaya. Kalau begini masa kita hanya diam menunggu waktu?" Kesal Pyrapi frustasi. "Sepertinya Taufan yang sakit juga cukup berguna dijadikan alasan ikut kesini. Tujuan awal kita kesini kan untuk membahas masalah kedepannya." Ucap Maripos. Yang lain setuju-setuju saja karena itu kebenarannya. Satu-satunya yang tidak tahu rahasia ini jelas Taufan yang amnesia. Amnesia Taufan juga memiliki fungsi yang menguntungkan, dia selamat untuk sementara.
Satriantar lalu mengingat tatapan Taufan. "Taufan sendiri yang akan mengungkap rahasia ini. Kalian tahu bukan kemampuan Taufan? Jika dia menginginkan sesuatu, maka dia akan berusaha mengejar. Jika ingin mengetahui suatu hal, maka dia akan terus menggali informasi lebih dalam. Semangat, penuh rasa keingintahuan, tenang dan ambisius. Seperti elang dan burung hantu, dia akan diam-diam mengawasi dan mempelajari mangsa, setelah siap maka dia bisa menyambar targetnya. Itu kemampuan alaminya. Mungkin saat ini dia sudah mulai memata-matai dirimu, Kuputeri." Jelas Satriantar. 'Benar, itu pasti akan terjadi' Pikir semua orang. Mereka cukup khawatir. Pokoknya rahasia ini masih harus dijaga, demi keselamatan keluarga Beliung, dan orang yang ikut terlibat dalam masalah ini termasuk mereka. Entah apa yang sebenarnya pernah terjadi sampai masalahnya serumit ini.
To be continued~
Author note:
Hai Hai lagi! Balik lagi dengan chapter ini. Gimana udah memuaskan? Maaf lagi-lagi update malam soalnya tadi siang sempat kehilangan ide.
Satu rahasia udah terbongkar. Tapi tidak sepenuhnya terbongkar karena masih ada yang belum terjawab. Ini waktunya hampir bersamaan dengan yang kemarin, cuman beda sudut pandangnya. Ayo tunjukkan teori kalian. Mungkin ada yang bisa nebak? Aku sebenarnya belum mau ungkap tapi karena jika menunggu terlalu lama maka alurnya makin lambat.
Kayaknya alurnya udah mulai serius mulai sekarang. Banyak tokoh yang bakal masuk meramaikan cerita. Bersamaan dengan itu mulai besok aku bakal jarang update soalnya dataku mulai menipis. Tidak bisa update sehari sekali lagi. Malam ini adalah hari terakhirnya dan bagian orientasi telah mulai mencapai alur yang sebenarnya. Ini juga demi kepentingan cerita biar nggak cepat tamat. Pas kan udah ada dua minggu aku menghidupkan cerita ini dan chapternya udah banyak. Aku juga harus memikirkan alur yang sesuai agar masuk akal. Jadi yah mulai sekarang aku juga mulai buntu ide. Butuh inspirasi dari cerita lain jadi jangan heran bakal ada adegan yang mirip salah satu fanfic yang pernah kalian baca.
Cukup untuk kali ini. Makasih udah mau baca. Semoga memuaskan untuk chapter kali ini. Ditunggu vote dan komen dari kalian semua. See you next time and chapter. Babay~
KAMU SEDANG MEMBACA
🌪𝙰𝙽𝙶𝙸𝙽 𝚈𝙰𝙽𝙶 𝙷𝙸𝙻𝙰𝙽𝙶🌪
FanfictionWARNING: Rating umur 13/15/17 tahun keatas Bahasa Indonesia Bahasa campur baku dan gaul Ada kata yang agak berat dipahami Siapkan pikiran biar paham alur Chapter agak panjang walau awal-awal pendek Jaga kesopanan dalam berkomentar Banyak typo dan ke...