Chapter 2

25.1K 2.2K 12
                                    

Please buat vote dan komen buat cerita ini biar makin semangat up nya.

.
.
.
.
.
.
.
______________________________________


Aku bangkit dari tempat tidur karena mendengar ketukan pintu dan juga panggilan dari bi Mira. Art di rumah kami.

"Kenapa bi?" tanyaku ketika keluar dari kamar.

"Itu bu, Mamahnya ibu ada di bawah" jawabnya sedikit gugup.

"Mamah saya bi?" tanyaku bingung. Karena aku tidak tahu menahu soal kedatangan mama dan dia juga tidak mengabari kalau mau datang berkunjung.

"Iya bu, bu Lili ada di bawah" tidak perlu bertanya lagi, aku langsung turun ke bawah untuk menemui mama.

"Mah?" panggilku ketika masih di undakan tangga.

"Ya Tuhan Zeline....." dengan sedikit berlari ia menyusul dan langsung memelukku dengan erat.

"Nak... kamu kenapa diam saja? mamah kan sudah pernah bilang kalau ada apa-apa itu kabari mamah, jangan di pendam sendirian" tangisnya.

"Zeline gapapa mamah. Zeline baik-baik aja kok" mendengar itu mama langsung melepas pelukannya. Ia menatapku dengan tajam.

"Gapapa gimana? jelas-jelas kamu itu lagi gak baik-baik aja nak. Kamu itu lagi sakit..." ucapnya dengan berderai air mata.

"Aku gak sakit mah" elak ku. Entah karena apa, mama malah semakin sesenggukan mendengarkan jawabanku. Ia kembali memeluk lalu menangis sejadi-jadinya. Membuat pertahanan yang aku bangun tinggi-tinggi akhirnya luruh juga. Aku dan mama menangis disaksikan oleh Art dan juga Alwar yang terlihat kebingungan melihat aku dan neneknya.

"Mamah kenapa?" aku tidak tahu sejak kapan Alwar sudah berdiri di depanku lalu menarik-narik celana yang aku kenakan.

"Mamah gapapa sayang" aku melepas pelukan mama lalu jongkok mensejajarkan diri dengan Alwar. "Mamah nangis karena kaget nenek tiba-tiba datang kemari, iya kan nek?" tanyaku pada mama.

"Iya mamah kamu nangis karena terlalu rindu sama nenek" jawabnya meskipun harus berbohong.

Alwar mengangguk saja dan tidak bertanya lebih lanjut lagi. Alwar memang bukan anak yang banyak bicara, dia cenderung diam dan lebih banyak memperhatikan.

"Kenapa mamah bisa datang kesini?" tanyaku setelah Alwar di bawa main oleh mbaknya. Aku fikir tadi Alwar sudah di jemput oleh ayahnya, ternyata belum juga.

"Kamu masih tanya kenapa?" mama geleng kepala tak percaya melihatku."Mamah datang kesini karena melihat tv dan juga status Abidzar di Instagram. Mamah tadi awalnya cuman mau hubungi kamu, tapi ternyata nomormu tidak bisa dihubungi. Ibu mana yang bisa tenang saat tau putrinya sedang tidak baik-baik saja, hah?" ucapnya dengan sedikit emosi. Dan masih banyak lagi perkataan mama yang memojokkanku karena tidak pernah bercerita apapun padanya.

Bukannya apa-apa, aku hanya mencoba menjaga aib rumah tanggaku. Masalahku dengan Abidzar biarlah menjadi urusan dan tanggung jawab kami saja dan tidak perlu orang lain tahu.

"Kamu kenapa diam saja ketika Abidzar memperlakukan kamu seperti ini Zeline? apalagi status dia tadi malam sangat-sangat tidak epik padamu. Apa-apaan kata-katanya itu? memangnya dia pikir kamu itu barang bekas?" aku memandangi mama yang sudah emosi, wajah putihnya kini memerah dan dadanya naik turun.

"Memang betul kan mah kalau aku ini bekas?" aku tertawa pilu mengingat kisahku."Aku ini bekas dia, dia sudah bosan denganku makanya berbuat seenak hatinya" mama menganga tidak percaya dengan kalimatku.

BEKASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang