Chapter 17

11.7K 1.1K 20
                                    

Ah akhirnya up juga 😁
Padahal aku udah gak yakin bakal up malam ini



____________________________________

"Loh, ibu kenapa?" sia-sia saja aku berusaha menutupi, pada akhirnya pengasuh Alwar sadar juga akan perubahan air wajahku.

"Gapapa. Kalian selesai makannya?" aku memaksakan senyum untuk menyapa mereka kembali.

"Udah bu" suasana menjadi cukup canggung. Pengasuh Alwar dan yang lainnya tiba-tiba saja berwajah murung, tidak seceria sebelumnya.

"Kalau begitu kita pulang yah?"

"Baik bu" jawab ketiganya serempak.

Di dalam mobil, aku lebih banyak diam. Tidak ada juga obrolan dari ketiganya, semua seakan sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Aku sibuk memikirkan keadaan hidupku yang belum tertata rapi, entah sampai kapan aku bisa melewati semua ini. Masalah datang silih berganti, seakan belum puas membuat aku menangis dan kecewa untuk kesekian kalinya.

Ting

Bunyi hp menyadarkan lamunanku. Aku bangkit dari tempat tidur, tadi setelah sampai di rumah, aku langsung masuk kamar. Aku mengerutkan dahi ketika melihat nama yang terpampang di layar hp.

Abidzar
Zeline?

Anda
Ya?

Abidzar
Mmmm, masalah tadi sore kamu lihat itu, dia cuman teman aku, bukan pacar

Aku menganga melihat pesan yang dikirim olehnya. Sebenarnya ada sedikit rasa lega ketika aku membacanya.

Anda
Betul juga tidak apa-apa. Kamu tidak usah harus merasa tidak enak padaku, karena kita bukan siapa-siapa lagi. Aku dan kamu sudah berakhir. Jadi, kamu bebas menemukan hidupmu tanpa harus ada ijin dariku lagi.

Nyatanya di dalam hati, aku tetap belum merelakan Abidzar bersama dengan orang lain. Tidak, aku tidak berharap lagi padanya, mungkin rasa tidak rela ini karena aku masih menyimpan rasa untuknya. Membuang perasaan tidak semudah mencintai.

Aku butuh waktu, dan aku tidak pernah tau kapan waktu itu akan datang padaku, atau mungkin waktu itu tidak akan pernah datang padaku hingga nantinya.

Abidzar
Kamu benar-benar sudah bisa melupakan aku yah ternyata.

Aku tersenyum kecut membacanya. Lupa darimana? aku saja masih menangis saat melihatnya menggandeng wanita lain di hadapanku, lalu darimana aku bisa lupa?

Anda
Lupa atau tidaknya, tidak akan berpengaruh apa-apa untuk kita.

Setelah membalas, aku memilih meletakkan hp lalu melaksanakan shalat setelah mendengar adzan.

🥀🌹

Aku menatap kosong pada mobil-mobilan Alwar yang tersusun rapi di keranjang mainnya. Aku mengambil salah satu dari mereka, lalu tersenyum mengingat betapa Alwar sangat menyukai mobil-mobilan.

Ah, apa begini perasaan Abidzar saat jauh dari Alwar selama ini? Rasa-rasanya apa yang ia rasakan selama ini belum sebanding dengan apa yang aku rasakan saat ini. Baru beberapa hari saja batinku sudah tersiksa, lalu bagaimana dengannya yang harus tinggal terpisah dengan anaknya?

Lalu apakah aku selama ini terlalu egois? Lebih memikirkan rasa sakitku tanpa melihat orang lain? Kalau memang benar begitu, betapa menyedihkannya aku selama ini.

Ku hapus air mata yang lagi-lagi membasahi pipi. Entah kenapa aku bisa secengeng ini, padahal sudah menjadi seorang ibu.

"Mama kangen banget sama kamu nak" aku mencium lama mainannya, mendekap seolah-olah mainan itu adalah Alwar.

BEKASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang