Mulutku kali ini menganga tidak percaya. Bagaimana bisa Abidzar berserta istri barunya ada disini? Berdiri di hadapanku?
"Ngapain kalian kesini?" Tanyaku sedikit tidak suka.
"Begini cara kamu menyambut tamu? Gak sopan banget" sinis Rahimah. Wajahnya songong sekali saat ini.
"Saya gak salah dengar nih?" Tanyaku dengan alis terangkat. "Bukankah harusnya kalian yang tidak sopan? Datang ke rumah orang tanpa ijin dahulu" aku bersidekap dada di hadapan keduanya.
Wajah Rahimah memerah. Tangannya terkepal di bawah sana. "Maaf Lin, kalau kedatangan kita mengganggu kamu" ucap Abidzar dengan rasa bersalah.
"Syukurlah kalau kamu masih ada rasa bersalah" lalu tatapanku beralih pada Rahimah. "Lain kali tanya dulu, tuan rumah mau bertamu atau tidak. Jangan asal nyelonong aja, apalagi bersikap arogan dengan si tuan rumah"
"Udalah Yang! Kita pulang aja. Ngapain sih kita harus datang kesini?" Dumel Rahimah pada Abidzar.
Abidzar menarik nafas. "Rahimah stop! Jangan cari masalah. Apa yang dikatakan Zeline itu benar, kita yang salah"
Aku tersenyum devil kesekian kalinya saat melihat wajah memerah Rahimah.
"Yasudahlah. Ayo masuk aja" pasrahku kemudian. Aku tidak enak hati melihat keduanya yang berdiri di depan pintu. Lagian apa kata tetangga nanti kalau melihat tamuku aku biarkan di luar.
Keduanya mengekor di belakangku. "Buatin teh untuk tamu kita bi" perintahku pada bi Laila yang kebetulan sedang lewat.
"Baik bu" angguknya.
"Alwar mana Lin? Belum pulang sekolah?" Tanya Abidzar kemudian.
"Sebentar lagi, niatnya tadi aku mau jemput, eh tiba-tiba kalian nongol"
"Tau gitu, mending kami tadi langsung ke sekolahan Alwar saja" sesal Abidzar.
"Kamu kenapa sih! Kita kan gak tau kalau anak kamu ada disana, jadi gak usah merasa bersalah gitu dong" aku memutar bola mata malas saat melihat Rahimah yang lagi-lagi memasang wajah kesal.
"Sebentar, aku suruh mang Imam dulu buat jemput Alwar" aku beranjak dari ruang tamu.
"Mang!"
"Iya bu?" Mang Imam yang sedang ngopi di pondok dekat pagar langsung menemuiku.
"Jemput Alwar dulu mang, saya belum bisa jemput. Mamang lihat sendiri kan, saya lagi ada tamu" jawabku dengan nada sedikit kesal.
" Maaf yah bu" sesal mang Imam.
"Udalah mang. Lain kali, kalau mereka atau Abidzar datang kesini, tanya saya dulu. Jangan asal suruh masuk aja"
"Iya bu" aku hanya bisa menghela nafas.
Setelah mang Imam keluar dari gerbang, aku masuk kembali ke dalam rumah.
"Mang iman bisa jemput Alwar? Kalau enggak, biar aku aja yang jemput" tawar Abidzar.
"Enggak usah!" geleng ku cepat. "Mang Imam bisa kok jemput Alwar, jadi gak usah repot-repot" tolakku kembali.
Abidzar mengangguk kaku.
"Sebenarnya tujuan kalian kesini, ada hal apa?" Tanyaku kemudian.
"Enggak kenapa-kenapa. Aku cuma kangen sama Alwar. Udah lama gak ketemu sama dia"
"Kan kamu bisa telepon Emma, buat ketemu sama Alwar. Gak usah repot-repot datang kesini" Abidzar menggaruk pelipisnya.
"Kamu aneh banget deh. Memangnya salah kalau Abidzar langsung datang kesini? Alwar kan anaknya, udah bagus Abidzar mau jenguk Alwar tanpa harus di suruh-suruh dulu" sela Rahimah kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEKAS
ChickLit"Kamu adalah buku yang sudah selesai aku baca dan aku tidak tertarik untuk menyimpannya kembali. Dulu aku sangat bersemangat ketika melihat sampulmu, namun ketika aku mulai membacamu dari halaman ke halaman lainnya, aku seperti tidak menemukan hal m...